Beliaumerupakan putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Nyai Romlah. Dimana, Ibunya merupakan cucu dari Mbah Kholil Bin Abdul Lathif Bangkalan. Pada saat itu hari kamis Wage pertengahan tahun 2014, tepatnya sekitar jam 13:00 wib, team ke kediaman Ra Lilur di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura yang cukup

Dalam kehidupan sufi, perilaku seseorang yang di luar sikap kewajaran sebuah hal yang tak Nashr as-Sarraj dalam kitab al-Luma’ menerangkan, sikap sufi yang tak wajar bagi banyak orang itu merupakan kondisi spiritual sang salik yang menuntunnya al-Attar di dalam kitab Tadzkiratul Auliya, berkisah seorang sufi yang bernama Bisyr bin Harits. Keseharian Bisyr dikenal masyarakat, laki-laki yang abnormal karena saban hari kakinya bertelanjang saat Imam Ahmad ibn Hambal seorang Ulama Imam Fiqh mengejar-ngejar Bisyri. Sang Imam Ahmad ingin banyak belajar kepada Bisyri si telanjang, bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah Sufi yang memiliki sikap tak wajar bagi kebanyakan orang terlihat pada kehidupan Ra Lilur asal Bangkalan dan Habib Bakar asal Lilur BangkalanRa Lilur memiliki nama lengkap KH Kholilur Rohman. Beliau salah satu cicit Syechona Kholil, Sang Waliyullah asal Lilur lahir di Bangkalan pada tahun 1943. Pada usia 75 tahun, Ra Lilur wafat di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Lilur menjalani kehidupan Sufisme. Memilih keluar dari hiruk pikuk duniawi. Tinggal berpindah-pindah tempat bersama orang-orang yang setia waktu lama menyendiri, Ra Lilur menikah dengan Nyai Islani, perempuan dari Kecamatan Sepulu. Hasil buah pernikahannya, memiliki putra Ra Bir Aly. Sejak bayi hingga dewasa, Ra Bir Aly diasuh KH Kholil AG-kakak Ra tinggal di Demangan. Ra Lilur menetap di Desa Prancak, Kecamatan Sepulu. Kemudian pindah tinggal ke Desa Banyubunih, Kecamatan Galis. Lalu pindah ke Desa Pakaan Laok, Galis. Terakhir, Ra Lilur menetap dan wafat di Desa Banjar, Galis, Ra Lilur lebih sering mengenakan kaos dalam putih dan celana pendek hitam dengan mengenakan kopiah. Meskipun dalam keadaan menerima Lilur diyakini masyarakat sebagai wali sikap yang di luar nalar sehat, orang awam menganggap sesuatu yang aneh. Karena tak lazim bagi perilaku kebanyakan manusia Ra LilurSalah satu karomah Ra Lilur adalah bisa “membelah diri” alias pecah raga’ di satu waktu yang sama pada tempat yang karomah Ra Lilur disampaikan oleh H Husni Madani, ajudan Ra Lilur. Berikut kisahnyaSuatu ketika, H Husni Madani, menggelar resepsi pernikahan salah satu putrinya, di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Bangkalan, Lilur bertindak penerima tamu sekaligus pengundang untuk 300 kiai se Madura di acara resepsi pernikahan tiba-tiba, para undangan tercengang. Ra Lilur tampil di atas panggung bermain seorang bintang tivi, Ra Lilur terus berakting di hadapan ratusan kiai. Karuan saja para undangan terperangah melihat kepiawaian akting Ra keesokan harinya, datang salah seorang kiai menemui H Husni Madani. Si kiai memohon maaf ke Husni karena tidak bisa hadir pada acara undangan resepsi kiai itu mengaku tidak bisa hadir dikarenakan pada malam hari undangan resepsi, si kiai kedatangan tamu Ra Lilur di kaget. Pada malam yang sama, sebagaimana keterangan di atas, Ra Lilur disaksikan sendiri oleh Husni Madani dan 300 kiai lainnya, sedang pentas drama.“Saya heran, pada malam itu Ra Lilur bersama saya, tapi ada seorang kiai yang mengatakan Ra Lilur sedang bertamu ke rumahnya,” terang Husni, seperti dikutip Harian Bangsa, Selasa 21/08/2001.Kejadian serupa juga dialami salah satu kerabat Husni yang ada di Jakarta. Itu terjadi saat haul KH Amin Imron, paman Ra itu, secara mengejutkan Ra Lilur datang ke saja tuan rumah keheranan. Melihat Ra Lilur datang secara Lilur langsung bertanya kepada sahibul hajat soal foto dirinya yang dipajang di dalam kamar.“Mana foto saya yang dipajang di dalam kamar?” sergah Ra Lilur, seperti ditirukan Husni. Padahal sebelumnya, Ra Lilur tidak pernah datang ke tuan rumah.“Pada hari saat haul di Jakarta itu, Ra Lilur sebetulnya ada di ndalem-nya, Desa Banjar Galis, Bangkalan,” cerita Bakar GresikHabib Bakar Gresik memiliki nama lengkap Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Beliau adalah cucu Wali Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Asta kakeknya berada di pemakaman Masjid Jamik, Bakar kini tinggal PP Sabilul Muttaqin, Baron, Nganjuk. Beliau dikenal masyarakat sebagai wali keseharian, Habib Bakar hanya memakai sarung dan kopyah. Tanpa memakai baju. Perilaku Habaib Bakar tidak seperti seorang ulama’.Bagi yang tak mengenalnya, perilaku Habib Bakar sebagai orang tak normal. Karena tak ada pakaian kebesaran yang melekat. Untuk mengenalinya memang tidak yang terjadi pada Rabu siang 10/6/2020 di Masjid Asta Syaikhona Kholil Bangkalan. Habib Abu Bakar bin Abu Bakar Assegaf langsung duduk di Mimbar Masjid Asta Pesarean Syaikhona Kholil, duduk di mimbar masjid itu, Habib Bakar tidak memakai baju. Beliau hanya menggunakan sarung berwarna putih. Memakai kopyah hitam dan sambil tak sedikit ulama, ustadz dan santri di Bangkalan yang ikut menemani kedatangan Habib Bakar di Masjid Pasarean Syechona Kholil. Terlihat KH Mas Abdul Adzim Kholili, Pengasuh Pondok Pesantren Kepang, Bangkalan. Beliau bersama ustadz dan santrinya membaca burdah dengan khusus. Setelahnya beliau menemui Habib Abu Bakar duduk Habib BakarKisah salah satu karomah Habib Bakar banyak diceritakan hingga dimuat sejumlah media. Situs ngopibareng, menulis salah satu karomah Habib Bakar. Berikut KisahnyaPada suatu hari, ada seorang tukang becak sedang bersedih karena menanggung beban hidup yang makin sulit. Sebut saja namanya Imam. Selesai habis Subuh, Imam langsung mangkal di tempat perjuangannya mengayuh becak, berharap segera ada penumpang datang. Imam terus terngiang pesan istrinya, bahwa hari ini jatuh tempo bayar hutangnya dan bayar sekolah datanglah Habib Bakar dari arah depannya dan langsung naik di atas becak Imam. Tanpa sepatah katapun, Habib Bakar sambil menunjuk arah dengan jemarinya yang menandakan bahwa beliau minta diantar di arah termasuk sosok tukang becak yang sangat cinta para habaib. Dengan sangat bahagia, Imam segera mengayuh becaknya sesuai petunjuk Habib Bakar. Di tengah mengayuh becaknya, Imam ingat kebiasaan Habib Bakar dalam seadanya di sakunya dibelikan rokok untuk Habib Bakar, wujud penghormataan Imam kepada cucu Rasulullah. Padahal, itulah uang terakhir di sakunya yang mau digunakan untuk sarapan. Tapi kecintaannya kepada cucu Rasulullah tak bisa becak kembali dilanjutkan. Tiba-tiba, ada mobil yang menyalib dan memberhentikan becak Imam. Kaget dan sangat khawatir, karena Imam baru membawa Habi orang bersorban dan bergamis turun dari mobil. Mereka mengucapkan salam dan mencium tangan Habib Bakar. Salah satu dari rombongan itu mengeluarkan amplop tebal dan memberikannya kepada Imam. Ragu dan kaget, Imam merasa bingung seolah sedang di alam mimpi.“Pak, terimalah amplop ini. Jangan ragu, ini rezeki Bapak. Bapak sangat membutuhkannya,” Bakar seketika turun dari becak itu dan memberikan isyarat kepada Imam agar menerima amplop itu. Habib Bakar lalu ngeloyor pergi dengan jalan kaki tanpa sepatah kata testimoni orang-orang Gresik yang pernah berjumpa dan bersalaman dengan Habib Bakar yang dirangkum dari grup facebook Gresik IndramantoJamanQ pas SMP lengane tau tak senggol nganggo setang sepeda kondisi lalin macet nag pasarKus SiswoyoBiasane nek nang wrng..bnyk yg ngasi rokok..tp klu dia..ngga sreg nang atine ojo Arep2 di trimo…..malah wong sing ra ngerti sejatine beliau …malah sing di jalu,i..lha sing di jalu,i iku wong sing beruntung kalau ngasih…Dian IkaWkt sepupu khitanan,tau2 dtg pas pgajiannya n duduk nongkrong d kursi dg rokok d kuping gtFununul MaqDulu saya sering ketemu beliau kalo malam Minggu di suatu majlis, beliau g banyak dawuh hanya senyum senyum yg bikin hati senang, subhanallah…..wali jaddabNanang FawzyIya Mas Fununul Maq kadang rokok pemberian orang baru dinyalakan langsung dimasukkan lubang kupingnya..Fununul MaqSedari dulu beliau nyeleneh…tanpa baju kedua kuping beliau selalu di sumbat dg Putung rokokNanang FawzySubhanallah…dulu waktu msh SMP aq masih sering lihat belau dipasar gresik,terminal jg di alun-alun..Nurul LailiyahWaktu saya kecil saya sering sekali liat habib mondar mandir dengan 3 rokonya…..dasar saya anak anak dlu jd blm tau klo habib adalah waliyullahDavik Dengkul Kroposbeliau dari dulu memang g pernah pake baju, dalam penggelihatan orang awam…Kata beliau Qul kafaabillaahi syahidam baini wa bainakum…Erry BawiyantoSekitar an th ’80 an beliau sering di Gresik orang2 pada gak ada yang tahu kalau beliau seorang wali,beliu orang jaddap banyak suatu keanehan apabila kita perhatikan pada saat itu BANGKALAN Para umat islam khususnya di Bangkalan berduka. Pasalnya ulama khos asal Bangkalan KH Kholilurrahman atau yang akrab disapa Ra Lilur telah menghadap sang pencipta pada hari Selasa (10/04/2018) sekitar pukul 10.00 WIB. Banyak beredar video di media sosial tentang meninggalnya ulama nyentrik tersebut. Terlihat dalam video KH Imam Bukhori menerima kedatangan KH
Berita ra lilur meninggal dunia Oleh Ismael Amin Kholil - Telah wafat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Pamanda kami Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam di kediamannya di Desa Banjar, Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di ponpes Syaichona Cholil pada hari ini jam 12 siang. Dan insyaAllah akan dimakamkan di komplek pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan. Ra Lilur yang kami ketahui adalah putra dari KH. Ahmad Tamyiz dan Ny. Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdullathif Bangkalan. Dari kecil beliau terkenal sebagai sosok 'jadzab' yang sering melakukan hal-hal yang tak dapat dicerna pikiran manusia biasa. Puluhan tahun yang lalu beliau bahkan sempat membuat kehebohan karena membakar Ponpes Syaikhona Kholil Demangan yang diasuh oleh kakaknya, KH. Abdullah Schall. Konon itu adalah isyarat bahwa kelak Ponpes syaikhona Kholil akan maju pesat dan memiliki bagunan tinggi megah setinggi asap api yang 'mumbul' di waktu itu. Sebuah isyarat yang memang akhirnya menjadi kenyataan. Beliau juga dikenal sebagai pengamal tirakat tingkat tinggi. Seringkali beliau berkhalwat di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Uniknya beliau juga seringkali 'bertapa' di tengah lautan, sampai-sampai pernah ada seorang nelayan merasa jaringnya telah menangkap mangsa yang besar. Udah kadung seneng eh ternyata ia kaget bukan main karena yang ia 'tangkap' adalah Ra Lilur. Kegemaran ber-uzlah inilah yang membuat beliau lebih memilih tinggal di pelosok Banjar, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Bangkalan. Ra Lilur juga bisa dibilang sebuah 'Bukti' nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di Sebuah Pesantren selama tiga bulan tapi tidak pernah ngaji. Kerjaannya cuma mancing. Meski begitu, beliau dikenal sebagai sosok 'Alim' yang mumpuni dengan kemampuan Bahasa Arab yang sangat fasih. Zuhud dan sederhana, itulah dua sifat yang bisa dibaca jelas dari kepribadian dan keseharian beliau. Baju singlet putih, celana hitam setinggi lutut, dan sebuah senter kecil yang ia bawa kemana-mana. Dengan pakaian ala 'petani' ini, sekilas tak akan ada yang menyangka bahwa beliau adalah seorang ulama besar keturunan seorang wali besar. Beliau memang telah menjadikan kezuhudan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Beliau bahkan pernah mengeluhkan pada seorang tamunya akan fenomena banyaknya ulama zaman now yang telah silau oleh 'kerlap-kerlip' duniawi. Dengan bahasa Arab ia berkata kepada tamunya itu "Jika ulama sudah mencintai dunia dan lupa akan kedudukannya.. Itu berat.. Berat.. Dampaknya mereka akan terpecah belah.. Ya Allah selamatkanlah mereka," ujar Ra Lilur sambil menangis sesenggukan. Demi menyampaikan pesannya itu beliau bahkan pernah hadir dalam acara hajatan seorang konglomerat Madura, acara yang dihadiri oleh puluhan kiai dan ulama. Tak ada angin tidak ada hujan, beliau tiba-tiba datang dan langsung menuju panggung acara. Dengan bahasa Arab yang fasih, beliau mulai menyampaikan pesan-pesan dan "keluh kesah"-nya akan kiai-kiai zaman sekarang yang sudah mulai terlena oleh gemerlap dunia. Dan waktu itu tampaklah pemandangan keren. Seorang lelaki sepuh berpakaian petani sedang menceramahi puluhan alim ulama di bawahnya yang seakan terpana melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Ra Lilur Wali Jadzab Di lain kesempatan, dalam sebuah acara besar di Ponpes Syaichona Cholil beliau sekali lagi datang tiba-tiba. Sepertinya memang ada 'pesan' penting yang ingin beliau sampaikan waktu itu. Beliau naik ke panggung acara dan memulai kalamnya dengan sebuah 'ayat' yang mengingatkan bahwa kita yang ada di dunia ini akan kembali ke Hadhirat Ilahi. Tak kan ada yang hidup kekal abadi. أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا و أنكم إلينا لا ترجعون Artinya "Apakah Kalian mengira bahwa Aku Allah menciptakan kalian secara sia-sia dan kalian tak kan pernah kembali kepada-Ku?" Beliau lantas melantunkan syair-syair cinta yang -sepertinya- sampai sekarang hanya beliau yang mengetahui makna 'rahasia' di balik bait-bait Syair itu Apakah salah dosaku Kau pergi tinggalkan daku Dulu cintamu padaku Kini kau abaikan aku Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan daku Dulu kasih mesra kita Kala cintamu nan murni Kini ku dalam merindu Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan aku Beginilah akhir cinta Cintamu palsu belaka Ku terkapar dalam rindu.. Kita hanya bisa menerka bahwa itu adalah ungkapan cinta dan kerinduan beliau kepada Sang Ilahi. Yang demi keridhoan-Nya selama ini beliau rela mencampakkan semua bentuk rayuan dan godaan dunia. Dan tadi malam beliau pergi, menjemput cinta dan rindu yang sudah lama ia pendam itu. Terbebaskan dari semua kepalsuan dunia yang selama ini telah ia singkirkan dari hati dan pikirannya. Baca Innalillah, Malam Ini KH Khalilur Rahman Ra Lilur Wafat Seseorang pernah bermimpi melihat Malik Bin Dinar. Sosok Waliyullah besar di zamannya. Ia melihat Malik keluar dari penjara dan terlihat sangat bahagia. "Hore Aku bebas.. Aku merdeka.. " ucap Malik di mimpinya itu. Keesokan harinya tersebarlah kabar seantero kota bahwa Malik Bin Dinar baru saja meninggal. Selamat Jalan Syaikhona. Engkau yang selama ini selalu mengingatkan kami akan ke-fana-an dunia. Yang selalu berusaha menarik kami untuk merasakan indahnya kezuhudan yang selama ini kau rasakan. Selamat menikmati perjalanan indahmu, menjemput pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya yang selama ini engkau rindu. Semoga kami masih bisa mengamalkan pesan-pesan luhurmu. Kami yang masih tertinggal disini, tertatih-tatih oleh godaan duniawi dan hawa nafsu. [ Tarim, 25 Rajab, 1439 H.

Kabarmeninggalnya Ra Kholilurrahman atau Ra Lilur cicit dari Waliyullah Syaikhona Mohammad Kholil bin Abd Latif Bangkalan, Madura, membuat masyarakat Indonesia berduka. Ulama yang terkenal nyentrik itu menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 22.00 WIB, Selasa (10/4) malam.

BANGKALAN – Kabar duka seketika menyebar dengan cepat. KH Kholilurrahman, ulama karismatik asal Bangkalan meninggal dunia Selasa malam 10/4 sekitar pukul Cicit Syaikhona Moh. Kholil bin Abd. Latif dan Nyai Nur Jati itu tutup umur di usia 75 tahun di Desa Banjar, Kecamatan Galis. Malam itu juga jenazah dibawa ke rumah putranya, Ra Bir Aly di Jalan Moh. Kholil, Kelurahan Demangan, Kecamatan Kota Bangkalan. Sepanjang Jalan KH Moh. Kholil hingga kompleks pemakaman Syaikhona Moh. Kholil di Martajasah dibanjiri manusia Rabu siang 11/4. Ribuan manusia dari berbagai kalangan mengantarkan jenazah almarhum. Jenazah almarhum dimakamkan di dekat makam Syaikhona Moh. Kholil. KH Imam Buchori, keponakan almarhum, tidak menyangka pamannya itu akan berpulang. Pukul sebelum mengembuskan napas terakhir, kiai yang akrab disapa Ra Lilur itu hanya pamit untuk tidur dan lampu suruh matikan kepada sang pembantu khadam. ”Saya dapat telepon dari Bir Aly. Dia bilang paman sudah tutup usia,” kata Ra Imam. Ra Imam menyampaikan, keluarga bani Kholil sangat kehilangan. Namun, kehendak Allah yang tidak bisa ditawar-tawar. ”Paman itu cukup sepuh di antara keluarga bani Kholil yang lain,” ujarnya. Dia menjelaskan, Ra Lilur meninggal di usia kurang lebih 75 tahun. Sebab, almarhum hanya selisih dua tahun dari KH Kholil AG, ayah Ra Imam. ”Paman itu adik abi paling bungsu,” terangnya. Almarhum merupakan putra pasangan suami istri Nyai Romlah dengan KH Sahrawi Sampang. Nyai Romlah merupakan anak kandung KH Imron. KH Imron adalah putra Syaikhona Moh. Kholil dengan Nyai Mutmainnah. ”Nyai Romlah dengan KH Sahrawi punya anak KH Fahrurrozi, KH Abdullah Aschal, KH Kholil AG, dan terakhir Paman Lilur,” tuturnya. Pada masa hidupnya, Ra Lilur menikah dengan Nyai Selani dari Kecamatan Sepulu. Hasil buah pernikahannya memiliki putra Ra Bir Aly yang kini menjadi anggota DPRD Bangkalan. ”Ra Bir Aly dari kecil diasuh abi saya KH Kholil AG, Red. Karena memang paman menitipkan kepada abi sejak masih bayi,” ucapnya. Kehidupan almarhum ketika masih muda seperti pemuda yang lain. Bermain dengan sepupu, saudara, dan teman yang lain. Baru ketika beranjak dewasa, almarhum mengenyam Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. ”Tapi, almarhum tidak lama mondoknya. Kurang lebih sekitar satu tahun,” tuturnya. Namun, waktu itu almarhum sudah menampakkan keanehan-keanehan. Baik mulai dari sifat, perilaku hingga ucapan. ”Saat mau beranjak dewasa mulai menampakkan keanehan,” katanya. Alamarhum memiliki feeling dan firasat yang tajam atas peristiwa yang akan terjadi. Hal itu sudah masyhur di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan umum dan hanya mondok satu tahun, almarhum sangat cerdas dan bisa menguasai banyak disiplin ilmu. ”Tidak mengada-ada. Meskipun beliau tidak sekolah, mondok hanya satu tahun. Tapi, beliau cukup menguasai segala disiplin ilmu,” terangnya. Semasa hidupnya, Ra Lilur memang menjalani hidup sufistik. Dengan kejernihan dan kerendahan hatinya, kerap kali pindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, masyarakat tetap mencari untuk mendapat barokah. ”Tapi, beliau tetap menghindar. Akhirnya berpindah-pindah tempat,” ungkapnya. Pertama tinggal di Desa Prancak, Kecamatan Sepulu. Kemudian di Desa Banyubunih, Kecamatan Galis. Lalu pindah ke Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis. Terakhir pindah ke Desa Banjar, Kecamatan Galis hingga tutup usia.

Lebihmengagetkan lagi, ternyata tubuh itu adalah Lora (Ra) Lilur yang sedang membujur. Sontak nelayan tersebut menceburkan kembali tubuhnya ke laut." Begitu sepenggal riwayat yang dituturkan Abah Kiyai saat kami mendaras kitab fikih al-Matnu asy-Syarif karangan Syeikhona Khalil bin Abdul Latif Bangkalan, buyut Ra Lilur-yang juga seorang

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Warga Madura berduka, KH Kholilurrahman atau yang populer dipanggil Ra Lilur, ulama kharismatik yang dikenal 'Jadzab' itu telah wafat, pada Selasa 10/4/2018, sekitar pukul WIB di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Jenazah akan dimakamkan berdekatan dan makam Syaikhona Kholil Bangkalan. Diketahui, KH Kholilurrahman adalah cicit dari Syaikhona Kholil Bangkalan, ulama yang menjadi guru para ulama di Mengutip cerita dan penjelasan dari Ismael Amin Kholil , dari Tarim, 25 Rojab, 1439 H, tulisan tersebut diperuntukkan untuk sosok mendiang Ra Lilur yang telah wafat. Ismael Amin Kholil, yang masih keponakan dari mendiang Ra Lilur menuliskan, "Selamat Jalan Paku Bumi Bangkalan". Menurutnya dalam tulisan yang diterima TIMES Indonesia dan sudah banyak beredar di media sosial seperti WhatsApp WA. "Telah wafat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Pamanda kami Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam di kediamannya di Desa Banjar, Bangkalan," tulisnya. "Jenazah akan dishalatkan di Ponpes Syaikhona Kholil pada hari ini jam 12 siang. Dan insyaAllah akan dimakamkan di komplek pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan." Ra Lilur ia ketahui, adalah Putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Ny Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdullathif Bangkalan. Dari kecil Ra Lilur terkenal sebagai sosok 'Jadzab' yang sering melakukan hal-hal yang tak dapat dicerna pikiran manusia biasa. Puluhan tahun yang lalu beliau bahkan sempat membuat kehebohan karena membakar Ponpes Syaikhona Kholil Demangan yang diasuh oleh kakaknya, KH Abdullah Schall. Konon, itu adalah isyarat bahwa kelak Ponpes syaikhona Kholil akan maju pesat dan memiliki bagunan tinggi megah setinggi asap api yang 'mumbul' di waktu itu. Sebuah Isyarat yang memang akhirnya menjadi kenyataan. Ra Lilur juga dikenal sebagai pengamal tirakat tingkat tinggi. Seringkali ia berkholwat di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Uniknya, mendiang juga seringkali 'bertapa' ditengah lautan, sampai-sampai pernah ada seorang nelayan merasa jaringnya telah menangkap mangsa yang besar. Udah kadung seneng eh ternyata ia kaget bukan main karena yang ia 'tangkap' adalah Ra Lilur. Kegemaran ber-uzlah inilah yang membuat beliau lebih memilih tinggal di pelosok Banjar, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Bangkalan. Ra Lilur juga bisa dibilang sebuah 'Bukti' nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di Sebuah Pesantren selama 3 bulan tapi gak pernah ngaji, kerjaannya cuma mancing. Meski begitu, Ra Lilur dikenal sebagai sosok 'Alim' yang mumpuni dengan kemampuan Bahasa Arab yang sangat fasih. Zuhud dan sederhana. Dua sifat yang bisa dibaca jelas dari kepribadian dan keseharian beliau. Baju singlet putih, celana hitam setinggi lutut, dan sebuah senter kecil yang ia bawa kemana-mana. Dengan pakaian ala 'petani' ini sekilas tak akan ada yang menyangka bahwa beliau adalah seorang ulama besar keturunan seorang wali besar. Ra Lilur memang telah menjadikan kezuhudan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Mendiang bahkan pernah mengeluhkan pada seorang tamunya akan fenomena banyaknya Ulama zaman Now yang telah silau oleh 'kerlap-kerlip' duniawi. Dengan bahasa Arab ia berkata kepada tamunya itu. "Jika Ulama sudah mencintai dunia dan lupa akan kedudukannya.. Itu berat.. Berat.. Dampaknya mereka akan terpecah belah.. Ya Allah selamatkanlah mereka," ujar Ra Lilur sambil menangis sesenggukan. Demi menyampaikan pesannya itu Ra Lilur bahkan pernah hadir dalam acara hajatan seorang konglomerat Madura, acara yang dihadiri oleh puluhan Kiai dan Ulama. Tidak ada angin gak ada hujan beliau tiba-tiba datang dan langsung menuju panggung acara. Dengan bahasa Arab yang fasih beliau mulai menyampaikan pesan-pesan dan 'keluh kesah'-nya akan kiai-kiai zaman sekarang yang sudah mulai terlena oleh gemerlap dunia. Dan waktu itu tampaklah pemandangan keren. Seorang lelaki sepuh berpakaian petani sedang menceramahi puluhan Alim Ulama di bawahnya yang seakan terpana melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Di lain kesempatan, dalam sebuah acara besar di Ponpes Syaichona Cholil beliau sekali lagi datang tiba-tiba. Sepertinya memang ada 'pesan' penting yang ingin beliau sampaikan waktu itu. Beliau naik ke panggung acara dan memulai kalamnya dengan sebuah 'ayat' yang mengingatkan bahwa kita yang ada di dunia ini akan kembali ke Hadhirat Ilahi. Tak kan ada yang hidup kekal abadi. "Apakah Kalian mengira bahwa Aku Allah menciptakan kalian secara sia-sia dan kalian tak kan pernah kembali kepada-KU?" begitu arti ayat yang disampaikan Ra Lilur. Ra Lilur lantas melantunkan Syair-syair cinta yang -sepertinya- sampai sekarang hanya ia yang mengetahui makna 'rahasia' di balik bait-bait Syair tersebut Apakah salah dosaku Kau pergi tinggalkan daku Dulu cintamu padaku Kini kau abaikan aku Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan daku Dulu kasih mesra kita Kala cintamu nan murni Kini ku dalam merindu Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan aku Beginilah akhir cinta Cintamu palsu belaka Ku terkapar dalam rindu. "Kita hanya bisa menerka bahwa itu adalah ungkapan cinta dan kerinduan beliau kepada Sang Ilahi. Yang demi Keridhoan-Nya selama ini beliau rela mencampakkan semua bentuk rayuan dan godaan dunia," tulis Ismael Amin Kholil. Dan kini, Ra Lilur sudah pergi, menjemput cinta dan rindu yang sudah lama ia pendam itu. Terbebaskan dari semua kepalsuan dunia yang selama ini telah ia singkirkan dari hati dan fikirannya. Seseorang pernah bermimpi melihat Malik Bin Dinar. Sosok Waliyullah besar di zamannya. Ia melihat Malik keluar dari penjara dan terlihat sangat bahagia. " Hore Aku bebas.. Aku merdeka.. " ucap Malik dimimpinya itu. Keesokan harinya tersebarlah kabar seantero kota bahwa Malik Bin Dinar baru saja meninggal. "Selamat Jalan Syaikhona... Engkau yang selama ini selalu mengingatkan kami akan ke-Fana-an dunia. Yang selalu berusaha menarik kami untuk merasakan indahnya kezuhudan yang selama ini kau rasakan," tulis Ismael Amin Kholil. "Selamat menikmati perjalanan indahmu Ra Lilur, menjemput pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya yang selama ini engkau rindu. Semoga kami masih bisa mengamalkan pesan-pesan luhurmu. Kami yang masih tertinggal disini, tertatih-tatih oleh godaan duniawi dan hawa nafsu...Allah Yarhamak Ya Syaikhona.. Wa Yuqoddis Sirrak.." *** Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
BujukRokem ini mempunyai putra yang bernama Datuk Hasan yang terkenal dengan julukan Bujuk Raddin, menurut versi keluarga dari keturunan Syarif Husain. Makam beliau berada di Batu Nahong Bangkalan. Sedangkan Datuk Hasan mempunyai putra yang bernama Datuk Yusuf Qadir yang dimakamkan di wilayah Bargan Jrengik, yang tidak jauh dari kota Sampang.

Bangkalan, NU OnlineKiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam wafat di kediamannya di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di Pesantren Syaikhona Kholil Rabu 11/4 siang ini. Selanjutnya dimakamkan di kompleks pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan. "Beliau adalah putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Ny Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdul Lathif Bangkalan. Dari kecil beliau terkenal sebagai sosok 'jadzab' yang sering melakukan hal-hal yang tak dapat dicerna pikiran manusia biasa," ungkap salah seorang keponakan Ra Lilur, Ismael Amin tahun yang lalu, tambahnya, bahkan beliau sempat membuat kehebohan karena membakar Pesantren Syaikhona Kholil Demangan yang diasuh oleh kakaknya, KH Abdullah Schall. Konon itu adalah isyarat bahwa kelak Pesantren Syaikhona Kholil akan maju pesat dan memiliki bangunan tinggi megah setinggi asap api yang 'mumbul' di waktu itu. Sebuah isyarat yang memang akhirnya menjadi kenyataan. "Beliau juga dikenal sebagai pengamal tirakat tingkat tinggi. Seringkali beliau berkhalwat di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Uniknya beliau juga seringkali 'bertapa' di tengah lautan, sampai-sampai pernah ada seorang nelayan merasa jaringnya telah menangkap mangsa yang besar. "Udah kadung seneng eh ternyata ia kaget bukan main karena yang ia 'tangkap' adalah Ra Lilur," urai ber-uzlah inilah yang membuat beliau lebih memilih tinggal di pelosok Banjar, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Lilur juga bisa dibilang sebuah 'bukti' nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di sebuah pesantren selama 3 bulan tapi gak pernah ngaji, kerjaannya cuma mancing. Meski begitu beliau dikenal sebagai sosok 'alim' yang mumpuni dengan kemampuan Bahasa Arab yang sangat fasih."Zuhud dan sederhana, 2 sifat yang bisa dibaca jelas dari kepribadian dan keseharian beliau. Baju singlet putih, celana hitam setinggi lutut, dan sebuah senter kecil yang ia bawa kemana-mana. Dengan pakaian ala 'petani' ini sekilas tak akan ada yang menyangka bahwa beliau adalah seorang ulama besar keturunan seorang wali besar," beliau memang telah menjadikan kezuhudan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Beliau bahkan pernah mengeluhkan pada seorang tamunya akan fenomena banyaknya ulama zaman now yang telah silau oleh 'kerlap-kerlip' duniawi dengan bahasa Arab ia berkata kepada tamunya itu. "Jika ulama sudah mencintai dunia dan lupa akan kedudukannya.. itu berat.. berat.. dampaknya mereka akan terpecah belah.. Ya Allah selamatkanlah mereka," ujar Ra Lilur sambil menangis menyampaikan pesannya itu, tambah Amien, beliau bahkan pernah hadir dalam acara hajatan seorang konglomerat Madura, acara yang dihadiri oleh puluhan kiai dan ulama. Tidak ada angin tidak ada hujan beliau tiba-tiba datang dan langsung menuju panggung acara. "Dengan bahasa Arab yang fasih beliau mulai menyampaikan pesan-pesan dan keluh kesahnya akan kiai-kiai zaman sekarang yang sudah mulai terlena oleh gemerlap dunia. Dan waktu itu tampaklah pemandangan keren, seorang lelaki sepuh berpakaian petani sedang menceramahi puluhan alim ulama di bawahnya yang seakan terpana melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka," lain kesempatan, dalam sebuah acara besar di Pesantren Syaikhona Kholil beliau sekali lagi datang tiba-tiba. Sepertinya memang ada 'pesan' penting yang ingin beliau sampaikan waktu itu. Beliau naik ke panggung acara dan memulai kalamnya dengan sebuah 'ayat' yang mengingatkan bahwa kita yang ada di dunia ini akan kembali ke hadhirat Ilahi.. tak kan ada yang hidup kekal abadi.. أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا و أنكم إلينا لا ترجعون" Apakah Kalian mengira bahwa Aku Allah menciptakan kalian secara sia-sia dan kalian tak kan pernah kembali kepada-Ku? " Beliau lantas melantunkan Syair-syair cinta yang -sepertinya- sampai sekarang hanya beliau yang mengetahui makna 'rahasia' di balik bait-bait Syair itu Apakah salah dosakuKau pergi tinggalkan dakuDulu cintamu padakuKini kau abaikan akuApakah salah dosakuKini kau tinggalkan dakuDulu kasih mesra kitaKala cintamu nan murniKini ku dalam merinduApakah salah dosakuKini kau tinggalkan akuBeginilah akhir cintaCintamu palsu belakaKu terkapar dalam rindu..Kita hanya bisa menerka bahwa itu adalah ungkapan cinta dan kerinduan beliau kepada Sang Ilahi. Yang demi Keridlaan-Nya selama ini beliau rela mencampakkan semua bentuk rayuan dan godaan dunia. Dan tadi malam beliau pergi, menjemput cinta dan rindu yang sudah lama ia pendam itu. Terbebaskan dari semua kepalsuan dunia yang selama ini telah ia singkirkan dari hati dan fikirannya."Selamat Jalan Syaikhona... Engkau yang selama ini selalu mengingatkan kami akan ke-Fana-an dunia. Yang selalu berusaha menarik kami untuk merasakan indahnya kezuhudan yang selama ini kau rasakan.""Selamat menikmati perjalanan indahmu, menjemput pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya yang selama ini engkau rindu. Semoga kami masih bisa mengamalkan pesan-pesan luhurmu. Kami yang masih tertinggal disini, tertatih-tatih oleh godaan duniawi dan hawa nafsu. Allah Yarhamak Ya Syaikhona.. Wa Yuqoddis Sirrak," ujar Ismael Amin Kholil. Hairul Anam/Muiz

AtorcatorCom - Telah wafat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Pamanda kami Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam di kediamannya di Desa Banjar, Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di ponpes Syaichona Cholil pada hari ini jam 12 siang. Dan insyaAllah akan dimakamkan di komplek pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan.

Ia adalah cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Pamanda kami Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan Ra Lilur’ tadi malam di kediamannya di Desa Banjar, Bangkalan. Ra Lilur Yang Kami Ketahui … Beliau adalah Putra dari KH. Zahrawi dan Ny. Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdullathif Bangkalan. Dari kecil beliau terkenal sebagai sosok Jadzab’ yang sering melakukan hal-hal yang tak dapat dicerna pikiran manusia biasa. Puluhan tahun yang lalu beliau bahkan sempat membuat kehebohan karena membakar Ponpes Syaikhona Kholil Demangan yang diasuh oleh kakaknya, KH. Abdullah Schall. Konon itu adalah isyarat bahwa kelak Ponpes syaikhona Kholil akan maju pesat dan memiliki bagunan tinggi megah setinggi asap api yang mumbul’ di waktu itu. Sebuah Isyarat yang memang akhirnya menjadi kenyataan .. Beliau juga dikenal sebagai pengamal tirakat tingkat tinggi. Seringkali beliau berkholwat di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Uniknya beliau juga seringkali bertapa’ ditengah lautan, sampai-sampai pernah ada seorang nelayan merasa jaringnya telah menangkap mangsa yang besar. Udah kadung seneng eh ternyata ia kaget bukan main karena yang ia tangkap’ adalah Ra Lilur.. Kegemaran ber-uzlah inilah yang membuat beliau lebih memilih tinggal di pelosok Banjar, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Bangkalan. Ra Lilur juga bisa dibilang sebuah Bukti’ nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di Sebuah Pesantren selama 3 bulan tapi gak pernah ngaji, kerjaannya cuma mancing. Meski begitu beliau dikenal sebagai sosok Alim’ yang mumpuni dengan kemampuan Bahasa Arab yang sangat fasih. Zuhud dan sederhana, 2 sifat yang bisa dibaca jelas dari kepribadian dan keseharian beliau. Baju singlet putih, celana hitam setinggi lutut, dan sebuah senter kecil yang ia bawa kemana-mana. Dengan pakaian ala petani’ ini sekilas tak akan ada yang menyangka bahwa beliau adalah seorang ulama besar keturunan seorang wali besar. Beliau memang telah menjadikan kezuhudan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Beliau bahkan pernah mengeluhkan pada seorang tamunya akan fenomena banyaknya Ulama zaman Now yang telah silau oleh kerlap-kerlip’ duniawi. Dengan bahasa Arab ia berkata kepada tamunya itu ” Jika Ulama sudah mencintai dunia dan lupa akan kedudukannya.. Itu berat.. Berat.. Dampaknya mereka akan terpecah belah.. Ya Allah selamatkanlah mereka,” ujar Ra Lilur sambil menangis sesenggukan.. Demi menyampaikan pesannya itu beliau bahkan pernah hadir dalam acara hajatan seorang konglomerat Madura, acara yang dihadiri oleh puluhan Kiai dan Ulama. Gak ada angin gak ada hujan beliau tiba-tiba datang dan langsung menuju panggung acara. Dengan bahasa Arab yang fasih beliau mulai menyampaikan pesan-pesan dan keluh kesah’-nya akan kiai-kiai zaman sekarang yang sudah mulai terlena oleh gemerlap dunia. Dan waktu itu tampaklah pemandangan keren. Seorang lelaki sepuh berpakaian petani sedang menceramahi puluhan Alim Ulama di bawahnya yang seakan terpana melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Di lain kesempatan, dalam sebuah acara besar di Ponpes Syaichona Cholil beliau sekali lagi datang tiba-tiba. Sepertinya memang ada pesan’ penting yang ingin beliau sampaikan waktu itu. Beliau naik ke panggung acara dan memulai kalamnya dengan sebuah ayat’ yang mengingatkan bahwa kita yang ada di dunia ini akan kembali ke Hadhirat Ilahi.. Tak kan ada yang hidup kekal abadi.. أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا و أنكم إلينا لا ترجعون ” Apakah Kalian mengira bahwa Aku Allah menciptakan kalian secara sia-sia dan kalian tak kan pernah kembali kepada-KU ? ” Beliau lantas melantunkan Syair-syair cinta yang -sepertinya- sampai sekarang hanya beliau yang mengetahui makna rahasia’ di balik bait-bait Syair itu Apakah salah dosaku Kau pergi tinggalkan daku Dulu cintamu padaku Kini kau abaikan aku Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan daku Dulu kasih mesra kita Kala cintamu nan murni Kini ku dalam merindu Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan aku Beginilah akhir cinta Cintamu palsu belaka Ku terkapar dalam rindu.. Kita hanya bisa menerka bahwa itu adalah ungkapan cinta dan kerinduan beliau kepada Sang Ilahi. Yang demi Keridhoan-Nya selama ini beliau rela mencampakkan semua bentuk rayuan dan godaan dunia. Dan beliau telah pergi, menjemput cinta dan rindu yang sudah lama ia pendam itu. Terbebaskan dari semua kepalsuan dunia yang selama ini telah ia singkirkan dari hati dan fikirannya. Seseorang pernah bermimpi melihat Malik Bin Dinar. Sosok Waliyullah besar di zamannya. Ia melihat Malik keluar dari penjara dan terlihat sangat bahagia. ” Hore Aku bebas.. Aku merdeka.. ” ucap Malik dimimpinya itu. Keesokan harinya tersebarlah kabar seantero kota bahwa Malik Bin Dinar baru saja meninggal… Selamat Jalan Syaikhona… Engkau yang selama ini selalu mengingatkan kami akan ke-Fana-an dunia. Yang selalu berusaha menarik kami untuk merasakan indahnya kezuhudan yang selama ini kau rasakan. Selamat menikmati perjalanan indahmu, menjemput pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya yang selama ini engkau rindu. Semoga kami masih bisa mengamalkan pesan-pesan luhurmu. Kami yang masih tertinggal disini, tertatih-tatih oleh godaan duniawi dan hawa nafsu… Allah Yarhamak Ya Syaikhona.. Wa Yuqoddis Sirrak.. Tarim, 25 Rojab, 1439 H.

Haulpertama ra lilur yang dilaksanakan di kediaman putra beliau Rabir Ali yg berlokasi di demangan barat bangkalan Penglipuran Bamboo Forest4Espaces naturels et sauvages • ForêtsCircuits et expériencesParcourez différents moyens de découvrir cet Bamboo Forest les meilleures façons d'en profiter La régionLe meilleur dans les environs51 dans un rayon de 10 kmCes avis sont traduits automatiquement depuis l' service peut contenir des traductions fournies par Google. Google exclut toute garantie, explicite ou implicite, en rapport aux traductions, y compris toute garantie d'exactitude, de fiabilité et toute garantie implicite de valeur marchande, d'aptitude à un usage particulier et d'absence de PUbud, Indonésie256 contributionsavr. 2019Assez déçu par le village de Penglipuran où chaque maison est une boutique de souvenirs ou un warung, et il faut payer pour visiter, je n'ai pas perdu la journée grâce à la forêt mitoyenne de bambous géants. Un chemin empierré est même tracé au milieu de ces arbres ET vous êtes seul ! les arbres intéressent moins que les souvenirs...Écrit le 20 avril 2019Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de Canada457 contributionssept. 2015 • Entre amisAprès la visite du village en plein soleil, il est agréable de se plonger dans la forêt de bamboo et apprécier un peu d' le 30 juin 2016Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2016 • En coupleTout est dans le titreSi vous êtes à Penglipuran faites une petite balade dans la forêt qui se trouve juste dernier le village, on se croirait sur une autre planète Des bambous de cette taille en si grande quantité ce n'est donné à tout le monde d'en voir!Écrit le 11 mai 2016Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2017 • En coupleIl est situé à l'arrière de l'Penglipuran village. C'est un plaisir de se promener dans cet hôtel, nous avons pu le constater quand le soleil est très chaude. Il a l'air très frais et de contempler agréable odeur de forêt de bambous. Un endroit à voir !Écrit le 13 juin 2017Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2017 • En soloC'est ma première fois à forêt de bambous, et c'est calme. Peut-être parce que c'est tout à fait son village de route, nous avons besoin d'en tirer quand le véhicule. Dans l'ensemble, c'est un hôtel le 20 avril 2017Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de Bamboo Forest Bangli 2023 Ce qu'il faut savoir pour votre visite - TripadvisorFoire aux questions à propos de Penglipuran Bamboo ForestNous vous recommandons de réserver votre visite de Penglipuran Bamboo Forest à l'avance pour vous assurer d'avoir une place. Si vous réservez sur Tripadvisor, vous avez jusqu'à 24 heures avant le début de la visite pour obtenir un remboursement complet si vous annulez. Voir les 23 visites à Penglipuran Bamboo Forest sur Tripadvisor PERBEDAANPENGETAHUAN LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ARTHRITIS RHEUMATOID DI DESA KELBUNG KECAMATAN SEPULU KABUPATEN BANGAKALAN MADURA . Tersimpan di: Main Author: NIKMAH, FAIDATUL: Format: Thesis NonPeerReviewed Book: Bahasa: eng: Terbitan: , 2019: Subjects: BANGKALAN, – Kontestasi politik pada Pemilu 2024 semakin menarik diikuti. Terutama, pada pemilihan legislatif pileg di Kabupaten Bangkalan. Tidak sedikit pendatang baru bermunculan. Salah satunya, bakal calon legislatif bacaleg dari Partai Hanura. Dia adalah Ra Jali yang diketahui merupakan cicit Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan. Ra Jali mantap maju sebagai bacaleg dari daerah pemilihan dapil 2, yakni Kecamatan Klampis, Geger, dan Sepulu. Putra Ra Bir Aly Kholilur Rahman itu menjadi representasi anak muda. Dia cukup dikenal di tengah-tengah masyarakat. Sebab, ayahnya, Ra Bir Aly, merupakan putra ulama nyentrik, Ra Lilur Kholilur Rahman. Ra Lilur adalah cicit langsung dari Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan. Kini Ra Jali baru genap berusia 24 tahun. Meski terbilang muda, Ra Jali ingin berkontribusi untuk kemajuan Bangkalan melalui jalur politik. Dalam pencalonannya sebagai bacaleg, Ra Jali mendapatkan nomor urut 2 dari partai besutan H. Wiranto itu. ”Tahun ini saya bergabung ke Partai Hanura. Alhamdulillah setelah mendaftar ke KPU, saya mendapatkan nomor urut dua,” katanya kemarin 16/5. Menurut dia, pada pemilu kali ini, pihaknya maju dari dapil 2. Dia mengaku sangat yakin terpilih. Apalagi, niat nyaleg tidak lepas karena ingin memberikan kontribusi yang baik untuk Bangkalan. Selain itu, ingin membuktikan bahwa anak muda juga bisa berpartisipasi dalam politik praktis. ”Karena masyarakat mengira ulama itu untuk ditakuti dan disegani. Padahal bukan begitu, saya ingin masyarakat mencintai saya dan saya bisa bermanfaat untuk masyarakat, terutama di dapil saya nanti,” ucapnya. Dia menyatakan, maju menjadi kandidat bacaleg di usia yang masih milenial tentu bukan tanpa alasan. Namun, pihaknya ingin membuktikan bahwa anak muda juga memiliki nilai juang. ”Saya ingin memperjuangkan kaum milenial. Saya ingin membuktikan bahwa kaum milenial juga bisa terjun ke dunia politik dan tidak memandang usia,” tandasnya. ay/daf/par Terkini Selasa, 16 Mei 2023 1635 WIB matamaduranewscom-BANGKALAN-Ra Lilur dan Ra Fuad sama-sama cicit Syechona Kholil, Bangkalan. Keduanya berbeda jalan. Tapi satu tujuan. Lewati ke konten. 28/07/2022. Redaksi; Nyai Romlah memiliki putra, salah satunya, Ra Lilur. Kiai Amin memiliki putra, Ra Fuad. KH Kholilur Rohman atau Ra Lilur. Ra Lilur menjalani kehidupan Sufisme. Memilih .
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/357
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/959
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/773
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/271
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/39
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/107
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/950
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/960
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/181
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/370
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/426
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/439
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/27
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/147
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/375
  • putra ra lilur bangkalan