bangunanIndis di Indonesia digunakan untuk menyebut bangunan-bangunan yang bercorak Eropa/Barat. Corak bangunan ini dibawa ke Indonesia oleh orang-orang Belanda pada saat masa kolonial. Gunadi dan Hatmaji (1997) menyatakan bahwa bangunan Indis semula merupakan sebutan untuk bentuk bangunan rumah tinggal para pejabat
Bagi kamu yang tertarik untuk menciptakan unsur Jawa pada rumahmu, sebaiknya ketahui dulu 5 ciri khas rumah Jawa berikut ini beserta filosofinya! Arsitektur minimalis semakin banyak diterapkan di hunian masa kini. Bukan tanpa alasan, rumah minimalis memang menciptakan kesan modern dan cenderung mudah untuk diaplikasikan. Apalagi jika dibandingkan dengan arsitektur rumah tradisional seperti rumah Jawa. Proses pembuatannya tak boleh sembarangan dan harus penuh perhitungan. Sebab, setiap letak, arah, dan posisi, memiliki maknanya sendiri. Salah-salah dalam menerapkannya, maka makna serta filosofinya bisa keliru pula. Tak bisa dipungkiri, hal ini lah yang membuat banyak orang tak lagi menerapkan arsitektur rumah tradisional pada hunian mereka. Padahal, kamu juga bisa loh menerapkan beberapa unsur tradisional pada rancangan hunianmu. Tak harus mengikuti semua detail-nya, setidaknya ciri khas dan filosofi yang terdapat pada rumah Jawa tetap ada. Bagi kamu yang tertarik untuk menciptakan unsur Jawa pada rumahmu, sebaiknya ketahui dulu 5 ciri khas rumah Jawa berikut ini beserta filosofinya! 5 ciri khas rumah adat Jawa yang selalu ada 1. Ciri ciri rumah adat Jawa yang sering ada adalah ada teras dan pendopo Sumber RomaDecade Seperti rumah modern, rumah adat Jawa juga memiliki teras pada bagian terdepan rumah. Ada pula pendopo yang digunakan pemilik rumah untuk menyambut tamu yang datang. Bentuk teras dan pendopo khas Jawa biasanya tidak memiliki pembatas. Secara filosofi, konsep ini merupakan perwujudan kerukunan masyarakat Jawa. Pembatas yang dihilangkan melambangkan sikap keterbukaan tuan rumah kepada siapa saja yang datang. 2. Ciri ciri rumah adat Jawa selanjutnya adalah adanya Pringgitan Sumber Rumah Joglo Limasan Pringgitan merupakan ruang penghubung pendopo dengan ruang utama di rumah. Pada zaman dahulu, Pringgitan dibuat sebagai tempat pertunjukan wayang kulit saat ada acara-acara besar. Namun di rumah modern, Pringgitan bisa diaplikasikan sebagai ruang keluarga, atau ruang untuk melakukan aktivitas bersama. 3. Krobongan, salah satu ciri khas rumah daerah Jawa Sumber Naufal Yudhistira Krobongan adalah ruangan paling istimewa dalam rumah Jawa. Dahulu, ruangan ini berfungsi sebagai ruangan untuk menyimpan benda-benda pusaka. Kegiatan-kegiatan sakral seperti doa kepada Tuhan atau semedi juga dilakukan di ruangan ini. Bagi masyarakat Jawa, ruang untuk beribadah harus tersedia dalam sebuah hunian. Apabila diimplementasikan pada rumah masyarakat modern, ruangan ini bisa berupa musala untuk umat Muslim, atau tempat sembahyang untuk agama lainnya. 4. Dalem ageng, bagian di rumah Jawa yang harus ada Sumber Jejahbocahilang Dalem ageng adalah kamar. Ruangan ini merupakan bagian terpenting dalam rumah tradisional Jawa, dan sudah masuk ke bagian privat/pribadi. Pada rumah tradisional yang benar-benar kental, kamar dibagi tiga, untuk orang tua, anak laki-laki, dan anak perempuan. Pemisahan kamar ini dianggap sangat penting karena dalam budaya Jawa, pria dan wanita dibedakan kedudukan dan perlakuannya. Namun di rumah modern, kamar anak biasanya dibuat sama dan tidak dibedakan berdasarkan gender. 5. Gandhok, pawon, pekiwan Sumber Sulaiman Channel Dalam rumah tradisional khas Jawa, kedua ruangan ini selalu berada di paling belakang. Gandhok merupakan ruangan belakang yang memanjang di sisi dalem ageng dan pringgitan. Pawon adalah dapur, dan pekiwan adalah toilet. Ruangan tersebut biasanya dibuat terpisah dari ruangan lainnya yang dianggap suci. Untuk desain sendiri, ketiga ruangan tersebut tak memiliki patokan tata letak khusus karena kegiatan yang dilakukan di dalamnya, seperti makan, atau buang air, dianggap bukan sesuatu yang penting. Itu dia ciri khas rumah Jawa yang bisa kamu aplikasikan di rumahmu. Untuk menghasilkan desain hunian yang otentik, kamu bisa mengikuti ciri khas di atas. Untuk artikel seputar rumah tradisional lainnya, simak di Pertimbangkanwisata alam seperti Pantai Batu Karas, Ranca Upas, atau taman seperti Dago Dream Park. ③ Untuk Anda yang suka udara adem, kunjungi daerah Lembang-Bandung atau Dago-Bandung. ④ Dapatkan pengalaman unik dengan berkunjung ke tempat wisata ala luar negeri. 10 Tempat wisata di Jawa Barat. No. 1: Lembang Park & Zoo.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Wonosobo adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah dan terletak persis di tengah-tengah pulau Jawa. Sebagai daerah paling sentral di pulau Jawa, kabupaten yang terkenal dengan Mie Ongkloknya ini menjadi pusat pertemuan dari berbagai budaya, terutama antara barat dan timur wilayah Jawa. Bukan hanya terkenal akan tempat wisatanya saja seperti dataran tinggi Dieng, namun Wonosobo juga mempunyai ciri khas unik dari budaya masyarakatnya. Salah satunya Jawa di Wonosobo sebenarnya termasuk dalam sub dialek Kedu yang juga dituturkan oleh masyarakat bekas wilayah Karesidenan Kedu lainnya seperti Magelang, Purworejo, Temanggung, dan Kebumen. Tetapi jika kita amati, masing-masing kota dan kabupaten tersebut memiliki banyak sekali perbedaan seperti Magelang dan Purworejo yang masih sangat mirip dengan dialek bandekan Yogyakarta, Temanggung yang sudah mulai sedikit tercampur dengan aksen lain yang agak berbeda, dan Kebumen yang ngapak. Masyarakat Wonosobo sebenarnya bukan termasuk penutur bahasa ngapak ala Banyumasan, bukan juga pengguna bahasa Jawa bandekan seperti umunya kota-kota lain Jawa Tengah-Yogyakarta. Terus apa kalau begitu? Ini dia beberapa ciri khas Bahasa Jawa ala Logat dan aksen yang unik dan beragam Sebagai daerah pertengahan yang menjadi pertemuan antara budaya banyumasan yang ngapak dengan Surakarta/Yogyakarta yang medhok, aksen dan gaya bicara masyarakat Wonosobo adalah campuran antara keduanya. Namun gaya bicara yang ada pun ternyata bukan hanya satu jenis. Jika kita amati, sebenarnya semakin ke barat wilayah Wonosobo gaya bicara masyarakatnya pun semakin mirip dengan dialek banyumasan. Sebaliknya semakin ke barat gaya bicaranya lebih mendekati dialek bandekan khas Jogja dan Solo yang medhok. Sebagai informasi, saya berasal dari daerah Kecamatan Sapuran yang mana sudah mendekati perbatasan dengan Magelang dan Purworejo sehingga cukup berbeda dengan teman-teman saya yang berasal dari daerah lain walaupun masih satu Kabupaten seperti Kertek, Mojotengah, Wadaslintang, dan Garung. Sebagai contoh, jika pelafalan huruf "K" diakhir sebuah kata seperti Sitik, Gasik, Apik, dan Badak di beberapa kecamatan seperti Kertek, Garung, dan Mojotengah dibaca dengan pelafalan yang tegas, di kecamatan yang lain seperti Sapuran dan Kepil adalah dengan membaca huruf "K" secara lebih samar-samar misalnya siti', api', bada', listri' mungkin seperti kata "tidak" atau "agak" dalam bahasa Indonesia.Begitupun dengan logat yang dituturkan. Beberapa daerah memiliki logat yang lebih meliuk-liuk dan banyak penekanan. Sementara di daerah yang berbeda, aksen yang digunakan cenderung lebih datar dan halus. Antar kecamatan bahkan desa pun selalu memiliki ciri khas berbicara yang berbeda-beda, apalagi antar kota. Orang Wonosobo biasanya akan menganggap lucu dan agak lebih kasar ketika mendengar orang-orang dari daerah Banyumas yang berbicara dengan aksen ngapaknya. Namun orang Wonosobo juga akan dianggap lucu dan unik jika orang-orang Jogja/Solo mendengar mereka berbicara. Salah satu kelebihan orang Wonosobo adalah mereka cukup adaptif untuk masalah bahasa, sehingga hanya butuh waktu singkat agar mereka dapat menyesuaikan dengat logat dari daerah lain 2. Pengucapan huruf vokalDalam hal ini, warga Wonosobo agak memiliki kesamaan dengan daerah Jawa Timur di mana pengucapan E dan I memiliki cara baca yang sama antara huruf vokal pertama dan kedua. Misalnya adalah kata titip" yang dalam Bahasa Jawa pada umumnya akan dibaca "titep", maka akan dibaca "tetep" dalam pengucapan ala Wonosobo. Ada pula pengucapan U dan O yang dilafalkan berbeda. Jika dialek surakarta membaca kata "tutup" dengan ucapan "tutop", masyarakat Wonosobo melafalkan U dalam kedua huruf vokal sebagai O seperti O dalam Oreo, maka akan dibaca "totop". Begitu juga dengan kata lain yang memiliki pola yang sama seperti kata durung, atau urung dialek Surakarta yang dalam bahasa ala Wonosobo diucapkan "horong". "Deke gak tetep ora? nyong gak lunga aja klalen totopna lawang ya nek horong di totop". Yang menjadi ciri khas lain adalah penggunaan kata A yang tetap dibaca A tidak seperti pada dialek surakarta yang dobaca O. Hal ini menjadi kemiripan dengan dialek banyumasan atau ngapak. Misalnya kata-kata seperti boso, sego, keno, bedo, dan dendo yang dibaca basa, sega, kena, beda, dan, denda. Dan biasanya masyarakat Wonosobo mengganti huruf A diawal kata setelah huruf konsonan dengan E, seperti bali, bayar, dan banyu menjadi beli, beyar, benyu. "Nyong guli gak beli mbeyar benyu ndeset ya". 3. Kosakata yang melimpah Bukan hanya logat, Bahasa Wonosobo juga memiliki jumlah kosakata yang banyak, beragam, dan bahkan berbeda-beda di tiap desa. Ini tidak hanya meliputi istilah-istilah khusus tertentu, tetapi juga kata-kata dasar dalam penggunaan sehari-hari juga berbeda. Salah satunya adalah untuk menyebut "kamu" yang dalam dialek lain adalah "koe", dalam Bahasa Wonosobo memiliki lebih dari satu. Bisa dengan kata deke, de'e, sira, rika, ra'i, sire. Saya tinggal di Desa Pecekelan di mana mayoritas menggunakan kata "sira". Ketika ngobrol dengan teman saya dari desa lain yang menggunakan "deke" jelas terdengar berbeda. Begitu juga ketika bertemu teman saya dari desa lainnya lagi yang menggunakan "de'e" ataupun "sire". Walaupun berbeda-beda, namun semuanya dipersatukan karena sama-sama pengguna kata nyong. 1 2 3 4 Lihat Travel Story Selengkapnya

Gunungsebagai parahyangan (tempat tinggal dewa atau hyang), wilayah dataran dianggap sebagai dunia manusia, dan laut sebagai dunia monster laut atau makhluk jahat. Konsep ini penting dalam pemilihan lokasi dan arah bangunan, karena dianggap dapat mempengaruhi energi dan keseimbangan alam. Faktor yang Mempengaruhi Desain Arsitektur Bali
Arsitektur Arsitektur rumah Jawa dapat ditandai dengan adanya aturan hierarki yang dominan seperti yang tercermin pada bentuk atap rumah. Rumah tradisional Jawa memiliki tata letak yang sangat mirip antara satu dengan lainnya, tetapi bentuk atap ditentukan oleh status sosial dan ekonomi dari pemilik rumah. Arsitektur tradisional rumah Jawa banyak dipengaruhi oleh arsitektur pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, gaya arsitektur ini juga sangat berkontribusi pada perkembangan arsitektur modern di Indonesia pada abad ke-20. Sesuai dengan struktur masyarakat Jawa dan tradisinya, rumah-rumah tradisional Jawa diklasifikasikan menurut bentuk atap mereka dari yang terendah ke tertinggi, yaitu Kampung, Limasan, dan Joglo. Rumah Kampung Atap Rumah Kampung diidentifikasikan sebagai rumah dari rakyat biasa. Secara struktural, atap Kampung adalah atap yang paling sederhana. Atap puncak Rumah Kampung bersandar pada empat tiang tengah dan ditunjang oleh dua lapis tiang pengikat. Bubungan atap didukung penyangga dengan sumbu Utara-Selatan yang khas. Struktur ini dapat diperbesar dengan melebarkan atap dari bagian atap yang ada. Rumah Limasan Atap Rumah Limasan digunakan untuk rumah-rumah keluarga Jawa yang memiliki status lebih tinggi. Jenis rumah ini adalah jenis yang paling umum untuk rumah Jawa. Denah dasar empat tiang rumah dapat diperluas dengan menambah sepasang tiang di salah satu ujung atap. Rumah Joglo Atap Joglo adalah bentuk atap yang paling khas dan paling rumit. Atap Rumah Joglo dikaitkan dengan tempat tinggal bangsawan Keraton, kediaman resmi, bangunan pemerintah, dan rumah bangsawan Jawa, atau ningrat. Saat ini pemiliknya tidak lagi terbatas pada keluarga bangsawan, melainkan siapa saja yang memiliki cukup dana untuk membangunnya. Sebab, untuk membangun rumah Joglo dibutuhkan bahan bangunan yang cukup banyak dan mahal. Atap Joglo memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari 2 jenis atap lainya, yaitu atap utama lebih curam, dan bubungan atap tidak sepanjang rumah Limasan. Di empat tiang utama yang mendukung atap di atasnya terdapat susunan khas berupa tiang-tiang berlapis yang diartikan sebagai Tumpang Sari. Selain itu, jika terjadi kerusakan pada Rumah Joglo, proses perbaikan tidak boleh mengubah bentuk semula. Hal ini dikarenakan orang Jawa percaya, jika melanggar aturan ini akan menimbulkan pengaruh yang kurang baik pada penghuni rumah. Bangunan rumah Tidak berbeda dengan rumah tradisional Bali, rumah Jawa biasanya dibangun dalam suatu kompleks berdinding. Bahan untuk dinding pelindung kompleks rumah dibuat dari batu, bambu, dan kayu diperuntukan untuk rumah orang kaya. Rumah tradisional orang Jawa ideal nya terdiri atas tiga bangunan utama, yaitu Omah, Pendapa, dan Peringgitan. Pendopo Pendopo atau pendapa adalah sebuah paviliun yang terletak di bagian depan kompleks. Tempat ini digunakan untuk menerima tamu, pertemuan sosial, atau pertunjukan ritual. Pendopo menggunakan atap Joglo dan hanya terdapat di kompleks rumah orang kaya. Di beberapa daerah perkotaan yang padat, dinding batu biasanya akan didirikan di sekitar pendopo. Pringgitan Pringgitan adalah ruang yang menghubungkan antara Pendopo dengan Omah. Peringitan merupakan tempat untuk ringgit, yang memiliki arti wayang atau bermain wayang. Pringgitan memiliki bentuk atap Kampung atau Limasan. Omah Omah adalah rumah utama. Kata omah berasal dari Austronesia yang berarti “rumah”. Omah biasanya memiliki tata letak persegi atau persegi panjang dengan lantai yang ditinggikan. Bagian tengah omah menggunakan bentuk atap Limasan atau Joglo. Daerah di bawah atap dibagi oleh bilah-bilah dinding menjadi daerah dalam dan luar. Dalem Dalem adalah bangunan tertutup yang dibagi sepanjang poros Utara dan Selatan menjadi daerah-daerah yang berbeda. Pada model rumah Kampung dan Limasan, pembagian ini digunakan untuk membedakan antara bagian depan dan belakang. Namun, pada rumah Joglo terdapat tiga pembagian yang lebih rumit, antara depan, tengah, dan belakang. Bagian Timur depan Dalem adalah tempat berlangsungnya kegiatan semua anggota keluarga dan tempat semua anggota keluarga tidur pada sebuah ranjang bambu, sebelum pubertas anak-anak. Bagian tengah Dalem rumah Joglo ditegaskan oleh empat tiang pokok. Saat ini, bagian itu tidak lagi memiliki kegunaan khusus namun, secara tradisional daerah ini merupakan tempat pedupaan yang dibakar sekali dalam seminggu untuk menghormati Dewi Sri dewi padi, dan juga merupakan tempat pengantin pria dan wanita duduk pada upacara pernikahan. Senthong Senthong merupakan bagian belakang omah yang terdiri dari tiga ruangan tertutup. Senthong Barat merupakan tempat menyimpan beras dan hasil pertanian lainnya, sementara peralatan bertani disimpan di sisi Timur. Senthong secara tradisional merupakan ruangan yang dihias semewah mungkin atau lebih dikenal sebagai tempat tinggal tetap dari Dewi Sri. Pasangan pengantin baru terkadang tidur di Senthong tengah. Di bagian luar atau belakang kompleks terdapat beberapa bangunan lain seperti dapur dan kamar mandi. Sebuah sumur biasanya ditempatkan di sisi Timur karena, sumur yang berfungsi sebagai penyedia air dianggap sebagai sumber kehidupan dan selalu menjadi hal pertama yang harus diselesaikan ketika membangun sebuah kompleks rumah baru. Jika jumlah anggota keluarga atau kekayaan keluarga bertambah, bangunan-bangunan tambahan gandhok dapat ditambahkan.
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS gaya bangunan terutama untuk tempat tingal khas jawa. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu.
tentang Rumah adat Jawa Tengah kita kan langsung berpikir Joglo. Tahukah anda selain mengandung nilai historis yang kental. Rumah adat joglo telah menjadi perwujudan jati diri masyarakat Jawa seperti halnya rumah Gadang bagi orang Minang. Keunikan Rumah Joglo Joglo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah gaya bangunan untuk tempat tinggal khas Jawa yang atapnya menyerupai trapesium. Rumah Joglo pun memiliki keunikan dari beberapa bagian bangunan, ini denah yang biasnaya teradpata dalam arsitektur bangunan Joglo tradisional dan fungsinya yang berbeda-beda Pendopo Pendopo adalah salah satu bagian dari Joglo yang kerap kali dijumpai. Pendopo yang merupakan ruangan untuk menjamu para tamu, banyak menjadi inspirasi rumah modern minimalis dengan konsep ruangan terbuka. Pringgitan Pringgitan merupakan ruang tengah yang dipakai untuk menerima tamu namun masih memiliki hubungan dekat dengan pemilik rumah. Umumnya, pringgitan menjadi ruang yang menghubungkan antara pendopo dengan omah. Pringgitan yang berarti wayang atau bermain wayang, memiliki bentuk atap kampung atau limasan yang sangat menarik. Omah Omah atau juga omah ndalem dan omah njero adalah sebuah ruang tempat anggota keluarga berkumpul. Omah yang menjadi rumah utama berasal dari kata Austronesia yang artinya rumah. Omah biasanya memiliki tata letak persegi panjang atau bentuk limasan yang memiliki lantai ditinggikan dan dilengkapi berbagai ornamen yang unik. Senthong Senthong merupkan nama untuk bagian di dalam Rumah adat Joglo yang merupakan kamar dan terbagi menjadi senthong kamar kanan, kiwa atau kamar kiri serta kamar tengah. Senthong sendiri biasanya merupakan ruang tertutup yang digunakan sebagai kamar untuk berbagai keperluan seperti kamar tidur, dapur, kamar mandi, hasil pertanian dan lainnya. Namun, adapun senthong secara tradisional yang menjadi ruang pasangan pengantin baru, terletak di tengah rumah yang biasanya dihias semewah mungkin dan dikenal sebagai tempat tinggal Dewi Sri. Pedepokan Pedepokan merupakan salah satu bagian dari Rumah adat Joglo yang menjadi tempat untuk beribadah atau menenangkan diri. Pedepokan menjadi tempat yang sakral untuk menjalankan ritual dan sebagai tempat perlindungan diri. Saka Saka merupakan bagian struktur pada bangunan Rumah adat Joglo yang merupakan penyangga. Mewakili empat arah mata angin yakni timur, selatan, utara dan barat, yang dalam saka guru terdapat sebuah tumpang sari dengan susunan pola terbalik. Corak bangunan rumah adat joglo ini biasanya khas sekali dengan arsitektur Jawa-nya. Namun, tahukah kamu jika sebenarnya arsitektur rumah adat ini juga dipengaruhi oleh corak budaya agama Hindu? Itulah mengapa ajaran keagamaan yang dianut masyarakat turut memengaruhi perilaku sosial masyarakat. Tidak hanya berhenti pada kondisi sosial semata, tapi juga berdasarkan skema arsitektur bangunan yang sudah ada. Umumnya, bangunan rumah adat yang masih ori hampir serupa dengan pura umat Hindu di India. Pelan tapi pasti, perkembangannya kian tak terbendung. Di samping itu, rumah adat Joglo juga memiliki nama lain, yaitu rumah Tikelan. Semua bermula karena atap rumah itu seakan-akan tikel atau patah menjadi tiga bagian. Bagian yang paling atas itulah yang bernama Joglo atau brunjung dengan ditopang oleh empat batang tiang utama yang juga disebut saka guru. Jika dibandingkan dengan tiang-tiang lainnya, saka guru memiliki ukuran relatif panjang dan lebih besar, didirikan di atas landasan dari batu yang disebutnya ompak. Apabila ditotal, tiang Rumah adat Jonglo secara keseluruhan berjumlah 36 buah, terdiri dari 4 batang saka guru, 12 saka penanggap, dan 20 saka rawa. Lantai yang dibatasi dengan saka penanggap lebih tinggi daripada lantai yang mengelilinginya. Jenis Rumah Joglo Berikut ini Jenis Rumah Adat Joglo yang ada di Masyarakat Jawa Rumah Joglo Sinom Joglo Sinom Rumah adat Jonglo Sinom menggunakan 36 tiang dan empat diantaranya yang merupakan saka guru. Rumah adat Jawa ini memiliki atap dengan empat sisi dan masing-masing memiliki tiga tingkat dan satu bubungan. Omah atau rumah utama pada jenis ini memiliki tata letak persegi panjang dengan lantai yang ditinggikan. Pada dasarnya, rumah adat ini akan dikelilingi oleh teras Rumah adat Joglo atau yang biasa dinamakan pringgitan yang menghubungkan pendopo dengan omah. Rumah Joglo Pangrawit Joglo Pangrawit Rumah adat Joglo Pangrawit ini memiliki lambang gantung dan atap berbentuk kubah dan telah dilengkapi dengan tiang di setiap sudut saka. Bentuk rumah adat Jawa ini sering menjadi inspirasi arsitektur Rumah Joglo modern. Rumah Joglo Jompongan Rumah adat Jawa Tengah, Joglo Jompongan memiliki ciri khas atap yang bersusun dua dan memiliki bubungan atap yang memanjang ke arah samping kanan dan samping kiri. Biasanya, Joglo Jompongan menggunakan pintu geser dan memiliki denah lantai yang cenderung bujur sangkar. Selain itu, bangunan Joglo Jompongan biasanya tidak banyak menggunakan ornamen hiasan pada atap sehingga terkesan polos. Rumah Joglo Mangkurat Rumah Joglo Mangkurat memiliki ciri khas atap yang bersusun tiga sudut dengan kemiringan yang berbeda-beda. Biasanya rumah adat Jawa ini memiliki batas di antara sudut dengan pemakaian lisplank. Bentuk atap rumah adat joglo mangkurat biasanya memiliki susunan atap yang lebih tinggi pada bagian tengah. Rumah Joglo Hageng Rumah Joglo Hageng memiliki ciri atap tritisan keliling yang luas serta bangunan yang lebih besar. Rumah ini memiliki proporsi atap utama yang lebih besar dibandingkan dengan joglo Mangkurat atau Pangrawit. Joglo Hageng juga memiliki tratak keliling yang terlihat seperti istana sehingga terlihat lebih menarik dan berkelas. Rumah Joglo Lawakan Joglo Lawakan Rumah adat Jonglo Lawakan memiliki ciri khas atap yang bersusun dua dengan bentuk yang terlihat sederhana. Atap yang terletak di Joglo Lawakan lebih meruncing ke atas namun tetap memiliki atap yang landai ke bawah dan ukuran yang lebar. Rumah Joglo Panggang Pe Joglo Panggang Pe Rumah adat Jonglo yang terakhir adalah Joglo Panggang Pe. Keunikan rumah adat Joglo Panggang Pe terletak pada penggunaan empat hingga enam tiang. Selain Jawa Tengah, model rumah Joglo juga tersebar di daerah Jawa Timur bagian barat atau istilahnya daerah kulonan. Soalnya, memang dulunya kawasan ini berada di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram sehingga corak Rumah adat Jonglo juga banyak ditemui. DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI
Dimanarumah adat ini tidak dijadikan sebagai tempat tinggal, melainkan dijadikan sebagai tempat untuk musyawarah atau rapat secara adat oleh masyarakat Riau. Bangunan dari rumah ada ini mempunyai beragam jenis menyesuaikan dengan fungsinya, seperti Balairung Sari, Balai Penobatan dan Balai Karapatan.
Terkenal sebagai rumah tradisional, rumah joglo juga bisa dipadukan pada rumah masa kini. Yuk, kenali jenis dan penerapannya pada hunian modern! Sumber Rumah joglo dikenal sebagai rumah khas Jawa. Namun menurut KBBI, arti joglo’ itu sendiri adalah gaya bangunan untuk tempat tinggal khas Jawa, yang atapnya menyerupai trapesium. Di bagian tengah menjulang ke atas berbentuk limas, serambi depan lebar dan ruang tengah tidak bersekat-sekat, biasanya dipergunakan sebagai ruang tamu. Menurut pandangan budaya, sebuah rumah joglo menggambarkan kehidupan orang masyarakat Jawa seutuhnya, khususnya dalam prinsip gotong royong. Gaya joglo merupakan salah satu gaya rumah yang memiliki nilai sejarah dan keunikan hingga saat ini. Bagi kamu yang sering pulang kampung ke daerah Jawa Tengah, pasti akan menemukan rumah joglo yang dihuni oleh masyarakat lokal. Ingin tahu lebih banyak mengenai salah satu rumah adat Jawa ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini! Mengenal Jenis Rumah Adat Joglo Meski memiliki satu bentuk yang sangat familiar, namun nyatanya ada beberapa jenis rumah joglo yang perlu kita ketahui. Ini dia daftarnya! 1. Joglo Sinom Bangunan ini menggunakan 36 tiang dengan empat saka guru sebagai pondasi terkuatnya. Atap bangunan memiliki empat sisi dan masing-masing memiliki tiga tingkat dan satu bubungan. Bentuk bangunan berasal dari pengembangan joglo dengan teras keliling. 2. Joglo Jompongan Joglo Jompongan merupakan rumah adat joglo dengan dua pintu geser berbentuk kubus. Bentuk ini merupakan dasar dari rumah joglo. 3. Joglo Pangrawit Joglo Pangrawit adalah hunian joglo berlambangkan gantung, dengan atap kubah yang terletak di atas penanggap. Setiap sudut Joglo Pangrawit dilengkapi tiang yang disebut saka. 4. Joglo Hageng Joglo Hageng adalah rumah joglo yang lebih tinggi dengan tambahan atap pengerat. Jenis joglo satu ini umumnya ditambahi oleh tratak keliling seperti halnya sebuah pendopo rumah kerajaan. 5. Joglo Semar Tinandu Jenis rumah joglo ini umumnya digunakan untuk patung atau gerbang kerajaan. Namun, tiang pada jenis joglo ini biasanya diganti oleh dinding penghubung, sehingga lantai bawah atap lebih luas dan tinggi. Udara yang masuk dipengaruhi pada bagian depan, namun lebih sejuk karena atapnya yang miring sehingga sirkulasi udara menjadi optimal. 5 Inspirasi Rumah Joglo Modern di Hunian Masa Kini Walau memiliki nuansa dan filosofi budaya yang sangat kental, namun hunian dengan gaya joglo tak lekang oleh waktu. Konsep tradisional yang kental dapat berpadu secara unik dengan desain rumah modern, sehingga dapat menjadi sebuah karya seni yang sempurna. Oleh sebab itu, ada beberapa inspirasi hunian joglo yang memadukan unsur budaya dengan desain modern dan kekinian. 1. Rumah Joglo Modern Minimalis Sumber Jika banyak orang menilai sebuah hunian joglo memiliki konstruksi yang rumit, maka hal tersebut adalah asumsi yang salah. Sebab, sebuah hunian bergaya joglo bisa didesain secara modern dengan konstruksi bangunan yang sederhana seperti rumah minimalis pada umumnya. Joglo modern ini terlihat sangat kentara pada sisi bagian atap berbahan kayu, dengan paduan bangunan minimalis nan kekinian. Hasil akulturasi desain ini memadukan kesempurnaan dari segala sisi. 2. Rumah Joglo Modern Atap Putih Sumber Secara umum, sebuah hunian bergaya joglo didominasi oleh bahan kayu berwarna coklat yang sangat unik dan klasik. Kesan otentik tersebut rasanya tak salah jika dimodifikasi melalui permainan warna pada beberapa aksen, termasuk penggunaan warna putih sebagai warna dasar rumah. Jika warna coklat menimbulkan kesan klasik, maka penggunaan warna putih justru memberi kesan elegan dan modern. Selain warna putih, warna-warna yang bersifat hangat dan kalem juga sangat cocok untuk menghiasi joglo seperti merah muda, biru muda hingga hijau. 3. Rumah Joglo dengan Atap Terbuka Sumber Atap pada hunian joglo merupakan salah satu ciri khas yang sangat unik bagi setiap orang yang melihatnya. Namun, dengan konstruksi atap yang sama seperti rumah joglo pada umumnya, kamu juga bisa melakukan modifikasi pada bagian atap, dengan bentuk terbuka. Penggunaan atap terbuka tidak hanya meningkatkan nilai estetika saja, melainkan juga dapat membantu sirkulasi udara. Tak hanya membantu sirkulasi udara rumah saja, kamu juga bisa melakukan teknik aeroponik di bagian atap rumah. 4. Rumah Joglo Oriental Sumber Secara umum, mayoritas joglo mengedepankan budaya adat Jawa sebagai ciri khasnya. Namun, untuk mengurangi rasa monoton, kamu juga bisa memadukan antara gaya joglo dengan arsitektur khas oriental yang berkarakter. Khususnya pada susunan kayu dan konstruksinya. Selain itu, desain hunian joglo ini dilengkapi oleh batu-batu alam juga tanaman minimalis yang cantik, sehingga menghidupkan suasana rumah mulai dari sisi depan. Yuk, Terapkan Konsep Joglo pada Hunianmu! Gaya joglo tak hanya memiliki unsur budaya yang kental pada hunian, melainkan juga ikatan kekeluargaan yang mengalir secara emosional. Tak hanya itu, desain rumah joglo juga memberi pengalaman layaknya pulang kampung setiap hari. Mau melihat desain rumah unik lainnya? Simak artikel-artikel menarik mengenai properti di Kamu bisa wujudkan hunian idaman seperti Summarecon Mutiara Makassar hanya di dan yang pastinya AdaBuatKamu! Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS tempat tinggal khas satu orang. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Gaya bangunan (terutama untuk tempat tinggal) khas Jawa: GEMBEL: Orang sengsara Rumah adat Joglo menjadi salah satu warisan budaya masyarakat di daerah Jawa. Tak hanya sebagai tempat berlindung, rumah adat ini memiliki nilai filosofi hingga simbol dari status sosial seseorang pada masanya. Pada zaman dahulu, seseorang yang memiliki rumah ini bisa terbilang mapan secara finansial. Sebab, bahan-bahan pembuatan rumah ini terbilang istimewa dan mahal dibandingkan bahan-bahan membuat rumah adat Jawa Tengah lainnya. Di samping bahan-bahannya yang mahal dan tak sembarang, proses pengerjaan rumah ini pun cukup memakan waktu yang lama. Di Yogyakarta misalnya, dahulu rumah ini ditempati oleh kalangan elit seperti bangsawan hingga raja. Pembuatan rumah Joglo pun sangat diperhitungkan. Setiap sudut dan bagiannya memiliki filosofi dan keunikannya tersendiri. Nah, berikut ini TheAsianparent rangkumkan mengenai filosofi dan bagian-bagian dari rumah Joglo. Rumah Adat Joglo Filosofi dan Bagian-bagiannya Sumber Archdaily – Joglo Traditional House Filosofi Rumah Joglo Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Joglo adalah gaya bangunan untuk tempat tinggal khas daerah Jawa yang atapnya menyerupai bentuk trapesium. Bagian-bagian rumahnya punya filosofi masing-masing. Strukturnya pun terbagi menjadi beberapa bagian dan didesain tak sembarang. Misalnya saja bagian pintu yang jumlahnya ada tiga di pintu utama, tengah, dan di kedua sisi rumah. Letak dari pintu-pintu ini pun tidak sembarang. Filosofi pintu ini yaitu melambangkan seekor kupu-kupu yang berjuang untuk berkembang pada suatu keluarga yang besar. Artikel Terkait Salah Satu Warisan Budaya Indonesia, Kenali Jenis Rumah Adat Betawi dan Filosofinya Bagian-bagian Rumah Joglo Sumber foto Archdaily – Joglo Traditional House Uniknya, rumah Joglo terdiri dari beberapa bagian bangunan. Setiap bagiannya memiliki fungsinya masing-masing. Berikut beberapa bagiannya. 1. Saka Struktur bangunan rumah Joglo atau penyangga bangunan disebut dengan Saka. Joglo memiliki empat saka yang mewakili empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, utara dan barat. Dalam saka guru, terdapat sebuah tumpeng sari yang disusun terbalik. 2. Pendopo Bagian yang paling sering dijumpai oleh orang-orang di luar keluarga yang menempati rumah joglo. Sudut rumah ini adalah bagian untuk menjamu para tamu penghuni rumah. Bentuknya terlihat khas dengan konsep ruangan yang terbuka. Sampai saat ini, bagian pendopo kerap menjadi inspirasi untuk rumah-rumah bergaya modern. 3. Pringgitan Pringgitan dalam bahasa Jawa artinya adalah wayang atau bermain wayang. Bentuk ruangannya memiliki atap kampung atau limasan. Masih menjadi ruangan untuk menerima tamu, namun bagian ini punya keunikan tersendiri. Sebab, biasanya tamu yang dijamu di bagian ruang tengah memiliki hubungan kedekatan lebih intens dengan pemilik rumah. Bagian rumah ini menghubungkan antara sudut pendopo dengan omah. Sumber 4. Omah Dari kata Austronesia, omah artinya adalah rumah. Kalau bagian rumah ini sifatnya lebih privasi karena hanya anggota keluarga saja yang kerap berkumpul di sini. Bagian satu ini punya tata letak persegi panjang yang memiliki lantai tinggi. Biasanya bagian ini dihiasi dengan berbagai ornament yang unik dan mempercantik ruangan. Artikel Terkait Bentuk Panggung, Ini 4 Fakta Menarik Kajang Leko, Rumah Adat Jambi 5. Senthong Masuk ke bagian rumah yang lebih privasi yakni Senthong. Ini menjadi bagian pribadi anggota keluarga berupa kamar yang terbagi menjadi beberapa ruang. Ada senthong kamar kanan, kiwa atau kamar kiri, serta kamar tengah. Berbagai kegiatan yang sifatnya privat biasanya dilakukan di ruangan tersebut. Mulai dari kamar untuk tidur, kamar mandi, ada juga yang membuatnya sebagai dapur atau menyimpan hasil pertanian. Di sisi lain, ada juga senthong yang secara tradisional menjadi ruangan bagi pengantin baru. Biasanya, letaknya ada di tengah rumah yang telah dihias dengan mewah. 6. Padepokan Bagian rumah yang tak kalah unik lainnya ialah padepokan. Sudut rumah satu ini menjadi tempat bagi anggota keluarga melakukan ritual peribadatan hingga tempat untuk menenangkan diri. Tak sedikit orang yang menganggap bagian ini sebagai tempat sakral. Artikel Terkait 5 Jenis Rumah Adat Jawa Tengah yang Unik dengan Filosofi Mendalam Rumah Adat Joglo menjadi satu dari sekian banyak warisan budaya yang memiliki nilai sejarah yang berharga bagi masyarakat Indonesia. Mari kenalkan pengetahuan akan rumah adat ini pada generasi penerus agar nilai budaya bisa terinternalisasi dan tetap lestari. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat. **** Baca Juga 9 Fakta Unik Rumah Adat Toraja, Bisa Bertahan hingga Ratusan Tahun! Unik, Inilah Bagian-bagian dan Filosofis Rumah Adat Aceh Kenalkan Ragam Budaya pada Anak, Yuk, Kenalkan 36 Gambar Rumah Adat di Indonesia Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. Rumahyang disebutkan disini bukan hanya sebuah bangunan tempat tinggal. Tapi meliputi komunitas keluarga yang tinggal. Untuk melindungi diri dari gangguan alam seperti hujan, badai, dan gangguan binatang. Seiring dengan perkembangan akal dan estetika, manusia membangun rumah dengan memahat batu atau membuat rumah panggung yang sederhana.
Desain Rumah Jawa dan Joglo – Jika membahas soal desain rumah tentu tidak ada habisnya, mengingat setiap orang pun memiliki hobi dan kriteria yang berbeda-beda tentang bentuk bangunan mereka. Bagi Anda yang ingin agar bangunan rumah terlihat lebih unik, serta memiliki gaya yang khas. Maka perhatikanlah beberapa contoh desain rumah Jawa dan Joglo untuk referensi ide unik Anda. Keunikan Desain Rumah Jawa dan Joglo yang Diminati Semua orang tentu menginginkan rumah yang nyaman untuk ditinggali, salah satu caranya dengan mendesain bagian luar dan dalam ruangan rumah. Memperindah seluruh bagian ruangan adalah cara yang tepat, misalnya membangun rumah dengan gaya atau model tertentu. Bentuk dan jenis rumah dibuat dan didesain sesuai dengan karakter dan ciri khas suatu bangsa. Sehingga rumah juga dijadikan suatu simbol atau ciri khas yang unik untuk menandakan bahwa sekelompok orang merupakan bagian dari suku atau bangsa tertentu. Penyesuaian desain bentuk rumah juga didasarkan atas kondisi lingkungan sekitar serta kriteria Anda pada bidang seni tertentu. Salah satu bangunan unik adalah contoh desain rumah Jawa dan Joglo yang bisa Anda jadikan sebagai ide membangun rumah di masa depan. Rumah Joglo, yakni rumah khas adat Jawa yang cukup unik dengan bentuk atapnya yang besar melengkung di setiap ujung menjadi sebuah simbol adat sekaligus kebangsawanan. Namun, kini bentuk rumah Joglo juga bisa didesain dengan gaya kontemporer namun tidak mengubah atap. 45 Ide Menarik Contoh Desain Rumah Jawa dan Joglo Rumah Joglo bisa Anda jadikan sebagai inspirasi untuk membangun tempat tinggal mewah, megah seperti pada dasarnya bangunan tersebut. Sekaligus menjadi tempat tinggal yang unik dan memiliki nilai estetika cukup tinggi seperti pada beberapa contoh di bawah ini. 1. Rumah Mewah dengan Atap Joglo Ciri khas yang paling ditonjolkan dari rumah Joglo bisa Anda lihat pada atapnya yang sangat khas. Bentuknya mirip seperti topi dengan ujung atap yang dibuat memanjang tidak lancip. Namun, bagian dinding dan beberapa sudut lainnya dibuat dan didesain lebih modern. 2. Rumah Joglo dengan Dinding dan Pondasi Kayu Rumah adat Jawa yang asli memang didominasi oleh material yang seluruh bagiannya terbuat dari kayu, mulai dai dinding, kusen, hingga pondasi rumah. Anda bisa mempertahankan keunikan desain tersebut, tetapi mengubah material keramik di lantainya. 3. Bangunan Pendopo Adat Joglo Selain rumah, desain dan keunikan bangunan khas adat dari rumah Joglo biasanya dijadikan sebagai model untuk membangun tempat lainnya, seperti pendopo. Anda bisa melihat perbedaan mendasar bahwa rumah selalu memiliki dinding sedangkan pendopo tidak. 4. Rumah Joglo Kekinian dengan Pendopo Jika Anda ingin mengetahui kemiripan Joglo pada beberapa bangunan tentu lebih sering menemukan contohnya seperti pada balai pendopo desa, kantor desa, dan sebagainya. Namun, beberapa orang masih menyukai desain rumah joglo beserta pendopo untuk teras. 5. Rumah Adat Joglo Klasik dengan Kolam Renang Mewah Meskipun desain dan bentuk rumah Joglo cukup kuno, tetapi Anda bisa menambahkan beberapa ruang dan fasilitas mewah. Agar rumah tersebut terkesan cukup klasik namun tetap elegan dan kekinian. Seperti contoh gambar di atas dengan menambah kolam renang. 6. Rumah Tradisional Adat Jawa Berbeda dari contoh desain rumah Gadang yang atap bagian teratasnya memiliki panjang yang sejajar dengan bagian bawah dengan lengkung menjulang lancip. Rumah adat Jawa memiliki atap bagian atas yang ukuran panjangnya lebih kecil sedangkan melebar di bawah. 7. Rumah Joglo Tradisional yang Unik Rumah Joglo bagi beberapa orang masih dijadikan sebagai desain utama yang menarik. Jika Anda melihat beberapa masyarakat di daerah Jawa Tengah, atau Jawa Timur perbatasan daerah tengah dan bagian barat kebanyakan masih menggunakan gaya Joglo. Semua bangunannya terbuat dari kayu dan atap khas Joglo, begitupun pagarnya tepat di depan teras. 8. Joglo dengan Teras Sangat Luas Mengelilingi Rumah Rumah Joglo yang mewah umumnya hanya dibangun di kalangan bangsawan saja pada zaman dulu. Beberapa rumah Joglo yang megah masih dijaga dan dihuni hingga kini, dengan bentuk bangunan persegi yang megah dikelilingi oleh teras yang mengitari ruang. 9. Rumah Joglo Perpaduan Gaya Modern Rumah Joglo yang dibangun dengan model kekinian juga menambah suasana yang nyaman serta tampilan mewah. Anda bisa membangun ruang utama di tengah dengan gaya Joglo yang khas dan megah beserta lampu terasnya. 10. Rumah Megah dan Luas dengan Gaya Joglo Anda juga bisa menerapkan desain rumah Joglo seperti bentuk aslinya, namun mengganti beberapa materialnya agar lebih modern. Seperti dinding bata dan semen dengan teknik cor, serta menggunakan keramik pada lantai atau bagian tertentu dinding, sekaligus dari kaca. 11. Rumah Mewah Kekinian Perpaduan Gaya Joglo Anda akan terkesan ketika bangunan rumah dibuat lewat perpaduan klasik dan modern dari Joglo dan rumah kekinian. Bangunan mewah tersebut memiliki dinding yang terbuat dari susunan batu alam, sementara masih menggunakan atap Joglo dan teras mirip pendopo. 12. Rumah Joglo Kasih dengan Taman Mewah Beberapa orang yang masih memiliki minat untuk melestarikan keunikan adat dan budaya Jawa juga mendesain rumahnya berbentuk Joglo. Semua bagian rumah dibuat mirip bangunan Joglo yang asli, dinding dan pintunya terbuat dari kayu dengan dihiasi taman asri. 13. Rumah Joglo Bertingkat yang Mewah Bangunan Joglo yang umumnya tampak klasik dan kuno bisa Anda jadikan sebagai sebuah ide baru yang mengesankan. Caranya dengan memadukan cara atau teknik serta gaya pada bangunan rumah modern ala Joglo, tetap gunakan atap khas namun pilih gaya kini. 14. Rumah Joglo Mewah Bentuk L Desain rumah Joglo yang klasik namun tetap mewah ketika bangunan dibentuk seperti huruf L. Kemudian bangunan rumah dibuat dengan desain interior yang cukup mewah, dan di luarnya dilengkapi dengan kolam renang yang besar halaman rumput yang cukup luas. 15. Rumah Joglo Megah dengan 2 Bangunan Kembar Aneka rumah Joglo kekinian sudah banyak dimodifikasi dengan gaya yang cukup unik dan modern. Bangunan lebih megah dengan desain rumah Joglo di bagian utama tepat di antara kedua bangunan kembar yang lebih tinggi dan megah dengan atap Joglo yang masih khas. 16. Rumah Joglo di Kompleks Perumahan Anda juga bisa menerapkan desain konsep rumah Joglo di kompleks perumahan yang cenderung padat. Anda dapat memilih beberapa material yang cukup modern dan kuat, namun tetap menggunakan kayu pada beberapa bagian seperti jendelam pagar, dan tiang. 17. Bangunan Unik Joglo dengan Ukiran Rumah yang didesain mirip bangunan kuno memang terlihat sangat unik dan klasik. Seperti pada gambar di atas, banyak perpaduan karya seni pada gaya Joglo. Mulai dari ukiran dan bentuk lengkung di bawah atap Joglo. Serta perpaduan mode dinding bata, kayu, dan besi. 18. Rumah Mewah Tradisional Jawa dengan Kolam Renang Rumah adat Joglo juga sangat menarik jika interiornya didesain dengan perpaduan gaya klasik dan modern. Anda bisa menambahkan kolam renang di bagian halaman belakang rumah adat. Serta membangunnya dengan lantai keramik dan hiasan yang bergaya vintage. 19. Rumah Joglo Kekinian di Kompleks Perumahan Jika Anda seorang yang menyukai perpaduan seni klasik dan modern, maka cobalah contoh desain satu ini. Gabungkan mode klasik dari rumah adat Joglo khususnya pada atap rumah, dan bangunlah rumah gaya modern dengan teknik cor serta gaya bertingkat kekinian. 20. Rumah Joglo Modern yang Megah dengan Kolam Renang Desain unik dari rumah Joglo yang cukup megah selanjutnya dihiasi oleh dinding sekaligus jendela yang terbuat dari kayu dengan tirai hias yang indah. Anda bisa menghiasi bagian eksteriornya dengan kolam renang pribadi serta taman dengan batuan untuk jalan setapak. 21. Rumah Joglo dengan Halaman Belakang Mewah Rumah adat Joglo yang bangunannya tidak diubah, dan tetap sama seperti yang asli bisa dihias dengan beberapa sarana menarik. Seperti kolam renang pribadi di halaman belakang, padang rumput dan pijakan kaki yang berbentuk bulat menuju tangga, serta tanaman bunga. 22. Rumah Tradisional Khas Jawa Desain rumah yang unik dan sederhana yang masih ada hingga kini bisa Anda lihat dari contoh desain rumah di kampung yang tradisional dan khas. Tidak seperti bangunan Joglo yang terlihat cukup mewah, rumah ini terlihat lebih minimalis dengan atap segitiga. 23. Bangunan Rumah Panggung Megah Joglo Bangunan rumah joglo yang megah juga bisa dibuat dengan posisi yang lebih tinggi untuk memperlihatkan bagian bangunan inti rumah. Sedangkan bagian panggungnya disanggah oleh material batuan alam yang kokoh. 24. Rumah Tradisional Jawa Sederhana Rumah tradisional Jawa yang sering dibangun oleh masyarakat di kampung memiliki ciri sisi atapnya segitinga. Kemudian terdapat peneduh di kanan kiri atap yang cukup lebar serta di depan. 25. Rumah Megah Atap Joglo dengan Dinding Modern Contoh desain rumah Jawa dan Joglo yang tampak sangat megah dibangun dengan ukuran yang lebih besar serta dengan atap Joglo bersusun. Dinding yang digunakan untuk bangunan rumah Joglo ini adalah batu bata merah serta pintu dan kusen kayu yang unik. 26. Rumah Joglo di Atas Kolam Renang Salah satu contoh desain rumah Jawa dan Joglo yang sangat mewah selanjutnya didesain di atas kolam renang dengan lengkungan unik yang luas. Sebenarnya rumah ini dibangun di posisi tengah kolam sehingga terlihat seolah sedang mengapung di atas air. 27. Rumah Joglo Berderet dan Bersambung Beberapa contoh desain rumah klasik adat Jawa tersebut juga terbuat dari material kayu secara keseluruhan. Dibuat bersambung dan berderet seolah oleh bangunan tersebut terdiri dari beberapa bagian yang memanjang dengan pola atap bagian utama seperti pot terbalik. 28. Rumah Joglo Bertingkat Ala Kekinian Anda juga bisa membangun bangunan seperti contoh desain rumah Jawa dan Joglo di atas dengan memadukan beberapa material. Bangunan tersebut memiliki cat warna yang cukup beragam agar terkesan unik namun kekinian. 29. Gaya Rumah Joglo Elegan yang Mewah Rumah Joglo juga bisa dimodifikasi dengan menambahkan beberapa hiasan seperti contoh desain rumah Jawa dan Joglo di atas. Misalnya dengan tirai dan lampu hias di tiap tiang teras, serta ditambah dengan kolam renang pribadi. 30. Rumah Joglo Gaya Natural Contoh desain rumah Jawa dan Joglo yang terlihat natural dibangun dengan dikelilingi tanaman rimbun dan asri. Kolam renangnya pun dibuat di tengah halaman rumput yang luas beserta beberapa tanaman bunga. 31. Rumah Panggung Joglo dengan Kolam Rumah panggung seperti pada contoh desain rumah Jawa dan Joglo ini dibangun lebih tinggi dibandingkan lahan sekitarnya. Kemudian di depan rumah ditambahkan kolam agar lebih unik dengan tangga untuk melewati kolamnya. 32. Rumah Panggung Joglo Sederhana dengan Teras Umumnya rumah Joglo memang selalu dibangun dengan menyertakan ruang yang digunakan sebagai teras. Di teras terdapat beberapa tiang penyangga atap, dengan bangunan yang lebih tinggi disertai tangga untuk mencapai lantainya. 33. Rumah Joglo dengan Desain Taman Unik Contoh desain rumah Jawa dan Joglo yang cukup unik sebenarnya selalu didukung oleh sarana yang dibangun di sekitarnya. Seperti taman dan kolam renang, disertai beberapa pijakan bermotif untuk melewati halaman rumput. 34. Teras Rumah Joglo Anda bisa memasang bangunan mirip Joglo hanya di beberapa bagian rumah agar terkesan unik, seperti pada bagian terasnya saja. Sementara membangun bagian lainnya dengan model sederhana dan simpel. 35. Rumah Mewah Modern Perpaduan Joglo Anda mungkin terkesan jika melihat bangunan rumah mewah modern yang cenderung dibuat dengan gaya kekinian dipadukan gaya tradisional Joglo. Bangunan tersebut tampak dipenuhi oleh materian kayu jati yang kokoh serta bagian dengan material yang kini populer. 36. Rumah Joglo Simpel Rumah Joglo sebenarnya tampak lebih sederhana dari luar, Anda juga bisa membangun teras yang kecil atau luas. Tetapi ciri khasnya adalah memiliki ruang yang sangat luas di bagian interior bangunan rumah. 37. Rumah Joglo Minimalis yang Unik Tidak hanya rumah berukuran besar dan megah saja, Anda juga bisa membangun rumah Joglo berukuran minimalis tapi kekinian. Atapnya dibuat dengan bentuk bersusun serta dindingnya dibuat mirip seperti pada bangunan rumah modern pada umumnya. 38. Rumah Adat Jawa Sederhana Selanjutnya rumah adat Jawa juga bertransformasi menjadi lebih sederhana dan simpel dengan kedua sisi atap rumah berbentuk segitiga. Serta terdapat bagian peneduh yang umumnya diletakkan di atas teras. 39. Rumah Joglo Minimalis dan Mungil Rumah Joglo yang unik selanjutnya dibangun dengan dikelilingi kolam ikan, serta terdapat teras kecil di depan rumah. Seluruh bangunannya terbuat dari kayu dengan ruang yang cukup mungil serta perabot minimalis. 40. Rumah Adat Joglo Klasik Hingga Kini Jika Anda mengunjungi wilayah pedesaan di beberapa area Jawa Tengah, atau Jawa Timur bagian barat maka akan menemui bangunan rumah Joglo yang masih terjaga. Tampaknya memang sudah tua, namun terdapat beberapa perbaikan seperti pada lantai keramiknya. 41. Rumah Joglo di Pegunungan Rumah Joglo sangat cocok jika dibangun di area pegunungan yang sejuk, dengan beberapa material seperti batuan untuk lapisan bawah rumah. Serta dinding dan jendela seperti bangunan rumah modern pada umumnya. 42. Rumah Joglo Minimalis dengan Kolam Renang Bangunan rumah adat yang dibuat berderet mungil juga tidak kalah unik. Kemudian terdapat taman yang rapi di depannya sekaliguas kolam renang mungil dikelilingi tanaman teduh. 43. Bangunan Rumah Joglo Kontemporer Selanjutnya Anda bisa membangun rumah yang cukup sederhana namun sedikit lebih mewah. Karena terdapat perpaduan material bangunan seperti batu alam keramik, dan kayu. 44. Deretan Rumah Joglo Minimalis di Kompleks Pemukiman Padat Rumah tradisional Jawa yang cocok dibangun pada area pemukiman yang cukup padat seperti pada gambar di atas. Bangunan atapnya berbentik prisma segitiga terbaring, dibuat dengan teras dan pagar kayu. 45. Rumah Adat Joglo dengan Teras dan Pagar Kayu Rumah Joglo selanjutnya dibangun seperti rumah panggung, namun memiliki area teras yang diberi pagar dari kayu. Serta tangga di depan teras untuk menggapai area rumah tersebut. Berbagai contoh desain rumah Jawa dan Joglo yang telah dijelaskan di atas bisa dijadikan sebagai ide menarik untuk membangun rumah yang unik dan nyaman. Selain megah dan indah, rumah Joglo selalu menandakan simbol khas masyarakat adat Jawa. 45 Contoh Desain Rumah Jawa dan Joglo Klasik dan Modern
Joglo merupakan rumah tradisional Suku Jawa. Rumah ini disebut sebagai hasil arsitektur khas Indoneisa. Dilansir dari Kajian Penelitian Rumah Joglo karya Aqtami, rumah joglo memiliki kerangka bangunan utama yang terdiri dari empat tiang utama disebut soko guru.
NilaiJawabanSoal/Petunjuk JOGLO Gaya bangunan khas Jawa, atapnya menyerupai trapesium RUMAH Tempat tinggal GRIYA Bangunan tempat tinggal; rumah ASRAMA Bangunan tempat tinggal bersama WISMA Bangunan untuk tempat tinggal KANDANG Bangunan tempat tinggal binatang GERHA Bangunan, kantor, tempat tinggal AGIL Bangunan tempat tinggal untuk awak kapal KAMALI Bentuk bangunan istana tempat tinggal raja APARTEMEN Jenis tempat tinggal; kondominium BIARA Bangunan tempat tinggal para biarawan dan biarawati FLAT Bangunan bertingkat, terbagi dalam beberapa tempat tinggal HABITAT Tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak KONDOMINIUM Bangunan bertingkat yang terbagi dalam beberapa tempat tinggal ALAMAT Nama dan tempat tinggal seseorang HUNI Tempat tinggal HUNIAN Tempat tinggal KEDIAMAN Tempat tinggal PANTI Tempat tinggal KOTA Daerah permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat BERBOYONG Berpindah tempat tinggal beserta seluruh keluarga dan seluruh barang miliknya para transmigran ~ ke luar Jawa; CAKELA Bangunan tempat tinggal yang khusus disediakan untuk pelacuran kadang- kadang merangkap sebagai tempat tinggal si pelacur; rumah pelacuran KAVELING TANAH - Tanah biasanya untuk bangunan atau tempat tinggal yang sudah dipetak-petak dalam ukuran tertentu oleh pemerintah sesuai dengan rencana tata kota dsb; tempat tanah kaveling GEDUNG Bangunan PANTEON 1 kuil candi tempat pemujaan dewa-dewa; 2 bangunan tempat pemakaman atau yang di dalamnya terdapat tanda-tanda peringatan kpd orang kenamaan yang t...
SebenarnyaRumah Musalaki merupakan tempat tinggal khas Suku Ende Lio di Nusa Tenggara Timur. Nama Musalaki pun juga diambil dari Bahasa Ende Lio, yakni mosa yang berarti ketua dan laki yang berarti adat. Jika digabungkan, musalaki berarti ketua adat atau ketua suku. Mengutip dari Rancang Bangun Aplikasi 3D (Tiga Dimensi) Rumah Adat Se

Keraton Yogyakarta yang kini lebih dikenal sebagai destinasi wisata adalah museum hidup yang menunjukkan fungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan kerajaan dan sebagai pusat kebudayaan yang terdiri dari bangunan-bangunan bergaya tradisional Jawa yang sangat penting artinya. Sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang dan sebagai warisan budaya bangsa, bangunan Keraton Yogyakarta memiliki karakteristik dan keistimewaan, antara lain usianya yang sudah lama, kerumitan konstruksi dan keindahan ornamennya. Berlatar belakang hal itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik bangunan keraton dan dilakukan sesuai dengan adat dan tatalaku yang terjadi di keraton Yogyakarta. Kajian terhadap Struktur Bangunan Tradisional Jawa yang terdapat di komplek Keraton Yogyakarta, khususnya bangunan bangsal Kencana perlu dilakukan dengan cara mendata keberadaan bangunan Tradisional Jawa, mengenali bentuk bangunan, sejarah, fungsi dan struktur bangunan serta kelengkapan komponennya. Kajian dilakukan dari hasil observasi, studi literatur, wawancara dan kajian hasil penelitian terdahulu. Hasil yang didapatkan adalah dokumen tertulis tentang aspek sejarah, fungsi dan struktur bangunan disertai gambar-gambar bentuk bangunan dan gambar-gambar detail yang menunjukkan keunikan struktur bangunan. Kajian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan pedoman pelestarian bangunan Tradisional Jawa serta menjadi inspirasi pengembangan budaya pada masa depan yang bersumber dari budaya lokal, dan menjadi pendorong generasi muda untuk tetap mencintai budaya sendiri denganmengembangkan citra Arsitektur may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 44 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 KAJIAN STRUKTUR BANGUNAN TRADISIONAL JAWA PADA BANGSAL KENCANA KERATON YOGYAKARTA Padmana Grady Prabasmara Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mataram Yogyakarta Satrio HB Wibowo Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mataram Yogyakarta satriohb Tri Yuniastuti Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mataram Yogyakarta triyuni3 ABSTRAK Keraton Yogyakarta yang kini lebih dikenal sebagai destinasi wisata adalah museum hidup yang menunjukkan fungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan kerajaan dan sebagai pusat kebudayaan yang terdiri dari bangunan-bangunan bergaya tradisional Jawa yang sangat penting artinya. Sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang dan sebagai warisan budaya bangsa, bangunan Keraton Yogyakarta memiliki karakteristik dan keistimewaan, antara lain usianya yang sudah lama, kerumitan konstruksi dan keindahan ornamennya. Berlatar belakang hal itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik bangunan keraton dan dilakukan sesuai dengan adat dan tatalaku yang terjadi di keraton Yogyakarta. Kajian terhadap Struktur Bangunan Tradisional Jawa yang terdapat di komplek Keraton Yogyakarta, khususnya bangunan bangsal Kencana perlu dilakukan dengan cara mendata keberadaan bangunan Tradisional Jawa, mengenali bentuk bangunan, sejarah, fungsi dan struktur bangunan serta kelengkapan komponennya. Kajian dilakukan dari hasil observasi, studi literatur, wawancara dan kajian hasil penelitian terdahulu. Hasil yang didapatkan adalah dokumen tertulis tentang aspek sejarah, fungsi dan struktur bangunan disertai gambar-gambar bentuk bangunan dan gambar-gambar detail yang menunjukkan keunikan struktur bangunan. Kajian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan pedoman pelestarian bangunan Tradisional Jawa serta menjadi inspirasi pengembangan budaya pada masa depan yang bersumber dari budaya lokal, dan menjadi pendorong generasi muda untuk tetap mencintai budaya sendiri dengan mengembangkan citra Arsitektur Nusantara. KATA KUNCI struktur, tradisional jawa, bangsal, fungsi, Keraton Yogyakarta PENDAHULUAN Keraton Kasultanan Yogyakarta yang berada di pusat kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berdiri pada tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 antara Pangeran Mangkubumi; adik Sunan Pakubuwono II, raja Keraton Surakarta, dengan pihak Kolonial Belanda. Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2003 dan dari berbagai sumber diketahui bahwa puncak dari wujud visual arsitektur keraton Yogyakarta terjadi di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII 1921-1939 seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Sebelumnya bangunan keraton terbangun secara bertahap yang dilakukan oleh raja-raja yang berkuasa pada jamannya mulai dari bangsal Prabayaksa dan Siti Hinggil Lor tahun 1769; bangsal Pagelaran dengan tratag bambu di tahun 1896; penggunaan marmer dari Italia untuk bangsal Kencana di masa Sri Sultan Hamengkubuwono VI dan bangsal Manis serta kompleks Siliran di masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Di dalam Keraton Yogyakarta, arsitektur Tradisional Jawa merupakan gaya arsitektur yang pokok atau utama. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bangunan-bangunan yang bergaya Tradisional Jawa di dalam komplek keraton, sebagaimana juga dikemukakan dalam Kratons of Java 1991 bahwa bangunan-bangunan paling penting di keraton menggunakan atap joglo yang terbentuk dari bentuk-bentuk piramid dan trapesium. Demikian juga dikemukakan oleh Eko Punto Hendro G., dalam Tri Yuniastuti dan Satrio HB Wibowo 2007 bahwa ditinjau dari atapnya, bangunan-bangunan di keraton menggunakan atap pelana, limasan, tajug dan joglo. Salah satu bentuk bangunan di lingkungan Keraton Yogyakarta yang menjadi kekhasan arsitektur Tradisional Jawa adalah bangunan bangsal. Bangunan tersebut bersifat terbuka pendapa. Dari hasil pengamatan selama ini tercatat setidaknya terdapat 20 bangunan berbentuk bangsal di dalam keraton yang berciri khaskan bangunan rumah tradisional Jawa asli, seperti bangsal Kencana, bangsal Sri Manganti, bangsal Ponconiti, bangsal Manguntur Tangkil, bangsal Witono, bangsal Magangan, bangsal p-ISSN 1411-8912 e-ISSN 2714-6251 Padmana Grady Prabasmara, Satrio HB Wibowo,Tri Yuniastuti SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 45 Kesatriyan, bangsal Trajumas, bangsal Kemandungan, dalem Ksatriyan, dalem Prabayaksa, Kraton Kilen dan bangunan lainnya dengan masing-masing fungsi yang berbeda. Secara khusus bangunan-bangunan bangsal bergaya Tradisional Jawa digunakan sebagai tempat dengan fungsi-fungsi utama atau penting dalam keraton. Karakteristik bangunan-bangunan bangsal di keraton dengan gaya Tradisional Jawa dengan berbagai kelengkapannya menjadi hal yang unik, langka dan bernilai sejarah yang tinggi. Keunikan dan kelangkaannya mengingat bahwa hanya di Keraton Yogyakarta saja bangunan-bangunan itu berada dan lestari. Bahkan pengembangan tipologi joglo dengan klasifikasi tertinggi yaitu joglo lambang gantung yang dikembangkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I juga hanya terdapat di Keraton Yogyakarta. Selain itu juga bernilai sejarah mengingat bahwa bangunan-bangunan bergaya Tradisional Jawa di keraton dibangun oleh raja-raja Jawa sejak ratusan tahun silam yang mewakili kebesaran dan keindahan pada zamannya. Kini bangunan-bangunan tersebut menjadi warisan cagar budaya yang tak ternilai harganya dikarenakan merupakan akar budaya Jawa dan bangsa Indonesia pada umumnya dan akar arsitektur Indonesia pada khususnya. TIPOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA JOGLO Tipologi Joglo memiliki 8 delapan varian yaitu Joglo Pokok, Limasan Lawakan, Sinom, Jompongan, Pangrawit, Mangkurat, Hageng dan Semar Tinandu. Masing-masing tipologi tersebut, setidaknya harus memiliki ciri-ciri atap terdiri 4 buah soko guru dengan pe-midangannya ulengnya dan memiliki blandar tumpang sari, sebuah bubungan di tengahnya. Rumah bentuk joglo merupakan bentuk rumah tradisional Jawa yang paling sempurna yang hanya dimiliki oleh kalangan orang-orang mampu atau orang-orang terpandang. Secara substansif, joglo didesain untuk pendapa yang letaknya di bagian depan dan bukan difungsikan untuk tempat tinggal dikarenakan dalam paham Jawa bangunan di depan tidak layak untuk tempat tinggal yang bersifat privat. Hal-hal lain yang mendukung kelayakan fungsi joglo sebagai pendapa adalah ruangnya yang luas sehingga ideal digunakan untuk kegiatan pertemuan-pertemuan. Beberapa tipologi bangunan tradisional Jawa Joglo dapat dilihat pada gambar 1. Konstruksi bangunan adalah suatu hubungan antar komponen-komponen bangunan meliputi pondasi lantai, dinding, tiang, balok, langit-langit, dan atap, dengan hubungan saling ketergantungan dengan tujuan menunjang kegunaan atau fungsi, kekuatan, keawetan, dan keamanan Ronald, 1997 449. Gambar 1. Tipologi bangunan Joglo Sumber HJ Wibowo, dkk., 1986/1987 Sistem struktur pada bangunan joglo sangat erat hubungannya dengan konstruksi antar komponen karena secara keseluruhan saling mendukung dan saling berkaitan. Pekerjaan konstruksi dimulai dari komponen paling bawah bangunan, yakni pondasi, kemudian makin ke atas sampai komponen teratas. Perkembangan bentuk joglo berakibat juga berkembangnya sistem struktur dan konstruksinya lihat gambar 2. Bentuk bangunannya semakin unik, semakin besar, semakin luas, membawa konsekuensi pada struktur dan konstruksi yang juga menjadi lebih unik dan rumit Ronald, 1997 281. Gambar 2. Pembagian sektor atap dan komponen rangka Soko Guru Sumber Prijotomo., 2005 Secara fisik arsitektural bangunan-bangunan di kawasan keraton menggunakan langgam tradisional Jawa dengan kekhasan berupa bentuk bangunan pendapa, atap joglo, tajug, limasan dan kampung. Dari karakteristiknya, bangunan-bangunan di keraton terdiri dari bangunan terbuka tanpa dinding penutup dan bangunan tertutup yang dilengkapi dengan dinding gambar 3. Bangunan terbuka di keraton disebut bangsal dan bangunan tertutup disebut sebagai gedhong KPH. Brongtodiningrat, 1978. Gambar 3. Bangsal Kencana di Keraton Yogyakarta Sumber Pengamatan, 2010-2011 Kajian struktur bangunan tradisional Jawa pada bangsal Kencana Keraton Yogyakarta 46 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 Jenis bangunan lainnya yang terdapat di keraton adalah bangunan yang telah terkena pengaruh arsitektur Eropa. Pengaruh budaya Eropa terhadap bangunan-bangunan di Keraton Yogyakarta mengakibatkan munculnya unsur-unsur arsitektur Klasik Eropa ke dalam komplek keraton dengan munculnya bangunan-bangunan baru bergaya Klasik Eropa, terutama pada bangunan Gedhong dan Regol Tri Yuniastuti dan Satrio HBW, 2007, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Gedhong Purworetno bergaya Arsitektur Eropa Sumber Tri Yuniastuti dan Satrio HBW, 2007 METODE PENELITIAN Lokasi obyek penelitian terletak di dalam komplek Keraton Kasultanan Yogyakarta. Secara administratif termasuk dalam kecamatan Kraton, Kotamadya Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara visual, letak dan gambaran kondisi visual bangunan bangsal keraton Yogyakarta yang akan diteliti pada tahap III ini dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5 . Lokasi Keraton Yogyakarta dan objek penelitian Sumber data diolah Objek penelitian pada tahap ketiga ini adalah bangunan bangsal bergaya arsitektur Tradisional Jawa di dalam komplek Keraton Yogyakarta yang terletak di bagian dalam keraton yang terlarang bagi masyarakat umum atau wisatawan untuk memasukinya. Untuk memasuki dan melakukan penelitian dengan pengamatan, pemotretan dan pengukuran terhadap bangunan dan komponen-komponennya, peneliti telah mendapatkan izin khusus dari pihak yang berwenang, yaitu Tepas Wahono Sarto Kriyo Keraton Yogyakarta. Bangsal-bangsal yang menjadi objek penelitian tahap III ini adalah Bangsal Probayeks, Bangsal Kencana dan Bangsal Manis. Gambar dan foto objek penelitian Sumber pengamatan, 2010 Pengambilan setiap komponen pada setiap bangunan yang diteliti dilakukan dengan menginventaris jenis atau macam kerangka yang sama bentuk, ukuran dan fungsinya. Jika setiap jenis berjumlah lebih dari satu, maka diambil salah satu saja untuk diteliti. Sebagai contoh lihat gambar 7. Gambar 7. Contoh pengambilan sampel komponen bangunan pada Bangsal Kencana Sumber data diolah Metode pengumpulan data dilakukan dengan survey langsung untuk mendapatkan data primer dan survey tidak langsung. Survey langsung untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara pengamatan atau observasi di lapangan terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data secara akurat dengan cara pendokumentasian melalui pengukuran, pengkopian atau penjiplakan obyek, pemotretan maupun pencatatan. Juga dilakukan wawancara dengan pihak yang memiliki data terkait objek penelitian. Kegiatan survey dapat dilihat dalam gambar 8. Padmana Grady Prabasmara, Satrio HB Wibowo,Tri Yuniastuti SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 47 Gambar 8. Kegiatan survey langsung Sumber pengamatan, 2011 Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan fisik bangunan, pencatatan ukuran bangunan, panjang dan lebar ruang, tinggi ruang, dimensi kerangka, posisi dan jarak rangka bangunan, dan sebagainya. Pengukuran dilakukan pada keseluruhan bangunan beserta bagian-bagiannya untuk mendapatkan dimensi bangunan secara akurat. Pengambilan data ukuran menggunakan alat bantu, 1 meteran dengan ukuran 50 meter dan 5 meter; 2 penggaris logam 30cm dan 100 cm; 3 penggaris siku-siku; 4 kertas dan alat tulis; 5 tangga aluminium 2 bh; 6 tampar tali besar; dan 7 galah panjang dan pendek. Gambar 9. Kegiatan pengukuran Sumber dokumentasi kegiatan, 2011 Data pengamatan yang didapatkan dari lapangan digambar ulang ke dalam komputer dengan program Auto CAD maupun Corel Draw. Selain itu teknik pemotretan juga dilakukan untuk mendapatkan data visual bagian-bagian bangunan yang diteliti. Hasil pemotretan diolah ke dalam komputer dengan program Adobe Photoshop. Survey tidak langsung untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan merekam data melalui 1 studi pustaka; 2 survey instansional; dan 3 wawancara. Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data pendukung keberadaan objek. Data yang dicari berupa karakteristik fisik bangunan meliputi bentuk bangunan maupun bagian-bagian bangunan, sejarah bangunan, filosofi bangunan, fungsi bangunan, ornamen dan filosofinya, tata ruang bangunan, hingga bentuk-bentuk pelestarian bangunan cagar budaya pada bangunan. Kegiatan studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data terkait objek penelitian dari dokumen penelitian yang telah dilakukan. Wawancara ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan keberadaan bangunan di Keraton Yogyakarta, yaitu Pengageng Tepas Wahono Sarto Kriyo Keraton Yogyakarta sebagai pengelola bangunan keraton, pemandu wisata, para abdi dalem, dan pemerhati bangunan bersejarah di Yogyakarta. Wawancara dilakukan secara langsung dengan narasumber, dicatat dan direkam dengan alat rekam digital. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data fungsi bangunan, perlakuan khusus terhadap bangunan, bentuk pelestarian yang pernah dilakukan, riwayat bangunan, bentuk-bentuk perlindungan terhadap bangunan bersejarah, filosofi bangunan, filosofi ragam hias, kedudukan serta upacara-upacara ritual di dalam bangunan dan filosofinya. Analisis dilakukan dalam tiga tahap yaitu analisis informasi, proses penafsiran dan penyimpulan hasil. Proses analisis informasi dilakukan dengan 1 memaparkan secara keseluruhan karakteristik arsitektur bangunan dan bagian-bagian obyek penelitian secara kuantitatif dan kualitatif; 2 melakukan interpretasi terhadap informasi data yang ada. Interpretasi dilakukan terhadap bentuk bangunan, proporsi, ragam hias, dan aspek-aspek karakteristik, ciri khas, estetika, filosofi dan sebagainya. Proses penafsiran dilakukan melalui 1 penyelidikan atau kajian terhadap hasil intepretasi data; 2 penyelidikan atau kajian terhadap nilai-nilai ukuran bangunan, struktur dan konstruksi, dan ornamen; 3 penyelidikan atau kajian terhadap nilai-nilai arsitektural dari sisi fungsi, estetika, gaya bangunan, struktur konstruksi, kesejarahan, keunikan dan kelangkaan maupun keselamatan bangunan. Keseluruhan proses penafsiran dilakukan dengan dukungan teknik korelasi dan komparasi sehingga diperoleh hasil analisis yang akurat. Korelasi dilakukan dengan menghubungkan berbagai sudut pandang, misalnya tentang kebesaran kerajaan dengan nilai bangunan, fungsi bangunan dengan pemakaian jenis ragam hias, usia bangunan dengan kondisi bahan bangunan, struktur dan konstruksi Kajian struktur bangunan tradisional Jawa pada bangsal Kencana Keraton Yogyakarta 48 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 dengan dampak gempa dan sebagainya. Komparasi dilakukan terhadap beberapa bangunan lain yang sejenis untuk mendapatkan nilai karasteristik objek yang diteliti. Gambar 10. Proses penelitian Sumber dokumentasi kegiatan, 2011 HASIL PENELITIAN Tipologi bangunan Kajian tipologi bangunan Bangsal Kencana di halaman Kedhaton dilihat dari sisi jenis atap terdiri atas dua tipologi Joglo Lambang Gantung. Bangsal Kencana merupakan bangunan joglo yang terbesar, terindah, termegah, di antara joglo-joglo yang ada di dalam komplek Keraton Yogyakarta. Bangunan di dalam Keraton yang semakin tinggi status fungsinya, maka bangunan itu dibuat semakin indah. Atap Bangsal Kencana bersusun tiga, terdiri dari atap yang posisinya paling atas adalah atap utama yaitu atap brunjung, di bawahnya adalah atap penanggap, dan yang paling bawah dan terakhir adalah atap penitih. Bangunan Bangsal Kencana ini merupakan bangunan rumah tradisional Jawa yang tergolong dalam kelompok joglo lambang gantung karena atap penaggapnya menggantung pada atap brunjung. Sambungan atap penanggap terhadap atap penitihnya merupakan bentuk sambungan atau susunan atap lambang sari. Kolom atau tiangnya juga terdiri dari tiga macam, yaitu dimulai dari tiang utama yang menyangga atap brunjung disebut saka guru, tiang yang menyangga atap penanggap disebut sakapenanggap, dan tiang yang menyangga atap penitih disebut saka penitih. Balok lainnya yang posisinya diagonal adalah dudur dan usuk atap penanggap dan dudur dan usuk atap penitih. Dudur kedua atap dihias penuh dengan motif lung-lungan, sedang masing-masing usuk kedua atap itu dihias lung-lungan pada sisi bawah bagian ujung atas dan sisi bawah ujung bawah. Seluruh sisi tiang dan balok rangka yang tampak, dihias dengan motif-motif, dicat dengan bahan perada emas dan warna dasar relief merah. Warna dasar rangka bangunan Bangsal Kencana dicat warna gelap, yakni hitam kecoklatan, sehingga seluruh ornamennya tampak kontras terhadap warna dasar rangka bangunannya. Jumlah susunan balok-balok rangka di daerah pemidhangan atau area di antara blandar-pengeretbrunjung sangat banyak dan padat, begitu juga ornamen-ornamennya, sehingga menghasilkan efek memfokuskan penglihatan di antara seluruh ruang bangunan Bangsal Kencana. Fokus penglihatan, atau dapat disebut dengan istilah center of interest, digiring oleh hiasan-hiasan yang berada di luar area pemidhangan, dimulai dari area penitih terus ke area penanggap, dan menuju area paling tengah yaitu pemidhangan. Bentuk dasar saka guru, saka penanggap dan saka penitih adalah balok empat persegi panjang, sehingga memiliki empat buah sisi tegak dengan masing-masing sisi untuk semua jenis saka tersebut dihiasi motif-motif ornamen yang sejenis. Tata letak ornamen dan macamnya yang terdapat pada setiap saka guru, saka penanggap dan saka penitih adalah sama. Perbedaannya adalah pada ukuran setiap jenis motif pada setiap jenis tiang yang sangat tergantung pada perbedaan panjang pendeknya ukuran setiap jenis tiang atau saka. Perbedaan ukuran tiang atau saka mengakibatkan perbedaan ukuran motif-motif hiasan pada setiap jenis saka. Ukuran motif hias pada saka guru lebih besar dan lebih panjang atau lebih tinggi bila dibanding dengan ukuran motif-motif yang ada pada saka penanggap, begitu pula bila dibandingkan dengan ukuran motif-motif pada saka penitih. Saka totol berbentuk dasar silender, berfungsi untuk membantu menyangga blandar penitih, oleh karena itu masing-masing saka totol didirikan di antara dua buah saka penitih. Padmana Grady Prabasmara, Satrio HB Wibowo,Tri Yuniastuti SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 49 Atap Brunjung berbentuk prisma segi empat, terletak di tengah bangunan sebagai puncak atap. Atap Penanggap menggantung pada saka bentung disetiap sudut Atap Penitih mengelilingi atap Penanggap, Atap Tratag berbentuk Limasan. Terletak di sisi Timur dan Barat Lebih tinggi dari atap penitih Atap Emper terletak di sisi utara dan selatan bangsal Lebih tinggi dari atap penitih Usuk Brunjung tertutup Balok Uleng dan langit-langit pemidangan Usuk Penanggap disusun seperti rangka payung menumpang di antara balok gantung dan balok penanggap. Usuk Penitih disusun seperti rangka payung menumpang di antara balok penanggap dan balok penitih. Usuk Tratag tidak kelihatan, tertutup plafon yang dipasang Usuk Emper tidak kelihatan, tertutup plafon yang dipasang 1. Dada Peksi 2. Balok Uleng 3. Balok Blandar 4. Balok Sunduk/Kili Balok Gantung Balok Blandar Penanggap 1. Balok Blandar Penitih 2. Balok Listplank 1. Penutup plafon 2. Tiang besi 3. Penutup talang 1. Penutup talang 2. Tiang besi 3. Penutup plafon 1. Bagian brunjung 2. Bagian Penanggap 3. Bagian Penitih 4. Bagian Tratag dan Emper 5. Bagian kuncung Kajian struktur bangunan tradisional Jawa pada bangsal Kencana Keraton Yogyakarta 50 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 Saka Saka Totol Penanggap Saka penyangga Tratag Besi bulat Umpak Saka guru Berbentuk Trapesium Berpenampang segi empat Umpak Saka Penanggap Sama bentuk, ukuran lebih kecil dari umpak saka guru Umpak saka Penitih Sama bentuk, ukuran lebih kecil dari umpak saka penanggap Tidak terdapat Umpak Saka besi di bagian tratag, hanya pembesaran dimensi pada dasar tiang, Padmana Grady Prabasmara, Satrio HB Wibowo,Tri Yuniastuti SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 16 No. 1 Januari 2019 51 KESIMPULAN Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bangunan di Keraton Yogyakarta, khususnya Bangsal Kencana yang masih asli. Dari kajian ini didapatkan kesimpulan bahwa 1. Bangunan Bangsal Kencana di Keraton Yogyakarta memiliki ciri yang sama, yaitu terbuka dan merupakan bangunan tradirional Jawa dengan tipologi Joglo Lambang Gantung. 2. Tipologi tersebut merupakan yang tertinggi tingkatannya, hal ini disesuaikan dengan fungsi atau penggunaannya untuk kegiatan utama keraton yang melibatkan Sultan. 3. Bangsal Kencana sebagai bangunan dengan fungsi kerajaan paling utama, kemegahan ditunjukkan selain dengan ukuran bangunan dan kerumitan strukturnya, juga dengan ornamen yang banyak dan lengkap dengan finishing yang megah dan menampilkan lambang-lambang kekuasaan. DAFTAR PUSTAKA ______, 1991, Kratons of Java, Indonesia Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi. Brongtodiningrat, K. 1978. Arti Kraton Yogyakarta. Museum Kraton Yogyakarta. G., Eko Punto. 2001. Kraton Yogyakarta dalam Balutan Hindu. Semarang Bendera Semarang. Prijotomo, J. 1995. Petungan Sistem Ukuran Dalam Arsitektur Jawa. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Ronald, A. 1997. Ciri-ciri Karya Budaya Di Balik Tabir Keagungan Rumah Jawa. Yogyakarta Universitas Atmajaya Yogyakarta. Sukirman. 2011. Ragam Hias Bangsal Witana Sitihinggil Utara Keraton Yogyakarta, Kajian Iconologis. Tesis PascaSarjana Institut Seni Indonesia ISI Yogyakarta. Tri Yuniastuti dan Satrio HB Wibowo . 2007. Pengaruh Arsitektur Klasik Eropa Pada Bangunan Kraton Kasultanan Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian. Tri Yuniastuti, Sukirman dan Satrio HB. 2009. Dokumentasi Bangunan Bangsal Tradisional Kraton Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian Penelitian. Tri Yuniastuti, Sukirman dan Satrio HB. 2010. Dokumentasi Bangunan Bangsal Tradisional Kraton Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian Penelitian. Wibowo, H. 1986/1987. Rumah Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Dedikbud. Semua Lantai di bangunan utama bangsal Kencana terbuat dari Marmer Lantai di bagian tratag dan emper bangsal Kencana juga berbahan Marmer. ... Selain itu, soko guru berjumlah satu sendiri memiliki makna keesaan dari sang pencipta atau Allah. Sehingga manusia diharakan selalu mengingat kepada Allah [3]- [5]. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar mengapa keberadaan Masjid Soko Tunggal di Tamansari, Yogyakarta masih perlu dilestarikan. ...This research was conducted to find mathematical elements in the Soko Tunggal Mosque. The research method used in this study is a qualitative method with an ethnographic approach. The data used in this study were obtained from observations, documentation, and interviews. Observation and documentation are used to identify ethnomathematics in the Soko Tunggal Mosque, while documentation and interviews with the triangulation method to find out more deeply the cultural values that exist in the Soko Tunggal Mosque. From the results of the study found the concept of field geometry in the Soko Tunggal Mosque. Geometry elements identified include triangles, squares, rectangles, rhombus, circles and reflection. So that in learning mathematics on the material triangles, squares, rectangles, rhombus, circles, and reflection can use the context of a Soko Tunggal Hirabayasih MoidadyUmar UmarEvi Sunarti AntuDalam perkembangan arsitektur selalu mendapatkan pengaruh dari budaya yang berkembang padamasa tertentu. Banggai laut merupakan daerah bekas kerajaan yang meninggalkan sebuah bangunanKeraton yang memiliki pengaruh budaya dari jawa. Keraton Banggai yang sekarang lebih dikenal sebagaidestinasi wisata, dulu fungsinya sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. pusat pemerintahan danpusat kebudayaan serta bangunan yang ada pada saat itu memiliki gaya tradisional jawa yang sangatmemiliki arti penting. Keraton Banggai sebagai bangunan cagar budaya yang masih dipertahankan dan dilindungi undang-undang karena sebagai warisan budaya suku bangsa. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bagaimana asal mula bentuk atap dan makna atap pada keraton Banggai. Metode yang digunakanadalah studi literatur dengan cara mengumpulkan data-data berhubungan dengan bentuk asal mula bentuk atapdan maknanya. Diharapkan dengan kajian ini dapat menjadi pengetahuan untuk masyarakat. agar selalu tetapmenjaga pelestarian bangunan dan menjadi pendorong generasi muda untuk selalu mencintai budaya sendiridengan mengembangkan citra Arsitektur Kraton Yogyakarta. Museum Kraton YogyakartaK BrongtodiningratBrongtodiningrat, K. 1978. Arti Kraton Yogyakarta. Museum Kraton Yogyakarta dalam Balutan HinduG Eko PuntoG., Eko Punto. 2001. Kraton Yogyakarta dalam Balutan Hindu. Semarang Bendera Sistem Ukuran Dalam Arsitektur JawaJ PrijotomoPrijotomo, J. 1995. Petungan Sistem Ukuran Dalam Arsitektur Jawa. Yogyakarta Gadjah Mada University Karya Budaya Di Balik Tabir Keagungan Rumah JawaA RonaldRonald, A. 1997. Ciri-ciri Karya Budaya Di Balik Tabir Keagungan Rumah Jawa. Yogyakarta Universitas Atmajaya Yogyakarta. Sukirman. 2011. Ragam Hias Bangsal Witana Sitihinggil Utara Keraton Yogyakarta, Kajian Iconologis. Tesis PascaSarjana Institut Seni Indonesia ISI Tradisional Daerah Istimewa YogyakartaH WibowoWibowo, H. 1986/1987. Rumah Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Dedikbud.

.
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/448
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/238
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/110
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/869
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/438
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/967
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/363
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/797
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/113
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/340
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/971
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/435
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/397
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/999
  • 6u69sxuj8k.pages.dev/163
  • gaya bangunan terutama untuk tempat tinggal khas jawa