Diblog ini gue nulis semua hal yg gue suka. K-Pop, K-Drama, Buku, Game, dan lainnya.
Serial Dewi Ular - Tara Zagita Kali ini admin mau share buku nih, gatau termasuk kategori novel atau enggak. Yang pasti Serial Dewi Ular karya Tara zagita ini termasuk cerita silat jadul, tapi seru buat diikuti. Bercerita tentang Dewi Ular alias Kumala Dewi, seorang titisan dewa yang menetap di bumi. Bidadari ini bekerja sebagai konsultan di perusahaan kakak angkatnya, Pram. Selain itu Kumala Dewi berprofesi sebagai paranormal yang kaya, cantik dan seksi yang siap membantu permasalahan siapa saja yang diganggu makhluk halus, serta membasmi kejahatan dari anak buahnya pangeran kegelapan, musuh besar Kumala Dewi dan seluruh penghuni khayangan. Walaupun jadul, tapi serial ini seru bingit lho !! Yang pasti ceritanya lebih modern kalo dibandingkan dengan Si Buta Dari Gua Hantu dan sejenisnya.. Nih admin kasih beberapa link-nya. Rahasia Laskar Iblis Wah, kalo liat dari cover-nya, rada sekseh gitu ya hhe.. Seri Dewi Ular memang sedikit-sedikit dibumbui dengn cerita erotis sih.. Tapi nggak gimana banget. Perpaduan antara cerita pertarungan silat, misteri yang dihadirkan para hantu plus sedikit cerita yang berbau dewasa menjadikan serial ini seru banget lho !!
CersilDewi Ular 80 ~ Misteri Serigala Berkaki Tiga Posted on Tuesday, 1 September 2015
- Seri Gelang Kemala III LANJUTAN DEWI ULAR Karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo Sumber djvu syauqy_arr convert & edit ebook MCH Tiraikasih Website RAJAWALI HITAM Karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo Jilid I Gadis itu terbangun dari tidurnya dalam sebuah kamar hotel di kota Hui-cu. Begitu terbangun dari tidurnya, gadis itu tidak segera turun dari pembaringan, melainkan duduk bersila dan bersamadhi. Ia seorang gadis yang berusia kurang lebih duapuluh satu tahun. Pakaiannya berkembang cerah dan wajahnya cantik jelita. Mukanya bulat telur, mulutnya kecil mungil dengan bibir merah membasah. Hidungnya mancung dan ujungnya agak menjungat ke atas lucu sekali. Di kanan kiri mulutnya terdapat lesung pipit Seorang gadis yang cantik jelita, bahkan dalam keadaan baru bangun tidur dan rambutnya awut-awutan, ia masih tampak cantik sekali. Dara ini bernama Souw Lee Cin. Biarpun usianya baru kurang dari duapuluh satu tahun, namun namanya di dunia kang-ouw sudah terkenal, bahkan banyak orang menjulukinya Dewi Ular Cantik Bi Coa Sian-li karena gadis ini terkenal sebagai seorang pawang ular yang pandai. Ilmu silatnya amat tinggi karena ia digembleng oleh ibunya sendiri yang berjuluk Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah Bu Siang, seorang wanita setengah tua yang juga amat cantik akan tetapi amat ganas pula sehingga mendapat julukan seperti itu. Ang-tok Mo-li telah menurunkan seluruh ilmunya kepada muridnya yang juga puteri kandungnya ini sehingga tingkat kepandaian Lee Cin sudah hampir menyamai ibunya. Akan tetapi ibunya itu hidup terpisah dari ayahnya, dan baru saja beberapa bulan ini mereka hidup bersama. Tiraikasih Website Ayah Lee Cin adalah seorang pendekar besar bernama Souw Tek Bun yang dijuluki Sin-kiam Hok-mo Si Pedang Sakti Penaluk Iblis dan karena kebijaksanaannya, dalam pemilihan beng-cu dua tahun yang lalu dia terpilih sebagai Beng-cu Pemimpin dari dunia kang-ouw. Di waktu mudanya, Souw Tek Bun berpisah dari Ang-tok Mo-li Bu Siang karena perbedaan watak, si wanita berwatak ganas dan kejam seperti iblis betina, yang pria berwatak gagah perkasa dan budiman seperti seorang pendekar besar. Berkat usaha Lee Cin, maka ayah dan ibunya itu kini hidup bersama dengan bahagia di pegunungan Hong-san. Lee Cin merupakan pendekar wanita yang gagah perkasa. Ia memiliki sebatang pedang pusaka yang disebut Ang coakiam Pedang Ular Merah dan memainkannya dengan ilmu pedang coa-kiamsut. Selain itu, dari ibunya ia mempelajari pula Ang-tok-ciang Tangan Racun Merah yang amat berbahaya, ilmu silat Sin-liong-kun Sitar Naga Sakti yang tangguh dan dari In Kong Thai-su, seorang tokoh besar Siauw-limpai ia pernah diberi pelajaran ilmu totok It-yang-ci yang ampuhnya bukan main. Dengan semua ilmu kepandaiannya ini, Lee Cin berani malang melintang di dunia kang-ouw dan jarang menemukan tandingan. Akan tetapi mengapa di pagi hari itu ia nampak demikian kusut dan terus bersamadhi setelah bangun tidur? Bahkan kedua matanya agak membengkak seperti orang yang kebanyakan menangis. Memang sesungguhnyalah, malam tadi Lee Cin hampir tidak dapat pulas dan sehari semalam hanya menangis saja menyesali nasib dirinya. Kurang lebih dua tahun yang lalu cintanya terhadap seorang pemuda bernama Song Thian Lee gagal karena pemuda itu mencinta seorang dara lain yang kini telah dikawininya. Kemudian, ia jatuh cinta kepada seorang pemuda bernama Cia Tin Han, akan tetapi apa yang terjadi? Baru kemarin ia melihat sendiri betapa Tin Han ditendang oleh neneknya sendiri dan terjatuh ke dalam jurang yang amat dalam! Ia menangisi Tiraikasih Website kematian Tin Han dengan hati hancur lebur. Hanya setelah teringat akan nasihat ayahnya bahwa ia harus dapat menerima dan menghadapi kenyataan dengan gagah, ia dapat pulas dan pagi ini begitu terbangun, ia bersamadhi untuk menenteramkan pikirannya. Baru saja ia menyadari bahwa ia mencinta Tin Han setelah Tin Han ditendang ke dalam jurang! Tadinya ia masih ragu karena Tin Han dianggapnya sebagai seorang pemuda lemah lembut yang berjiwa patriot, dan iapun tertarik kepada seorang tokoh lain yang misterius, seorang yang selalu menolongnya dan berkedok hitam, yang disebutnya saja Si Kedok Hitam. Tidak tahunya, Si Kedok Hitam itu bukan lain adalah Cia Tin Han Baca kisah Dewi Ular. Keluarga Cia Tin Han yang lain semua bekerja sama dengan pemberontak Panglima Phoa dan dengan orangorang Jepang dan hal ini ditentang oleh Tin –Han, maka dia diserang sendiri oleh neneknya sehingga terlempar ke dalam jurang. Di dalam samadhinya, bayangan Tin Han selalu mengganggunya. Akhirnya ia membiarkan bayangan itu memasuki lamunannya. Seorang pemuda yang gembira, tampan, agak ugal-ugalan akan tetapi pemberani luar biasa. Kini pemuda yang dicintanya itu telah tiada, lenyap ditelan jurang yang lebar dan dalam. Akan tetapi jatuhnya ke jurang itu belum merupakan bukti bahwa dia telah mati. Bangkit kembali semangat Lee Cin setelah berpikir begitu! Lee Cin membersihkan dirinya dan mandi sampai tubuhnya terasa segar kembali. Ia sudah dapat mengusir semua sisa duka dari hatinya, matanya sudah bersinar terang kembali. Ia maklum bahwa ia tidak boleh hanyut dalam seretan duka. Ia harus menghadapi kenyataan dengan mata terbuka. Cia Tin Han terjatuh ke dalam jurang, akan tetapi hal itu belum berarti bahwa dia mati. Ini bukan merupakan harapan kosong untuk menghibur hatinya. Tiraikasih Website Memang, terjatuh dari tempat setinggi itu tidak mungkin seseorang dapat hidup lagi. Akan tetapi ini bukan atau belum menjadi bukti bahwa dia mati. Ia harus mencari Tin Han ke dasar jurang. Ia harus melihat sendiri bahwa pemuda itu sudah tewas dan menguburkan jenazahnya. Kasihan kalau Tin Han tewas di dasar jurang itu tanpa ada yang mengurus jenazahnya. Ia harus mencarinya dan membuktikan sendiri bahwa Cia Tin Han, laki-laki yang dicintanya itu, benar-benar telah tiada. Setelah mandi dan berganti pakaian, Lee Cin membayar sewa kamar, menggendong buntalan pakaiannya, kemudian meninggalkan rumah penginapan dan segera pergi keluar kota menuju ke bukit di mana kemarin ia tertawan oleh Keluarga Cia. Dari apa yang didengarnya kemarin, ia dapat menduga bahwa Keluarga Cia tentu telah pergi meninggalkan bukit itu, karena takut kalau disergap musuh. Ia mendaki tempat di mana kemarin Tin Han terjengkang ke dalam jurang. Tempat itu sunyi, tidak nampak seorang pun manusia. Lee Cin menghampiri jurang itu dan melongok ke bawah. Ia merasa ngeri. Jurang itu merupakan tebing yang amat curam, dan ia tidak dapat melihat dasar jurang yang tertutup kabut. Agaknya hanya burung yang memiliki sayap saja yang akan dapat menuruni tebing itu. Ia harus mencari jalan lain untuk mencapai tebing jurang itu. Tidak mungkin rasanya menuruni jurang itu dari situ. Terlalu terjal dan sekali terpeleset, habislah sudah riwayatnya. Ia lalu mengambil jalan lain yang turunnya tidak begitu terjal. Akan tetapi inipun amat sukarnya. Ia harus melangkah dari batu ke batu dengan hati-hati karena sekali batu itu terlepas dan menggelinding ke bawah, ia sendiri tentu akan menggelinding ke bawah. Ia melangkah dengan hati-hati, berpegangan batu dan akar pohon. Setelah agak dalam, ia melihat batang-batang pohon banyak bertumbuh Tiraikasih Website di tempat itu. Dengan berpegangan pada cabang dan barang pohon, ia dapat merayap ke bawah lagi. Lee Cin harus mempergunakan ilmu meringankan tubuh untuk merayap seperti itu. Kadang-kadang dinding itu demikian terjalnya sehingga tegak lurus! Hanya dengan berpegang kepada cabang pohon dan lubang-lubang yang terdapat di permukaan batu dinding itu ia dapat merayap terus ke bawah. Ia harus berhati-hati sekali karena sekali pegangannya terlepas atau injakan kakinya meleset, tubuhnya akan terhempas ke bawah dan mungkin akan terbanting ke atas batu yang akan membuat tubuhnya hancur lebur! Lee Cin merayap terus. Dua jam telah berlalu sejak ia merayap dari penurunan pertama. Pekerjaan ini makan banyak tenaga sehingga tubuhnya sudah basah oleh keringat. Akan tetapi ia terus turun sampai akhirnya dasar tebing itu tampak olehnya. Sinar matahari telah mencapai dasar tebing dan ia terpesona. Seolah ia melihat taman sorga di bawah kakinya! Begitu terang, kuning kehijauan, teramat indahnya. Ada sebatang sungai kecil berlekak-lekuk di bawah sana. Ada padang rumput yang hijau segar. Ia merayap terus dan akhirnya dapat menginjakkan kakinya ke atas tanah datar. Ketika ia memandang ke atas, pandangannya terhalang kabut dan ia tidak dapat melihat bagian atas tebing. Alangkah tingginya seakan menembus awan. Matahari dengan sinarnyapun tidak dapat menembus kabut itu. Sinar yang jatuh ke permukaan dasar tebing datang dari jurusan lain yang tidak terhalang tebing. Tebing itu merupakan bukit yang menjulang tinggi. Hatinya berdebar. Mungkinkah ia dapat bertemu dengan Tin Han dalam keadaan masih hidup? Ia menutup lamunannya. Tidak, ia tidak mengharapkan apa-apa, karena harapan ini kalau ternyata sia-sia akan menghancurkan hatinya. Ia akan mencari dan siap Tiraikasih Website menemukan Tin Han dalam keadaan bagaimanapun juga. Ia harus tabah dan waspada. Mulailah Lee Cin mencari-cari. Karena ia tidak tahu dengan presis di mana Tin Han terjatuh, tidak dapat mengkira-kirakan dari bagian mana pemuda itu terjatuh, ia lalu menyusuri pinggir dasar tebing itu yang ternyata panjang sekali. Setelah memakan waktu lama, sam pai di ujung sana, ia tidak menemukan sesuatu. Apa lagi tubuh Tin Han, bekas bekasnyapun tidak ada. la merasa penasaran dan memutar tubuhnya, mengulangi lagi dengan arah berbalik. Ia menyusuri dasar tebing dari sebelah sana sampai akhirnya tiba di bagian yang tidak ada tebingnya, melainkan tanah datar dan jauh di sana tampak genteng rumah pedusunan. Tidak juga ia menemukan tubuh Tin Han. Ia menjadi bingung. Apakah Tin Han dapat lobos dan selamat? Rasanya tidak mungkin! Ia kembali lagi dan mulailah ia memanggilmanggil. "Han-ko......... Han-ko......... Ia mengulang-ulang panggilannya dengan pengerahan tenaga khi-kang sehingga suaranya menimbulkan gaung yang aneh. Akan tetapi tidak ada jawaban. Tin Han lenyap begitu saja seperti ditelan bumi! Ia melongok dari jurang ke jurang lain, jurang-jurang kecil yang berada di bawah tebing, namun tidak nampak ada tubuh orang di sana. Akhirnya ia menjatuhkan diri, duduk di bawah sebatang pohon dengan tubuh lemas. Diambilnya sehelai saputangan untuk mengusap leher dan mukanya yang basah. Ia mengambil napas panjang untuk menghimpun tenaga murni karena ia merasa lelah sekali. Lelah lahir batin. Matanya masih liar mencari-cari, kalau-kalau melihat tubuh pemuda itu tersangkut di suatu tempat. Lee Cin duduk bersila, memejamkan matanya, menenteramkan hatinya. Tenanglah, kata hatinya kepada Tiraikasih Website diri sendiri. Tin Han tidak ada, tubuhnya tidak ada, berarti dia belum mati atau hilang. Rasanya tidak mungkin terjadi dari tempat setinggi itu tidak mati akan tetapi mengapa hilang? Kalau terbanting dari atas, tidak mungkin tubuhnya hancur lebur dan tidak meninggalkan sisa. Ia ber gidik, ngeri membayangkan itu. Ke manakah Tin Han? Apa jadinya dengan dia? Ia membuka matanya lagi, memandang ke atas yang tertutup kabut dan ke kanan kiri, kembali mencaricari. Jangan-jangan tadi karena lelahnya, ia mencari kurang teliti. Maka, iapun bangkit kembali, lalu sekali lagi menyusuri dasar tebing dari ujung sini ke ujung sana, kadang berhenti untuk meneliti satu bagian. Namun sia-sia belaka, tidak ditemukannya tubuh Tin Han atau bekasbekasnya sedikitpun. Tin Han lenyap begitu saja! Kembali Lee Cin duduk bersila, bertanya-tanya dalam hatinya kemudian seperti dengan sendirinya, matanya ditujukan ke atas, ke langit. Ya Tuhan, apa yang telah Engkau lakukan terhadap Tin Han, bisik hatinya. Masih hidup atau sudah matikah dia? Kalau masih hidup, bagaimana dan di mana dia berada? Kalau sudah mati, apa yang terjadi dengan jenazahnya? Semua pertanyaannya tidak terjawab. Untuk mengusir rasa ke sepiannya yang teramat mendalam, ia lalu mengambil sulingnya dan seperti tanpa disengaja ia meniup sulingnya, memanggil ular-ular di daerah itu. Ia hanya teringat bahwa kalau Tin Han dapat mendengar suara sulingnya, seperti juga ular-ularnya, pasti akan datang juga ke situ. Akan tetapi setelah beberapa lamanya meniup suling, yang berdatangan hanya ular-ular dari semua penjuru. Ularular besar kecil, dengan beraneka bentuk dan warna datang dan mengepung Lee Cin dalam jarak dua meter di bawah pohon. Lee Cin menghentikan tiupan sulingnya, memandang kepada ular-ular yang kini diam di sekelilingnya itu dan ia Tiraikasih Website merasa aman. Ular-ular itu adalah binatang-binatang yang biarpun dianggap sebagai binatang berbahaya, namun sebenarnya merupakan binatang yang sama sekali tidak buas. Manusia lebih buas dari pada ular. Manusia menyerang mahluk lain, membunuh mahluk lain hanya untuk dimakan atau hanya untuk bersenang-senang. Adapun ular-ular itu, tidak akan mengganggu siapapun kalau saja tidak lebih dulu diganggu. Ular-ular itu hanya mengenal membela diri dan melawan pengganggunya demi keselamatannya, tidak pernah menyerang lebih dulu tanpa sebab. Lee Cin melihat seekor ular putih sebesar ibu jari tangannya merayap di dekatnya. Ia menjulurkan tangannya dan ular itu segera merayap ke tangannya, melibatkan ekornya pada pergelangan tangan Lee Cin, lidahnya keluar masuk dan matanya memandang kepada Lee Cin dengan tajam. Alangkah lucunya! Lee Cin membelai ular itu dengan jari-jari tangannya, lalu melepaskannya lagi. Akan tetapi senyumnya menghilang ketika ia teringat lagi kepada Tin Han. Awan duka kembali menyelimuti wajahnya. Tadi, ketika ular-ular itu datang, pikirannya sejenak melupakan Tin Han dan dukapun lenyap. Kini ia teringat lagi dan duka kembali menguasai hatinya. Ia lalu menutup sulingnya mengusir ular-ular itu. Satu demi satu ular-ular itu merayap pergi meninggalkan Lee Cin. Keadaan menjadi sunyi kembali setelah Lee Cin menghentikan tiupan sulingnya. Ia merasa seolah dirinya diteIan kesunyian. Kesunyian sejati merupakan keheningin lahir batin dan keadaan ini dapat mengayun manusia ke dalam dimensi lain, di atas suka dan duka. Akan tetapi merasa kesepian lain lagi. Merasa kesepian merupakan kerinduan akan seseorang atau suatu dan hal ini mendatangkan siksa dalam batin. Merasa ditinggalkan, merasa kesepian dan merasa tidak ada yang memperdulikan, membuat hati merasa Tiraikasih Website nelangsa dan hidup seolah tidak ada artinya. Pada hal, hidup harus berani berada dalam keadaan sunyi dan hening. Hidup harus berani sendiri, karena segala sebab akibat berada dalam diri sendiri, segala tanggung-jawab juga harus dipikul sendiri. Hidup tidak dapat digantungkan kepada siapapun juga. Akhirnya, kalau nyawa sudah mening galkan badan, setiap orang manusia juga harus bersendirian, sendiri menghadapi maut, tidak ditemani siapapun juga. Karena itu, di waktu masih hidup, harus berani bersunyi diri, berhening-hening karena hanya dalam keheningan lahir batin inilah dapat ditemukan apa yang selalu dicari-cari orang, yakni kebahagiaan. Keheningan berarti kebahagiaan, keheningan yang kosong tanpa di isi ingatan apapun sehingga kenangan tidak sempat masuk sehingga hati akal pikiran dijauhkan dari kenangan pahit maupun manis. Berada di atas suka dan duka, tidak dipengaruhi suka duka dan segala perasaan lain, di situlah letaknya kebahagiaan. Kebahagiaan selalu sudah berada di dalam dan di luar diri kita dan hanya orang yang berada dalam keheningan dapat merasakan itu. Biasanya, hidup kita bergelimang nafsu daya rendah yang menimbulkan segala macam perasaan, dan dalam keadaan seperti itu, kebahagiaanpun tidak tampak bayang annya. Ia begitu dekat, namun begitu jauh! Dekat melebihi mata sendiri, namun kalau jauh tak tampak bayangannya. Sudah ada dan menjadi satu diri, namun masih dicari-cari, semua ini akibat ulah nafsu daya rendah manusia yang selalu berusaha menguasai diri. Hanya orang yang berada dalam ke heninganlah yang berdekatan dengan Tuhan Yang Maha Kasih, kesadaran dirinya selalu dipenuhi kekuasaan Tuhan, bahkan setiap detak jantung menyebut Nama. Tuhan dengan penuh kepasrahan, penuh penyerahan, tunduk dan taat akan, segala kehendakNya! Lee Cin melamun, tenggelam ke dalam lamunannya yang dipenuhi bayangan Tin Han. Tiba-tiba matanya terbelalak Tiraikasih Website karena ia seperti melihat bayangan Tin Han berkelebat jauh di depan. "Han-ko......... !" Lee Cin melompat dan mengejar. Akan tetapi setelah agak dekat, keningnya berkerut, hatinya tak senang bahkan timbul kemarahannya yang hebat ketika ia mengenal bahwa pemuda yang dikejarnya itu sama sekali bukan Tin Han, melainkan Ouw Kwan Lok! Kemarahannya membuat mukanya berubah merah dan matanya menyinarkan api. Gerakan kedua kakinya dipercepat. "Ouw Kwan Lok, manusia jahanam. Engkau tidak akan dapat lari dariku!" teriaknya dan ia sudah mengambil keputusan bahwa sekali ini ia tentu akan dapat membunuh orang yang amat keji itu. Akan tetapi Lee Cin juga teringat betapa licik dan curangnya pemuda itu, maka ia lalu mencabut pedang An coa-kiam dan melakukan pengejaran dengan hati-hati dan waspada sekali. Pemuda itu memang Ouw Kwa Lok! Kwan Lok berlari cepat ketika melihat Lee Cin mengejarnya dan dia memasuki hutan di depan yang menyambut padang rumput yang tebal itu. Lee Cin terus mengejar memasuki hutan itu. Akhirnya ia melihat Ouw Kwan Lok berdiri menantinya sambil memegang sebatang pedang terhunus. Ketika Lee Cin tiba dalam jarak lima meter, tangan kirinya bergerak berulangulang dan sinar sinar terang menyambar ke arah Lee Cin. Itulah pisau-pisau terbang yang amat berbahaya dari pemuda itu. Namun, Lee Cin sudah siap siaga. Ia mengelak dengan cepat sambil memutar pedangnya dan pisau yang tidak terelakkan ditangkis pedangnya sehingga runtuh. Setelah pisau-pisau itu habis, Lee Cin meloncat ke depan. Ouw Kwan Lok lari lagi dan menyelinap ke balik sebatang pohon besar. Tiraikasih Website "Jahanam busuk, hendak lari ke mana engkau?" Lee Cin berseru dan mengejar. Akan tetapi ketika tiba di bawah pohon, tiba-tiba saja kakinya sudah terjerat dan tali yang menjerat kaki kanannya itu ditarik ke atas oleh Kwan Lok dari balik pohon. Dengan sendirinya tubuh Lee Cin tergantung pada sebelah kakinya yang terjerat. Akan tetapi, karena ia sudah siap siaga terhadap jebakan pemuda itu, Lee Cin tidak menjadi gugup. Sekali pedangnya berkelebat, ia telah membikin putus tali yang menjerat kakinya dan tubuhnya meluncur ke bawah kembali. Ia berjungkir balik dua kali dan dapat hinggap di atas kedua kakinya di tanah. Akan tetapi pemuda yang memasang jerat itu sudah lari lagi. Lee Cin mengejar sekuat tenaga dan akhirnya ia dapat menyusul Ouw Kwan Lok. "Jahanam, bersiaplah untuk mampus!" teriak Lee Cin dan pedangnya menyambar ganas ke arah leher Kwan Lok dari belakang. Kwan Lok membalikkan tubuhnya dan pedangnya menangkis dengan kuatnya. "Trangggg ..... !" Bunga api berpijar dan Ang-coa-kiam di tangan Lee Cin tertangkis. Keduanya terhuyung ke belakang. Memang tenaga sin-kang Kwan Lok juga sudah kuat sekali sehingga dia mampu menandingi tenaga sin-kang gadis itu. Kwan Lok membalas serangan gadis itu dengan dahsyat pula. Dia menganggap Lee Cin musuh guru-gurunya yang harus dibunuhnya. Sesungguhnya dia tergila-gila oleh kecantikan Lee Cin dan hatinya ingin sekali mempermainkan gadis itu lebih dulu sampai puas, baru dia akan membunuhnya untuk membalaskan dendam kedua orang gurunya. Tadi dia sudah merasa girang berhasil menjerat kaki Lee Cin. Sayang, sebelum dia mampu menangkapnya, gadis itu telah dapat membikin putus tali jeratan itu. Kini gadis itu menyerangnya dengan mati- matian, maka Kwan Tiraikasih Website Lok juga membalas dan keduanya sudah bertanding pedang dengan seru. "Haiiitt......... ! Singg.....!" Pedang di tangan Lee Cin menusuk dengan gerakan yang luar biasa cepat dan kuatnya. Serangan ini dilakukan Lee Cin dengan tubuh melayang seperti terbang. Itulah serangan pedang dengan jurus Naga-terbang- menembus- awan yang luar biasa cepatnya. Melihat serangan dahsyat ini, Kwan Lok terkejut dan dia pun mengelebatkan pedangnya menangkis dari samping. "Wuuutt.... cringgg ..... !" Kembali bunga api berpijar dan Kwan Lok merasa betapa tangannya tergetar hebat. Setelah menangkis, Kwan Lok miringkan tubuhnya ke kiri dan tangan kirinya meluncur ke depan untuk menangkap tangan Lee Cin yang memegang pedang. Dia menggunakan ilmu gulat dan silat Hek-wan-kun Silat Lutung Hitam. Sekali tubuh seorang lawan tertangkap tangannya, tentu akan disusul dengan bantingan yang cepat dan mengejutkan. Dan Lee Cin tidak dapat mengelak lagi. Lengan kanannya telah tertangkap tangan kirinya lalu bergerak, sambil kakinya menggeser sehingga pundak kirinya berada di depan, Ia menotok dengan ilmu totok It-yang-ci yang amat ampuh. "Wuuuttt.... plakk!" Kwan Lok terpaksa melepaskan cengkeramannya dan menggerakkan lengan kanannya ke samping untuk menangkis tangan yang menotok itu. Keduanya melangkah mundur, kemudian maju lagi untuk menyerang dengan lebih hebat. Kedua orang itu bertanding dengan amat serunya, masing- masing mengeluarkan semua kepandaiannya dan mengerahkan seluruh tenaganya. Akan tetapi setelah Lee Cin mulai menggunakan tangan kirinya untuk menyelingi serangan pedangnya dengan totokan-totokan, mulailah Ouw Kwan Lok terdesak hebat. Pemuda ini cukup mengerti akan kehebatan totokan tangan kiri dengan satu jari itu. Totokan Tiraikasih Website itu mengeluarkan bunyi seperti pedang di tusukkan, dan anginnya menyambar demikian dahsyat. Maka dia tidak berani menerima totokan itu, melainkan mengelak atau menangkis dengan pedangnya. Pertandingan antara dua orang muda ini sudah berlangsung seratus jurus lebih. Biarpun dia amat terdesak dan main mundur terus, akan tetapi Kwan Lok masih dapat mempertahankan diri. Dia mulai merasa gentar. Dia tahu bahwa kalau dilanjutkan pertandingan itu, akhirnya dia akan kalah. Akan tetapi untuk melarikan diri tidak ada kesempatan lagi karena sinar pedang kemerahan yang bergulung-gulung itu menutup semua jalan keluarnya. Tidak ada lain jalan baginya kecuali melawan terus. Lee Cin juga merasa penasaran. Ia sudah mendesak, menguasai pertandingan itu, lebih banyak menyerang, akan tapi belum juga ia mampu merobohkan lawan yang ulet dan kuat ini. Tiba-tiba ia melihat kesempatan terbuka. Ketika itu, Kwan Lok menggerakkan pedangnya membacok ke arah lehernya. Lee Cin merendahkan diri mengelak akan tetapi sambil melangkah maju dengan kaki kanannya dan pedangnya menyambar ke arah leher lawan. Gerakannya amat cepat dan tidak mungkin dapat dieelakkan lagi oleh Kwan Lok. Pemuda ini terkejut sekali dan terpaksa untuk menyelamatkan diri dari maut, tangan kirinya menangkis dari samping. Lengannya bertemu dengan pedang Ang-coakiam. “Singg.... crokk....!!" Lengan kiri Kwan Lok sebatas sikut putus ketika bertemu dengan Ang-coa-kiam. "Aduhhhh. ..... !!" Kwan Lok menjerit dan melemparkan tubuh ke belakang, kemudian dia melarikan diri dengan cepat. Tiraikasih Website Lee Cin memandang kepada tangan yang buntung dan menggeletak di atas tanah itu, kemudian memandang pedangnya, lalu mengangkat muka memandang ke arah Kwan Lok yang melarikan diri. Ia hendak mengejar, akan tetapi kembali melihat tangan itu dan kakinya tidak bergerak. Pemuda itu memang jahat dan keji, pikirnya, akan tetapi kini telah mendapatkan pelajaran hebat, telah kehilangan sebelah lengannya. Ini sudah merupakan hajaran yang cukup keras yang mudah-mudahan akan membuat dia sadar dan jera melakukan kejahatan lagi. Lee Cin sekali lagi memandang kepada lengan itu, kemudian memutar tubuhnya dan meninggalkan tempat itu. Harapannya untuk menemukan Tin Han di situ sudah hilang. Pemuda itu telah lenyap ke mana, dan memang tidak ada sedikitpun kemungkinan seseorang akan dapat hidup setelah tiba di tebing securam itu. Hatinya terasa berat, akan tetapi ia tidak menangis lagi. Ia menggigit bibirnya menahan kepedihan hati. Ayahnya pernah menasihatinya untuk selain siap menghadapi peristiwa apapun yang menimpa dirinya, untuk menghadapi kenyataan yang betapa pahitpun dengan tabah dan tanpa mengeluh. Hidup adalah tantangan, demikian ayahnya menasihatinya. Hidup berarti kita dihadapkan kepada seribu Tiraikasih Website satu macam tantangan. Justeru itulah yang menjadi inti dan penggerak hidupnya. Tantangan dan tantangan datang silih berganti. Seorang gagah tidak akan lari dari tantangan itu, melainkan harus menghadapinya dengan gagah, dan harus dapat mengatasi tantangan apapun juga. Kini ia menghadapi tantangan yang amat berat, yaitu dengan tewas atau lenyapnya orang yang dicintanya. Ia tidak boleh membiarkan dirinya hanyut oleh duka, tidak boleh menangisi dan meratapi saja. Ia harus bangkit kembali untuk melanjutkan perjalanan hidup ini, menghadapi lagi tantangan lain yang mungkin lebih hebat lagi. Berdiri tegak dan tegar menghadapi apapun yang menimpa dirinya tanpa menggoyahkan imannya, tetap pasrah dengan penuh penyerahan kepada Tuhan namun tidak pernah patah semangat, tidak pernah tersesat melakukan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, penuh kepercayaan bahwa apa yang terjadi itu tentu mengandung hikmah yang baik, yang belum diketahuinya. Memang sudah demikian digariskan dalam jalan hidupnya, harus ia lalui sabar dan ikhlas sehingga ia, tetap memiliki kekuatan untuk menghadapi segala hal baru dalam hidup ini. Kata ayahnya, segala hal yang menimpa diri kita adalah hasil daripada perbuatan kita sendiri di masa lalu, kita tidak dapat menyingkir dari akibat itu, harus menuai apa yang telah kita tanam sendiri. Karena itu, semua perbuatan yang dilakukannya haruslah dianggap sebagai menanam benih, tentu saja harus menanam benih yang baik agar kelak ia akan menuai buah yang baik pula. Lee Cin teringat kepada ayahnya. Ia kini harus pulang ke Hong-san. Kini sudah tiba waktunya. Bulan lima telah dekat dan pada bulan itu akan diadakan pertemuan besar di Hongsan. Pertemuan di antara para tokoh kang-ouw seperti yang dikehendaki oleh para pimpinan Siauw-lim-pai, yang akan diadakan di tempat tinggal ayahnya sebagai beng-cu. Dalam pertemuan itulah niat ayahnya untuk mundur sebagai beng- Tiraikasih Website cu akan disampaikan kepada semua tokoh dan utusan partai-partai persilatan di dunia persilatan. Lee Cin mulai dengan perjalanannya pulang ke Hong-san, membawa banyak pengalaman hebat yang lebih mematangkan batinnya. -oomchoo- Setelah berpisah dari Lee Cin, Thian Lee lalu kembali ke markas pasukan di Hui-cu. Pasukan itu kini telah dipimpin oleh para perwira yang ditunjuk oleh Thian Lee untuk memimpin pasukan menggantikan Lai-ciangkun yang telah ditangkap karena pengkhianatannya. Para perwira menyambut kedatangan Thian Lee dengan hormat dan kagum. Panglima itu bertindak demikian cepat. Thian Lee lalu mengajak para perwira untuk berunding dan dia mengatur siasat untuk mengerahkan pasukan ke timur dan menyerang pasukan Phoa-ciang kun yang telah bersekutu dengan para tokoh sesat dunia kang-ouw, dan juga bersekutu dengan para bajak laut Jepang. Seluruh pasukan Ali Hui-cu dikumpulkan dan ternyata kekuatan mereka ada tujuhribu limaratus orang. Thian Lee membagi pasukan ini menjadi tiga barisan dan pada hari itu juga mereka berangkat menuju ke pantai timur. Tiga barisan itu setelah tiba di luar markas besar pasukan di pantai, berpencar menjadi tiga. Sebuah barisan mengepung di utara, barisan kedua datang dari barat dan barisan ke tiga mengepung dari selatan. Mereka membuat perkemahan di tiga tempat 'itu dan Thian Lee lalu mengirim utusan membawa suratnya yang minta agar Phoa-ciangkun menaluk saja dan tidak melakukan perlawanan. Kalau tidak, maka markasnya akan dihancurkan. Tiraikasih Website Menerima Surat ini, Phoa-ciangkun menjadi marah dan dia menyuruh penggal kepala utusan itu, kemudian orangprangnya melemparkan kepala utusan itu keluar pintu gerbang! Thian Lee menjadi marah sekali. Phoa-ciangkun boleh saja tidak mau menyerah, akan tetapi perbuatannya membunuh utusan itu sudah menyalahi peraturan perang, melanggar kehormatan! Para perwira bawahannya juga marah dan menyarankan kepada Thian Lee untuk segera menyerang. "Nanti dulu, harap kalian jangan dipengaruhi oleh kemarahan. Pihak musuh melakukan hal itu dengan sengaja, agaknya memancing agar kita marah dan nelakukan penyerbuan tanpa perhitungan lagi dan hal ini akan mengakibatkan kerugian kepada kita karena kita kurang waspada. Pula, aku tidak percaya bahwa semua perajurit yang berjaga di pantai ini memiliki niat memberontak. Pasti banyak di antara mereka yang tidak setuju dengan pemberontakan komandan mereka itu. Aku akan menyelundup ke dalam markers kota itu dan aku akan menyadarkan anak buah mereka. Kalau sudah banyak yang sadar, tentu tidak akan sukar menghancurkan kekuatan mereka. Harap diingat bahwa kekuatan mereka ada sepuluh ribu orang, maka harus dibuat kacau lebih dulu dari dalam." Kota itu terjaga ketat oleh perajurit perajurit Phoaciangkun yang dibantu oleh seregu pasukan bajak laut Jepang. Pada sore hari itu, seorang petani yang memakai caping mendorong gerobak penuh ubi memasuki kota. Dia dihentikan oleh para penjaga dan diperiksa, akan tetapi karena petani itu tidak memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan, seorang petani setengah tua, rambutnya sudah bercampur uban dan kakinya pincang, maka diapun diperkenankan mendorong gerobak itu masuk kota. Belum Tiraikasih Website sampai malam, pintu gerbang kota itu sudah ditutup dan lalu-lalang keluar masuk pintu gerbang dilarang. Petani ubi itu adalah Thian Lee. Dengan mewarnai rambutnya, dia tampak setengah tua dan dengan berjalan pincang dia menjadi seperti seorang petani setengah tua yang tidak berbahaya. Thian Lee benar-benar menjual ubinya. Setelah ubinya diborong oleh pedagang hasil bumi dan dibayar, diapun mulai dengan penyelidikannya. Kota itu merupakan benteng yang dijaga ketat. Dia sudah mendapat keterangan dari para perwira pembantunya bahwa tadinya Un-ciangkun mengirim belasan orang mata-mata untuk melakukan penyelidikan di kota pemberontak itu. Satu di antaranya kini membuka rumah obat di sudut kota. Thian Lee lalu menuju ke toko obat itu yang sudah mulai tutup. "Maafkan saya, harap layani keperluan saya. Saya hendak membeli obat luka yang mujarab. Saya dengar obat luka yang dijual oleh Cui-sinshe tuan tabib Cui amat manjur. Tolonglah saya untuk membeli obat itu." Seorang pria setengah tua mendekatinya. "Dari mana engkau tahu tentang obat luka buatan Cui-sin-she?" Thian Lee memandang tajam lalu menjawab lirih, "Dari sahabat Un yang tinggal di Hui-cu." Mendengar ini, pria itu cepat menarik tangan Thian Lee dan diajak masuk ke dalam rumah. Setelah tiba di ruangan dalam, pria itu berkata, "Sayalah orang she Cui. Ada kabar apa dari Un-ciangkun?" Thian Lee menggeleng kepalanya. "Kabar yang buruk. Un-ciangkun telah terbunuh orang." Cui Kang, orang itu, terbelalak dan menjadi pucat wajahnya. Dia adalah seorang kepercayaan Un-ciangkun yang dikirim ke situ sebagai mata-mata. Tiraikasih Website "Pantas saja tidak ada berita darinya. Dan engkau ini siapakah, sobat? Siapa yang mengutusmu masuk ke sini?" Thian Lee berterus terang. "Aku adalah Panglima Song Thian Lee dari kota raja. Un-ciangkun di bunuh dan wakilnya, Lai-ciangkun ikut memberontak. Dia sudah kami tawan dan pasukannya telah kami kuasai. Kami yang memimpin pasukan yang kini mengepung kota ini." Agar orang itu percaya, Thian Lee mengambil surat kuasanya. Melihat ini, Cui Kang segera berlutut dengan sebelah kakinya memberi hormat. "Saya siap menerima perintah ciang-kun." "Aku ingin engkau menceritakan tentang para perwira di sini. Siapa saja mereka dan siapa pula di antara mereka yang condong menentang pemberontakan Phoa-ciangkun, siapa yang mendukung." Karena sudah lama menjadi mata-mata di situ, dengan mudah Cui Kang lalu menceritakan semua rahasia para perwira di situ, juga tempat tinggal mereka. Setelah mendengar dengan jelas, Thian Lee mengangguk dan berkata, "Terima kasih. Keteranganmu cukup jelas. Malam ini aku akan bergerak, dan engkau siapkan segala keperluan kalau-kalau aku ketahuan dan dikejar. Aku akan menyelinap ke sini kalau dikejar dan siapkan tempat sembunyi." "Baik, Song-ciangkun!" kata Cui Kang. Thian Lee mulai melakukan gerakannya ketika malam tiba. Malam itu gelap, amat menolong pekerjaannya. Dia mengenakan pakaian serba hitam dan menutupi muka, hanya memperlihatkan sepasang matanya saja. Hal ini perlu dia lakukan agar kalau sampai ketahuan, dia akan mudah melarikan diri' dan tidak dikenal mukanya. Perwira Co adalah seorang perwira yang masih setia kepada kerajaan. Dialah seorang di antara mereka yang Tiraikasih Website ditunjuk oleh Cui Kang sebagai seorang yang diam-diam menentang pemberontakan dan Thian Lee segera menuju ke rumah perwira Co. Dengan kepandaiannya yang tinggi, dia dapat melayang naik ke atap rumah dan mengintai ke bawah. Dilihatnya perwira yang dicarinya duduk seorang diri menghadapi meja sambil menenggak arak. Dia mengenal Cociang kun karena Cui Kang sudah menggambarkan bagaimana orangnya. Dengan amat hati-hati dia melayang turun ke dalam kamar itu dan sebelum Co-ciangkun yang terkejut sekali sempat berteriak, Thian Lee sudah menotoknya sehingga. perwira itu menjadi lemas dan tidak mampu bergerak maupun bersuara. Thian Lee mendudukannya kembali ke atas kursinya, lalu dia mengeluarkan surat kuasa, memperlihatkannya kepada Co-ciangkun sambil berbisik, "Aku adalah Panglima Song Thian Lee yang memimpin pasukan yang kini mengepung kota ini." Setelah berkata demikian, dia membebaskan totokannya. Co-ciangkun lalu memberi hormat kepadanya. "Aih, Song thai-ciangkun, saya sedang bingung menghadapi keadaan ini. Apa yang harus saya lakukan?" "Aku mendengar bahwa engkau menentang pemberontakan Phoa-ciangktm?" "Tentu saja, akan tetapi apa yang dapat saya lakukan? Banyak perwira mendukungnya dan kalau saya terangterangan menentang, tentu saya sudah di tawan atau dibunuh." "Dengar baik-baik, aku sedang melakukan gerakan untuk mengacaukan pertahanan di sini. Engkau harus memerintahkan anak buah, pasukan yang kau pimpin, untuk tidak melakukan perlawanan kalau perang terjadi, membawa pasukanmu keluar dari benteng dan pura-pura menerjang musuh, akan tetapi sebetulnya lari menyeberang. Sebagai tanda, suruh beberapa orang membawa bendera Tiraikasih Website kuning. Kalau melihat bendera itu, pasukan kami tidak akan menyerang dan akan menerima pasukan dengan baik. Mengertikah engkau, Co-ciangkun? Dengan cara ini, engkau dan pasukanmu tidak akan tersangkut pemberontakan dan engkau tidak akan mendapat hukuman." Co-ciangkun memberi hormat dan berulangkali menyatakan setuju dan mengerti. Setelah merasa yakin bahwa perintahnya akan ditaati, Thian Lee lalu pergi dari situ melalui atap seperti kedatangannya dan dia lalu mendatangi para perwira lain yang oleh Cui Kang ditunjuk sebagai perwira yang menentang pemberontakan. Seperti cara tadi, diapun dapat mempengaruhi para perwira itu untuk menyeberang di waktu ada pertempuran. Seluruhnya ada limabelas orang perwira yang sudah menyatakan sanggup dan taat. Lewat tengah malam, Thian Lee menuju ke sebuah rumah di mana tinggal perwira yang membantu gerakan pemberontakan Phoa-ciangkun. Seperti yang sudah-sudah, dia memasuki rumah itu, langsung menuju ke kamar tidur perwira itu, menotok isterinya dan menyeret perwira itu turun dari pembaringan. Sebelum perwira itu sempat berteriak, dia menotoknya sehingga perwira itu terkulai lemas tidak mampu bergerak atau berteriak lagi. "Manusia tidak mengenal budi," Thian Lee memaki. "Engkau sudah memperoleh kedudukan yang baik, akan tetapi masih berkhianat dan mendukung pemberontakan Phoa-ciangkun. Karena itu engkau layak dihukum!" Setelah ber kata demikian, Thian Lee lalu memukul dada perwira itu, tidak cukup kuat sehingga tidak mematikan, akan tetapi akan membuat perwira itu menderita luka berat yang baru akan pulih setelah beristirahat sedikitnya sebulan! Demikianlah, Thian Lee mendatangi tidak kurang dari duapuluh perwira yang dipukulnya seperti itu. Ketika hendak memasuki rumah besar Phoa-ciangkun, dia melihat Tiraikasih Website penjagaan yang teramat ketat sehingga dia tidak mau membahayakan diri sendiri dan menganggap perbuatannya telah cukup untuk mengacaukan pertahanan benteng kota itu. Pada keesokan paginya, petani yang kemarin sore memasuki pintu gerbang sudah keluar lagi mendorong gerobaknya yang sudah kosong. Kini pintu gerbang dijaga lebih ketat lagi dan orang yang sedikit saja mencurigakan akan ditahan atau tidak boleh keluar dari kola. Dan pada hari itu, mulailah larangan memasuki pintu gerbang kota. Setelah tiba kembali di pasukannya, Thian Lee lalu mengatur serangan. Dia mengumpulkan para pembantunya dan menceritakan apa yang telah dilakukannya malam tadi. Para perwira itu merasa kagum sekali. "Jangan lupa. Kalau ada pasukan membawa bendera kuning keluar dari pintu gerbang benteng, jangan serang, melainkan terimalah mereka karena mereka itu adalah pasukan yang dipimpin perwira-perwira yang masih setia dan yang menyeberang kepada kita. Juga kalau keadaan musuh sudah terdesak dan terjepit, berlakulah murah kepada perajurit musuh. Yang menaluk harus diterima dengan baik dan jangan dibunuh." Demikianlah, terompet dan tambur dibunyikan riuh rendah ketika tiga pasukan kerajaan itu maju bersama dari tiga jurusan. Dari dalam pintu gerbang keluar pasukan Panglima Phoa yang menyambut serangan itu. Akan tetapi terjadi kekacauan pada pasukan itu. Ketika musuh menyatakan perang dengan tambur dan terompet mereka dan Phoa ciangkun mengumpulkan perwira-perwiranya, ada duapuluh orang perwira yang tidak mampu hadir karena mereka menderita sakit berat! Dan dia tidak tahu bahwa ada belasan orang perwira yang hadir adalah perwira-perwira yang menentangnya dan yang siap melakukan penyeberangan dengan pasukan mereka kepada pasukan Tiraikasih Website dari Hui-cu. Dengan agak bingung Phoa-ciangkun memerintahkan para perwira memimpin pasukan masingmasing untuk menyerbu keluar, dibantu oleh pasukan gerombolan bajak laut Jepang. Ketika Thian Lee melihat bahwa di antara pasukan pemberontak itu terdapat seorang pemuda yang mengamuk bagaikan naga marah, dia terkejut sekali dan cepat diapun berlari menghampiri. Ternyata pemuda itu adalah musuhnya, yaitu Siang Koan Tek! "Jahanam Siang Koan Tek, akulah lawanmu!" bentak Thian Lee. Melihat pemuda berpakaian panglima ini, Siang Koan Tek segera mengenalnya. Karena gentar, dia lalu meneriaki beberapa orang Jepang untuk membantunya dan segera Thian Lee dikeroyok oleh Siang Koan Tek dan lima orang bajak Jepang yang menggunakan samurai. Terjadi perkelahian yang seru sekali. Sementara itu, para perwira yang memimpin pasukan yang membawa bendera kuning telah diterima oleh pasukan dari Hui-cu, dan mereka kini membalik, membantu pasukan kerajaan melawan pasukan pemberontak. Pertempuran menjadi kacau balau. Setelah banyak pasukan menyeberang sekarang jumlah mereka berimbang banyaknya. Akan tetapi pasukan pemberontak kehilangan semangat karena mereka kehilangan pimpinan perwira-perwira atasan mereka yang tidak dapat ikut ber tempur karena menderita sakit berat. Yang memimpin mereka adalah perwira perwira muda yang kurang pengalaman, maka mereka bertempur dengan membabi buta dan ngawur. Perkelahian antara Thian Lee dan Siang Koan Tek yang dibantu lima orang Jepang masih berlangsung seru. Lima orang Jepang itu cukup lihai sehingga Thian Lee diserang Tiraikasih Website dari segala jurusan. Akan tetapi, Thian Lee dengan pedang Jit-goat-kiam mengamuk. Pedang nya berubah menjadi gulungan sinar terang dan setiap kali senjatanya bertemu dengan senjata lawan, tentu lawan itu terhuyung dan merasa tangannya sakit, tanda bahwa dalam hal tenaga dalam, tak seorangpun di antara mereka mampu menandingi Thian Lee. Hal ini tidak mengherankan karena Thian Lee telah menguasai Thian-te Sin-kang yang amat kuat. Setelah memutar pedangnya lebih cepat lagi, akhirnya Thian Lee dapat merobohkan dua orang pengeroyoknya. Dua orang jepang itu terpelanting dengan luka pada leher dan paha mereka sehingga mereka tidak mampu untuk bangkit kembali. Siang Koan Tek menjadi marah. Dengan Kui-liongkiamsut Ilmu Pedang Naga Setan dia menyerang Thian Lee. Pada saat itu, pedang Thian Lee sedang menahan dua samurai dan begitu samurai itu terpental, sebatang samurai lain telah menyapu kakinya. Thian Lee melompat ke atas dan pada saat itulah pedang Siang Koan Tek menyerangnya dengan sebuah tusukan ke arah perut. Tubuh Thian Lee masih berada di udara ketika serangan tiba. Dia mengerahkan tenaga Thian-te Sin-kang pada tangan kirinya, menyambut tusukan itu dengan tangan kiri dan mencengkeram pedang dan pada saat Siang Koan Tek terkejut, Thian Lee menggerakkan pedangnya ke depan. "Singgg......... cappp.......!” Pedangnya menusuk dada Siang Koan Tek. Pemuda itu berseru keras dan roboh terjengkang, darah bercucuran dari dada yang didekapnya dengan kedua tangan. Pedangnya sendiri terlempar entah ke mana. Tiga orang Jepang menjadi gentar. Mereka masih melawan, akan tetapi dalam waktu singkat saja merekapun roboh oleh pedang di tangan Thian Lee. Tiraikasih Website Thian Lee mencari-cari dengan matanya. Kalau ayah pemuda yang baru saja roboh itu maju, yaitu Siang Koan Bhok, tidak akan ada di antara para perwira yang akan kuat melawannya. Harus dia sendiri yang maju. Akan tetapi ternyata tidak mendapatkan datuk timur itu. Agaknya Siang Koan Bhok tidak mau terlibat dalam pemberontakan, hanya puteranya yang berambisi besar itu yang langsung terlibat. Pertempuran berlangsung beberapa jam saja. Setelah terdesak hebat dan para perwira kerajaan meneriakkan agar mereka menyerah, banyak di antara perajurit pemberontakan yang melempar senjata dan berlutut menyerah. Phoa-ciangkun masih mengamuk, akan tetapi akhirnya dia tewas di bawah hujan senjata para perwira. Pertempuran itupun berhenti dan banyak sekali perajurit pemberontak yang menaluk. Selesailah penumpasan pemberontakan itu. Orang-orang Jepang yang tidak terbunuh dalam pertempuran itu, melarikan diri dengan perahu-perahu mereka, kembali ke lautan di mana mereka menjadi bajak laut. Orang-orang kang-ouw yang membantu gerakan pemberontakan itupun banyak yang melarikan diri setelah melihat pihaknya menderita kekalahan. Thian Lee menguasai kota perbentengan di pantai itu dan meninggalkan lima ribu orang perajurit dengan beberapa orang perwira untuk menguasai kota dan mengatur kembali kehidupan di situ, sementara menanti keputusan dari kota raja yang akan mengirim seorang panglima baru. Thian Lee lalu kembali dengan pasukannya ke Hui-cu. Di sini diapun menyerahkan semua pasukan ke tangan para perwira untuk menjanjikan akan mengirimkan seorang panglima baru dari kota raja. Setelah semua urusan selesai berangkatlah dia pulang ke kota raja, membawa berita gembira bahwa pemberontakan telah berhasil dipadamkan di Tiraikasih Website pantai timur dan para pimpinan pemberontak dapat ditawan. Tentu saja Kaisar menyambut kembalinya dengan penuh kegembiraan dan memuji keberhasilan panglima besar itu. Akan tetapi yang lebih bahagia lagi adalah Cin Lan yang menyambut suaminya dengan rasa bangga dan syukur. Banyak yang diceritakan Thian Lee kepada isterinya, juga tentang Lee Cin yang dijumpainya dan yang telah membantunya dalam membasmi kawanan pemberontak. "Lee Cin? Kenapa tidak engkau ajak ia singgah di sini. Aku sudah rindu kepadanya!" kata Cin Lan gembira. "Ia sedang berada dalam kebimbangan. Bayangkan saja, ayahnya telah diserang dan dilukai oleh seorang yang berkedok hitam. Ia mencari Si Kedok Hitam sampai ke Huicu, akan tetapi di sana beberapa kali ia terancam bahaya maut dan siapa yang menolongnya? Bukan lain adalah Si Kedok Hitam itu sen diri! Tentu saja ia menjadi bimbang. Aku sendiri pernah ditolong Si Kedok Hitam dan ilmu silatnya memang hebat. Akan tetapi dia masih terselubung rahasia, aku dan Lee Cin tidak tahu siapa dia sebenarnya." Thian Lee lalu bercerita tentang Keluarga Cia yang terlibat dalam pemberontakan. "Tentu engkau sudah menangkap semua Keluarga Cia......... bukan?" Thian Lee menggeleng kepalanya. "Sama sekali tidak. Aku sengaja membiarkan mereka dapat meloloskan diri. Mereka adalah pendekar-pendekar patriot, bukan orang jahat. Mereka hanya terpedaya oleh Panglima Phoa dan orangorang Jepang. Aku mengharap mereka akan menyadari kesalahan mereka, berjuang bersama-sama orang Jepang dan panglima yang berkhianat. Hal ini juga diminta oleh Lee Cin kepadaku. Keluarga itu bersikap baik kepadanya terutama dua orang mudanya yang agaknya jatuh cinta Tiraikasih Website kepada Lee Cin. Kuharap saja ia akan menemukan jodohnya yang baik dan tepat." "Mudah- mudahan saja, akupun mengharapkan demikian," kata Cin Lan dan ia teringat betapa dulu Lee Cin mencinta suaminya akan tetapi gadis itu mundur dan mengalah ketika mengetahui bahwa Thian Lee mencintanya. -oomchoo- Pemandangan di luar kota benteng di pantai timur itu sungguh mengerikan. Perang baru saja berhenti dan tempat itu penuh dengan manusia yang rebah malang melintang dan berserakan, Ada yang sudah menjadi mayat, ada yang masih mengerang kesakitan karena luka parah. Banjir darah di mana-mana. Kalau tadi di waktu bertempur, mereka merupakan orang-orang yang dipenuhi nafsu membunuh, kini mereka menggeletak tidak berdaya dan suara yang terdengar hanyalah ratap tangis kesakitan. Pasukan yang bertugas membersihkan tempat belum sempat bekerja, dan pasukan yang mendapat kemenangan sudah memasuki kota perbentengan. Di antara mayat-mayat yang berserakan itu, tiba-tiba terdapat seorang yang berjalan ke sana sini memandangi mayat-mayat itu, seperti sedang mencari sesuatu. Dia membalik-balikkan mayat yang telungkup untuk melihat wajah mayat itu. Dia seorang kakek berusia hampir enampuluh tahun yang bertubuh tinggi besar dan gagah, membawa sebatang dayung baja. Orang itu bukan lair adalah Siang Koan Bhok, datuk timur yang telah mendengar adanya pertempuran di tempat itu. Karena putera tunggalnya, Siang Koan Tek terlibat dalam pertempuran itu, hatinya merasa khawatir sekali dan kini setelah pertempuran selesai, dia mencari-cari puteranya di antara mereka yang tewas atau terluka. Tiraikasih Website Setelah mencari-cari beberapa Iamanya, akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya. Dia melihat puteranya, Siang Koan Tek, rebah telentang dengan mata terbuka, terbelalak dan muka membayangkan kenyerian hebat, telah tewas. Tubuhnya bersimbah darah dan dadanya terluka. Sejenak dia hanya berdiri seperti berubah menjadi patung. Matanya terbelalak memandang mayat itu, seperti tidak percaya. Akhirnya dia menghela napas, menelan kembali rintihan yang keluar dari hatinya. "Siang Koan Tek ..... !" Bibirnya bergerak lemah dan dia lalu membungkuk, mengangkat mayat itu dan dipondongnya mayat itu. Wajahnya penuh kerut merut, sinar matanya seperti api hampir padam, dan dia melangkah di antara mayat-mayat itu, pergi meninggalkan tempat itu sambil memondong mayat puteranya. Di atas sebuah bukit yang hijau, Siang Koan Bhok mengubur jenazah puteranya. Penguburan yang sunyi dan sederhana. Tidak dihadiri seorangpun, tidak ada yang berkabung, kecuali sang ayah yang mengerjakan semua penggalian dan mengubur jenazah puteranya dengan hati yang seperti ditusuk- tusuk rasanya. Tak lama kemudian penguburan selesai dan kakek itu duduk bersila di depan kuburan puteranya, kemudian perlahan-lahan dia memukul- mukulkan dayungnya ke atas gundukan tanah dan terdengar suaranya yang parau. "Siang Koan Tek, aku berjanji akan membawa kepala Song Thian Lee untuk kupakai bersembahyang di depan kuburmu ini. Tunggu saja, anakku, dendammu akan terbalas!" Janji itu diucapkan dengan suara serak dan perlahan, akan tetapi terdengar sangat menyeramkan. Kemudian perlahan-lahan dia bangkit berdiri dan menyeret dayungnya, pergi dari puncak bukit itu seperti seorang yang kehabisan tenaga dan kehilangan semangat. Yang memenuhi hati dan akal pikirannya hanya dendam dan kedukaan. Tiraikasih Website Bagi orang yang tidak mau menghadapi kenyataan hidup, tidak mau waspada mengamati segala perbuatan diri sendiri, maka segala peristiwa yang menimpa dirinya tentu akan mendatangkan guncangan hebat. Siangkoan Bhok menerima kenyataan ini sebagai sesuatu yang amat pahit, yang menghancurkan hatinya, sesuatu yang diakibatkan oleh perbuatan orang lain sehingga timbullah dendam yang setinggi langit sedalam lautan. Dia lupa bahwa semua itu bersumber dari kelakuannya sendiri. Kalau saja dia menjadi seorang ayah yang baik, yang mendidik puteranya itu menjadi seorang yang baik, belum tentu Siang Koan Tek akan mengalami kematian demikian menyedihkan. Dia tidak menyadari bahwa puteranya telah menjadi seorang pemuda yang jahat sekali, dan dia seperti buta, tidak melihat kejahatan puteranya. Inilah akibatnya kalau orang tidak pernah mawas diri, selalu menganggap dirinya baik, bahkan perbuatan yang jahat dan merugikan orangpun dianggapnya baik. Maka kalau sampai ada mala petaka terjadi atas dirinya, dia menganggap hal itu tidak adil dan menimbulkan dendam kepada orang lain. Kakek itu -melangkah terus dan hanya satu tujuan yang terkandung di dalam hati, yaitu membalas dendam kematian anaknya kepada Song Thian Lee! -oomchoo- Pada suatu sore, Song Thian Lee sedang duduk istirahat di dalam taman di belakang gedungnya bersama Tang Cin Lan, isterinya. Mereka berdua duduk sambil mengobrol dan Cin Lan mengajak Hong San putera mereka, bermain-main. Tidak ada seorangpun pelayan di situ karena ia ingin menyendiri menikmati udara sore yang sejuk. Bunga-bunga di taman itu sedang berkembang dan suasananya tenteram dan menyejukkan hati. Akan tetapi, agaknya ada sesuatu yang mengganggu hati Thian Lee di saat itu. Wajahnya yang Tiraikasih Website tampan itu tidak begitu cerah. Sedikit perubahan ini sudah cukup bagi Cin Lan untuk dapat menduga bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran suaminya. Maka ia lalu memanggil seorang pengasuh, menyuruh pengasuh membawa masuk Hong San sehingga ia kini berdua saja dengan suaminya di dalam taman itu. "Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Apakah itu? Bolehkah aku ikut memikirkannya?" tanya Cin Lan sambil duduk di dekat suaminya. Thian Lee menghela napas dan memandang wajah isterinya dengan kagum. Isterinya ternyata amat waspada, dapat menjenguk isi hatinya walaupun dia tidak menyatakan sesuatu. Diapun tidak pernah menyimpan suatu rahasia dari isterinya, maka dia menjawab dengan sejujurnya. "Engkau benar. Ada sesuatu yang amat menggangguku, sejak aku kembali dari timur menumpas pemberontakan. Aku melihat kenyataan bahwa kedudukanku yang sekarang ini sesungguhnya tidak tepat bagiku." "Eh, kenapa begitu?" tanya Ci Lan sambil menatap wajah suaminya dengan tajam. "Hal itu kusadari ketika aku berhadapan dengan Keluarga Cia, Lan-moi. Mereka adalah patriot-patriot yang ingin membebaskan tanah air dan bangsa dari cengkeraman penjajah, dan aku harus memusuhi dan membasmi orangorang seperti itu. Hal ini sungguh menyedihkan hatiku. Sudah berulang kali aku dihadapkan dengan orang-orang yang berpendirian seperti itu. Mula- mula ketika Thian Tok menemuiku dan memaki aku sebagi antek penjajah. Kemudian Keluarga Cia itu. Sungguh menyakitkan hati sekali, Lan-moi. Dan biarpun pada hakekatnya aku bukan membantu pemerintah Mancu untuk menindas rakyat, namun siapakah yang percaya bahwa aku tidak melakukan penindasan terhadap para patriot? Aku menjadi serba salah, Lan-moi. Aku menghambakan diri kepada Kaisar, menerima Tiraikasih Website anugerah pangkat dari Kaisar karena aku yakin akan kebijaksanaan Kaisar. Akan tetapi harus diakui bahwa tidak semua pembesar Mancu bijaksana seperti Kaisar. Di antara mereka banyak yang telakukan penindasan sebagai penguasa-penguasa penjajah Mancu. Dengan sendirinya aku terbawa-bawa. Maka, aku sungguh melihat kenyataan bahwa kedudukanku sebagai panglima besar ini sungguh tidak tepat bagiku." Thian Lee menghela napas panjang mengakhiri kata- katanya. Cin Lan memandang suaminya dengan khawatir. "Lalu, apa rencanamu, Lee-ko?" "Tidak ada jalan lain, Lan-moi. Aku harus mengundurkan diri dari jabatanku ini. Aku akan menghadap Kaisar dan akan berkata terus terang apa yang menyebabkan aku mengundurkan diri. Kaisar amat bijaksana dan dia dapat menyelami perasaan dan kehidupan para pendekar. Aku akan mengabdi kepada rakyat sebagai seorang pendekar saja, bukan melalui kedudukanku yang membuat aku bertentangan dengan para patriot." "Aku menyetujui saja pendapat dan pendirianmu, Lee-ko. Akan tetapi ingatlah bahwa aku sendiri puteri seorang pangeran Mancu. Bagaimana aku harus bicara kepada ayahku tentang pengunduran dirimu ini?" Thian Lee memandang kepada isterinya dengan penuh kasih. "Aku tidak menyalahkan engkau sebagai seorang puteri pangeran, Lan-moi, karena biarpun ayahmu seorang pangeran, namun beliau seperti juga Kaisar, memiliki kebijaksanaan dan tidak mau menindas rakyat jelata. Apa lagi engkau hanya puteri tiri pangeran, dan ayah kandungmu adalah seorang pendekar patriot, seperti juga mendiang ayah kandungku." Keduanya termenung, teringat akan ayah kandung masing-masing. Ayah kandung Thian Lee bernama Song Tek Kwi, seorang tokoh Kun-lun-pai, seorang pendekar dan Tiraikasih Website patriot sejati. Demikian pula ayah kandung Cin Lan adalah seorang pendekar dan patriot sejati bernama Bu Cian. Kedua orang pendekar itu tewas di tangan para perajurit kerajaan, mereka tewas sebagai patriot-patriot sejati yang menentang kelaliman pembesar Mancu. "Akan tetapi, ayah tiriku itu, Pangeran Tang Gi Su, amat bijaksana dan amat baik kepadaku, Lee-ko. Rasanya sukar bagiku untuk menjelaskan pendirianmu kepadanya, aku merasa sungkan sekali." "Biarlah, kalau begitu kita berdua yang akan menghadap ayahmu, dan biarkan aku yang akan bicara kepadanya.” Tiba-tiba terdengar angin gerakan orang dan tiba-tiba saja muncul seorang kakek tinggi besar di dalam taman itu. Thian Lee segera mengenal kakek itu yang bukan lain adalah Siangkoan Bhok, ayah dari Siangkoan Tek yang tewas dalam pertempuran di pantai timur itu. Dia lalu bangkit berdiri dan menghampiri kakek itu yang berdiri tegak, dayung di tangan kanan dan matanya mencorong memandang kepada Thian Lee. "Selamat datang, lo-cian-pwe!" kata Thian Lee dengan suara tenang. "Keperluan, apakah yang mendorong lo-cianpwe datang berkunjung?" Sementara itu, Cin Lan yang juga sudah mengenal kakek itu, bangkit pula berdiri dan siap siaga. Ia tahu betapa lihainya datuk dari timur, majikan Pulau Naga ini. Di waktu mudanya sebagai seorang gadis belia, ia pernah mencarikan sian-tho buah tho dewa untuk mengobati gurunya, Pek I Lokai yang terlalu parah. Ketika memberi buah itu ke Pulau Ular Emas, ia tersasar ke Pulau Naga dan bertemu dengan Siang Koan Tek dan ibunya yang amat lihai baca Kisah Sepasang Gelang Kemala. Tiraikasih Website "Song Thian Lee, bersiaplah engkau untuk mampus. Aku datang untuk membalaskan kematian puteraku, Siang Koan Tek!" "Lo-cian-pwe, Siangkoan Tek tewas dalam pertempuran karena dia membantu pemberontak yang bersekongkol dengan bajak laut Jepang. Aku tidak sengaja membunuhnya." jawab Thian Lee membela diri. "Tidak perduli apa alasanmu, yang jelas kematiannya adalah karena engkau dan sekarang engkau harus menebus dengan nyawamu. Kecuali kalau engkau takut melawanku, engkau boleh mengerahkan tenaga bantuan, aku tidak takut!" Thian Lee tersenyum. "Bukan watak seorang pendekar untuk menjawab tantangan dengan pengeroyokan. Aku hanya memberitahu kepadamu bahwa puteramu tewas dalam perang dan bukan salahku kalau sampai dia tewas. Akan tetapi kalau engkau menantangku, aku tidak akan mundur selangkahpun, Tung-hai-ong!" Tung-hai-ong Raja Lautan Timur adalah julukan Siang Koan Bhok. "Bagus! Aku percaya akan omonganmu. Berjanjilah sekali lagi bahwa engkau akan menghadapi tantanganku tanpa pengeroyokan. Isterimu itupun tidak boleh mengeroyok. Kalau kemudian dia menantangku bertanding satu lawan satu, akan kulayani." "Siang Koan Bhok, suamiku sudah berkata tidak akan mengeroyok dan kami bukanlah pengecut-pengecut yang suka mengandalkan pengeroyokan!” kata Cin Lan yang percaya penuh akan kemampuan suaminya. "Kalau begitu, aku menantangmu untuk datang ke hutan buatan di utara kota raja besok pagi setelah matahari muncul, untuk bertanding satu lawan satu! Kalau engkau tidak muncul atau datang dengan bawa teman banyak, berarti engkau seorang pengecut hina!" Tiraikasih Website "Jangan khawatir, aku akan datang." Jilid II 'Dan aku akan menemaninya, bukan untuk mengeroyokmu. Aku akan hadir sebagai saksi pertandingan antara kalian." kata Cin Lan mendahului suaminya. "Baik, kalian berdua boleh datang. Aku akan menunggu di sana!" Setelah berkata demikian, Siangkoan Bhok meloncat dan pergi dari situ melalui pagar tembok yang berada di belakang taman. Melihat betapa kakek itu dapat masuk ke taman tanpa diketahui penjaga, padahal cuaca masih terang, dapat dibayangkan betapa lihainya kakek itu. Setelah kakek itu pergi, barulah Cin Lan merasa khawatir akan keselamatan suaminya. "Dia lihai sekali, Lee-ko. Dapatkah engkau menandinginya dan mengalahkannya?" Thian Lee tersenyum, penuh kepercayaan kepada diri sendiri. "Jangan khawatir, Lan- moi, dia tidak akan dapat mengalahkan aku dengan mudah. Yang menguntungkan aku, dia sudah mulai tua dan tentu tenaganya sudah berkurang. Kalau dia menantangku untuk mengukur kepandaian, hal itu tidak menjadi soal, akan tetapi yang membuat aku menyesal adalah bahwa tantangannya itu untuk membalas dendam kematian puteranya. Dengan begitu, tentu dia akan bertanding mati- matian dalam usahanya membalas dendam. Aku khawatir satu di antara kami terpaksa harus berkelahi sampai dapat merobohkan lawan, sebuah pertandingan antara mati dan hidup. Aku tidak takut, akan tetapi aku tidak ingin membunuhnya." "Akan tetapi, dia yang menghendaki demikian, maka jangan ragu- ragu, Lee-ko. Keraguanmu akan merupakan kelemahan yang membahayakan dirimu sendiri." Tiraikasih Website Thian Lee mengangguk dan untuk menghibur hati isterinya agar jangan gelisah memikirkan pertandingan yang akan di adakan besok pagi, dia lalu menggandeng tangan isterinya dan diajak masuk ke dalam rumah. Malam itu Thian Lee tidur dengan nyenyak, sedikitpun dia tidak merasa khawatir akan apa yang terjadi besok. Dia bukanlah orang yang suka dihantui pikirannya sendiri. Apa yang akan datang besok, akan dihadapi besok pula. Dia penuh kepercayaan kepada diri sendiri, bukan berarti meremehkan orang lain, melainkan pendiriannya, dia setiap saat akan berani menghadapi apa saja. Yang landasannya adalah kebenaran. Selama dia bertindak benar, apapun akibat tindakannya itu, akan dihadapi dengan tabah. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cin Lan sudah bangun. Wanita ini yang lebih gelisah sehingga semalam agak sukar tidurnya. Hatinya penuh kekhawatiran akan keselamatan suaminya. Pagi-pagi sekali ia telah mempersiapkan makan pagi untuk suaminya. Setelah Thian Lee terbangun dan mandi, mereka lalu makan pagi. Thian Lee bersikap seperti biasa, akan tetapi Cin Lan amat pendiam pagi itu. Kemudian mereka berkemas dan Thian Lee membawa sebatang tongkat yang menjadi senjata utamanya. Dengan tongkat itu ia dapat memainkan Hok-mo-tung Tongkat Penaluk Iblis yang amat lihai. Kemudian keduanya pergi menunggang kuda menuju ke pintu gerbang utara. Para penjaga di pintu gerbang mengenal panglima mereka, dan biarpun mereka merasa heran melihat panglima mereka pergi berdua dengan isteri tanpa pengawal dan berpakaian sebagai rakyat biasa, mereka tidak berani bertanya. Mereka semua tahu belaka bahwa panglima muda mereka ini adalah seorang pendekar yang sakti, demikian pula isterinya. Mungkin keduanya akan berburu binatang di hutan, pikir mereka. Tiraikasih Website Suami isteri itu menjalankan kuda mereka perlahanlahan menuju ke sebuah hutan tak jauh dari pintu gerbang. Sebuah hutan buatan yang penuh dengan binatang hutan, yang dijadikan tempat berburu binatang oleh Kaisar dan keluarganya. Matahari mulai menyinarkan cahayanya yang hangat dan pagi itu cerah dan indah sekali. Setelah tiba di tengah hutan, di tempat terbuka yang merupakan padang rumput, mereka melihat Siang Koan Bhok telah berdiri di sana dengan dayung baja di tangannya. "Bagus, kalian berdua datang! Song Thian Lee, turunlah dan mari kita mulai bertanding!" kata Siang Koan Bhok sambil melintangkan dayung bajanya. "Lan-moi, jagalah kuda kita," kata Thian Lee dan diapun melompat turun dari atas punggung kudanya. Pedangnya tergantung di punggungnya dan dengan tenang dia melangkah menghampiri Siang Koan Bhok. Setelah menjura dengan hormat diapun berkata, suaranya tenang namun tegas. "Siang Koan Lo-cian-pwe, sebelum kita bertanding, untuk terakhir kalinya aku hendak memberitahu kepadamu bahwa pertandingan ini sama sekali tidak kuinginkan. Di antara kita sesungguhnya tidak ada permusuhan apapun. Kematian puteramu adalah kematian wajar dari seorang yang tewas dalam perang sehingga tidak perlu disesalkan. Sekali lagi aku minta agar engkau menyadari hal ini dan membatalkan pertandingan yang tiada gunanya ini." "Song Thian Lee, sejak dahulu engkau selalu menjadi penghalang bagiku! Andaikata puteraku tidak tewas di tanganmu sekalipun, aku tidak pernah merasa menjadi sahabatmu, melainkan sebagai musuh. Sudahlah, jangan banyak cakap lagi. Mari kita mulai !” Thian Lee menghela napas panjang. Dia percaya bahwa sebagai seorang datuk besar, Siang Koan Bhok merasa Tiraikasih Website pantang untuk bertindak curang, untuk melakukan pengeroyokan. Diapun maklum melihat sikap datuk itu bahwa tak mungkin dia membujuknya lagi, maka diapun melangkah maju dan mencabut pedang Jit-goat-sin-kiam dari punggungnya. Menghadapi seorang lawan seperti Siang Koan Bhok dia tidak boleh bersikap ragu atau sungkan lagi. Lawan ini terlalu tangguh dan dayung bajanya hanya dapat dilawannya dengan pedang saja. "Kalau begitu baiklah, lo-cian-pwe, aku sudah siap," katanya tenang. Cin Lan menalikan kendali kedua ekor kuda pada sebatang pohon dan ia menonton pertandingan itu dengan mata tak berkedip dan hati terguncang tegang. "Lihat serangan!" Bentak Siang Koan Bhok dan mulailah dia menyerang. Dayung bajanya menyambar dengan dahsyatnya ke arah kepala Thian Lee. Dayung itu kuat dan keras sekali. Sebongkah batu besar akan hancur terkena pukulan dayung itu, apa lagi kepala oang! Thian Lee mengelak ke bawah dan ketika dayung menyambar ke atas kepalanya, diapun membalas dengan tusukan pedang ke arah paha lawan. Siang Koan Bhok mengangkat kaki dan mundur ke belakang, dayungnya diayunkan berputar dan kembali menyambar ke arah tubuh Thian Lee. Pemuda itu menggunakan segala kelincahan tubuhnya untuk mengelak dan berloncatan menghindar sambil kadang-kadang membalas dengan pedangnya. Makin lama gerakan mereka menjadi semakin cepat sehingga dayung dan pedang tidak nampak bentuknya lagi, sudah berubah menjadi segulungan besar sinar ke hitaman dan pedang itupun berubah menjadi sinar terang bergulung-gulung. Hanya kadang-kadang saja kalau kedua senjata bertemu dan mengeluarkan bunyi nyaring, diketahui bahwa dua gulungan sinar itu adalah senjata-senjata yang ampuh! Tiraikasih Website Siang Koan Bhok menyerang dengan pengerahan seluruh tenaga dan kepandaiannya. Dia mainkan dayung baja itu dengan ilmu Swe-kut-pang Tongkat Penghancur Tulang dan dayungnya berubah menjadi segulungan sinar kehitaman yang mengeluarkan angin dahsyat. "Wirr-wirr-wirr !" Dayung itu menyambar-nyambar dalam jarak agak jauh karena senjata itu merupakan senjata yang panjang. Akan tetapi Thian Lee adalah seorang lawan yang sakti. Pemuda ini telah memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan juga pengalaman bertempur yang banyak. Dia mainkan ilmu pedang Jitgoat-kiam-sut Ilmu Pedang Matahari dan Bintang, dan menggunakan kelincahannya untuk menghindari semua sambaran dayung, sementara itu diapun membalas dengan serangan pedangnya yang merupakan sinar-sinar maut. Cin Lan yang menonton pertempuran .itu hampir tidak pernah berkedip. Ia merasa kagum bukan main dan diamdiam ia harus mengakui bahwa kakek itu luar biasa lihainya. Kalau ia yang maju melawannya, tak mungkin ia dapat bertahan lebih dari limapuluh jurus. Akan tetapi ia percaya penuh akan kemampuan suaminya dan iapun menonton dengan jantung berdegup penuh ketegangan. Thian Lee juga maklum bahwa tidak mudah baginya untuk mengalahkan fawannya. Dayung kakek itu sungguh ampuh dan berbahaya sekali. Dia harus dapat membuat kakek itu melepaskan dayungnya karena selama kakek itu menggunakan dayung itu sebagai senjata, agaknya akan sukar sekali baginya untuk mendapat kemenangan. Akan tetapi pandang mata dan pendengaran Thian Lee awas sekali. Dia melihat betapa wajah kakek itu menjadi agak pucat dan napasnya terasa pendek. Ini menunjukkan bahwa kakek itu telah lelah. Inilah satu-satunya kelemahan lawannya. Karena usia tua, maka daya tahan kakek itu Tiraikasih Website menurun banyak. Tenaganya memang masih amat kuat, akan tetapi daya tahannya menurun dan napasnya memburu. Thian Lee menggunakan kesempatan itu untuk mendesak Iawannya. Pedangnya menyambar-nyambar dengan ganas dan ketika kakek itu membalas dengan ayunan ke arah pinggangnya, dia miringkan tubuh, mengerahkan seluruh tenaga sin-kangnya dan membacok ke arah tengah-tengah dayung itu. "Singgg .............. trakk!!" Dia berhasil! Dayung itu patah menjadi dua potong. Thian Lee meloncat ke belakang. "Sudah cukup, Io-cianpwe. Senjatamu sudah rusak!" katanya untuk menghentikan pertandingan. Akan tetapi Siang Koan Bhok memandang ke arah dua potong dayung yang tinggal pendek itu di kedua tangannya, lalu membuangnya ke atas tanah sambil meludah. Kemudian dia membentak. "Hanya dayungku yang patah, aku belum kalah!" katanya dan dia lalu menggerak-gerakkan kedua tangannya yang berubah menjadi, kehijauan, tanda bahwa kedua tangan itu mengandung hawa beracun yang amat jahat. Itulah ilmu pukulan tangan kosong beracun yang di sebut Ban-tok-ciang Tangan Selaksa Racun yang dahsyat bukan kepalang. Thian Lee adalah seorang pendekar sejati. Melihat lawan sudah kehilangan senjata dan kini maju dengan tangan kosong, diapun segera memasukkan pedangnya di sarung pedang yang tergantung di punggungnya dan menghadapi Siang Koan Bhok dengan tangan kosong pula! Dia maklum akan hebat dan berbahayanya Ban-tok-ciang, maka diapun mengerahkan tenaga Thian-te Sin-kang ke dalam kedua lengannya sampai ke ujung-ujung jari untuk melindunginya dari hawa beracun di kedua tangan lawan, kemudian dia Tiraikasih Website memasang kuda-kuda dengan kedua lengan terpentang lebar seperti sayap dan kaki kirinya di angkat seperti seekor burung sedang terbang. Dan inilah pembukaan dari ilmu silat tangan kosong yang disebut Silat Elang Terbang Huieng- kun. Melihat pemuda itu sudah siap, Siang Koan Bhok mulai dengan serangannya dibarengi bentakarmya yang dahsyat, "Hyaaaaatttt!" Tubuhnya menerjang maju, kedua tangan memukul bergantian ke depan. Akan tetapi gerakan Thian Lee amat gesit seperti seekor burung, dia mengelak beberapa kali dan membalas dengan sapuan kakinya. Datuk itu melompat ke atas untuk menghindarkan sapuan dan ketika tubuhnya turun, kedua tangannya sudah menyerang lagi dengan hantaman atau cengkeraman. Cengkeraman tangan Siang Koan Bhok bahkan lebih berbahaya dari tamparannya, karena cengkeraman ini mengandung ilmu Jiu-jit-su yang dipelajarinya dari tokoh Jepang. Sekali kena dicengkeram, jangan harap dapat terlepas lagi dan tubuh lawan tentu akan ditekuk dan dibanting! Namun Thian Lee agaknya maklum akan kelihaian kedua tangan lawan itu. Dia mengandalkan kecepatannya untuk menghindar sambil membalas dengan serangan yang tidak kalah hebatnya. Sekali-kali kedua tangan mereka beradu dan ketika kedua lengan itu bertemu, kedua nya merasa tubuh mereka tergetar hebat. Siang Koan Bhok terkejut melihat betapa pemuda itu sama sekali tidak terpengaruh ketika beradu lengan dengan nya. Hawa sin-kang yang amat kuat melindungi kedua lengan pemuda itu menolak hawa beracun dari Ban-tok-ciang yang dimainkannya. Kembali Cin Lan harus menyaksikan pertandingan yang mendebarkan hatinya. Ia merasa tegang sekali dan diamdiam is menyesalkan mengapa suaminya tidak menggunakan pedangnya. Ia khawatir sekali melihat betapa kedua tangan kakek itu berwarna kehijauan tanda bahwa Tiraikasih Website kedua tangan itu mengandung hawa beracun yang amat berbahaya. Akan tetapi nyonya muda itu tidak berkata sesuatu, hanya di dalam hati saja ia berdoa untuk kemenangan suaminya dan menonton dengan kedua mata jarang berkedip dan hati tegang. Perkelahian itu memang hebat sekali. Biarpun kini keduanya hanya mengandalkan kedua tangan dan kaki, namun serunya tidak kalah ketika mereka menggunakan senjata tadi. Suara pukulan mereka menderu-deru, membawa angin pukulan bersiutan dan ketika kedua lengan bertemu, tanah yang diinjak Cin Lan seakan turut bergetar. Akan tetapi ternyata bahwa kakek itu kalah dalam daya tahan. Keringatnya telah membasahi seluruh tubuhnya. Dari kepalanya mengepul uap dan napasnya mulai memburu. Melihat ini, Thian Lee merasa girang dan dia ingin mengalahkan kakek itu karena kelemahannya ini. Dia akan bertahan terus sampai kakek ini kehabisan tenaga sendiri dan terpaksa menghentikan perkelahian itu. Siang Koan Bhok juga merasa betapa tubuhnya sudah lelah, akan tetapi dia melihat lawannya masih segar. Dia tidak akan menang kalau mengandalkan kekuatan daya tahan dan pernapasan. Dia harus mengirim pukulan maut yang tidak akan dielakkan lawan. Tiba-tiba kakek itu meloncat ke depan dan menekuk kedua lututnya. Dengan tubuh setengah berjongkok itu dia menghantamkan kedua tangan dengan telapak tangan terbuka, mendorong sambil mengerahkan seluruh tenaganya. Angin pukulan dahsyat menyambar dan mengejutkan hati Thian Lee. Dia tidak dapat lagi mengelak, maka jalan satu-satunya baginya hanya menyambut pula dengan kekerasan. Diapun mendorongkan kedua tangannya yang terbuka sehingga kedua pasang tangan itu bertemu di udara dengan tenaga yang dahsyat. Tiraikasih Website "Wuuuuuttttt......... dessss. !!" Pertemuan antara dua pasang tangan itu dahsyat bukan main. Tubuh Thian Lee terdorong ke belakang walaupun kedua kakinya masih tetap memasang kuda-kuda. Dia merasa dadanya agak sesak dan cepat dia mengambil napas panjang. Akan tetapi Siang Koan Bhok terhuyung ke belakang dan baru berhenti setelah punggungnya menabrak sebatang pohon. Dia bersandar di pohon itu sambil memejamkan kedua matanya, darah segar mengalir dari ujung bibirnya! Cin Lan cepat menghampiri suaminya yang bernapas dalam sambil memejamkan mata pula. "Lee-ko, engkau tidak apa-apa?" tanyanya khawatir. Perlahan-lahan Thian Lee membuka matanya, memandang kepada isterinya, menghela napas, tersenyum dan menggeleng kepala. "Aku tidak apa-apa, jangan khawatir." Dia lalu memandang ke de-pan dan melihat Siang Koan Bhok yang bersandar di batang pohon sambil memejamkan matanya. Melihat darah segar mengalir di ujung bibir kakek itu, tahulah Thian Lee bahwa kakek itu telah terluka dalam yang cukup parah. "Lo-cian-pwe," katanya, "Bersediakah lo-cian-pwe untuk kuobati?" Dia menawarkan. Siang Koan Bhok membuka matanya dan sinar kebencian berkobar di dalam sinar matanya. "Aku tidak butuh bantuanmu. Sekarang aku kalah, akan tetapi akan datang saatnya engkau yang kalah melawanku. Selamat tinggal!" Dengan terhuyung kakek itu lalu pergi dari situ. Thian Lee bergerak hendak mengejar, akan tetapi pundaknya disentuh isterinya. "Kalau dia tidak mau dibantu, itu salahnya sendiri, Leeko. Jangan perdulikan orang berkepala batu itu." Thian Lee menahan langkahnya dan hanya memandang kepada kakek itu yang terus melangkah dengan terhuyung. Tiraikasih Website Dia menghela napas panjang dan berkata dengan penuh sesal. "Betapa keras hatinya. Aku menyesal sekali tidak dapat menyadarkannya dari kekeliruannya. Dia kelak tentu akan merupakan ancaman bagi kita. Akan tetapi apa boleh buat, kita harus siap setiap saat menghadapinya." Suami isteri itu lalu keluar dari dalam hutan, menunggangi kuda mereka dan kembali memasuki kota raja. Setelah terjadi peristiwa itu, semakin besar keinginan Thian Lee untuk mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai panglima dan hidup sebagai rakyat biasa bersama anak isterinya. -oomchoo- "San-ko, sekarang kita akan ke mana?" tanya Ceng Ceng kepada Hui San ketika mereka jalan bersama menuju ke utara. "Aku akan pergi ke Hong-san, akan tetapi hendak singgah di kota raja dan daerahnya untuk mengundang para tokoh kang-ouw di daerah itu. Kemudian dari sana baru aku menuju ke Hong-san untuk menghadiri pertemuan penting itu. Di sana engkau akan dapat bertemu dengan gurumu, Ceng-moi." "Baik, San-ko, aku akan ikut denganmu. Dan kebetulan sekali, kalau kita menuju ke kota raja, aku minta agar kita singgah dulu sebentar di rumah pamanku di Pao-ting. Aku tidak akan lama tinggal di sana, hanya menjenguk sebentar. Engkau tidak keberatan, Sanko?"' "Tentu saja tidak. Pergi ke kota ra ja memang melewati Pao-ting dan pula akupun ingin berkenalan dengan keluarga pamanmu. Bukankah engkau pernah mengatakan bahwa mereka adalah keluargamu terdekat?" kata Hui San sambil Tiraikasih Website menatap wajah gadis itu dengan sinar mata tajam penuh arti. Ceng Ceng mengangguk dan kedua pipinya berubah kemerahan. Kalau seorang pemuda ingin memperkenalkan diri kepada keluarganya, hal itu tentu saja mempunyai arti penting! Beberapa hari kemudian, pada suatu pagi mereka memasuki pintu gerbang kota Pao-ting. Mereka menjalankan kuda mereka perlahan dan tepat di pintu gerbang mereka berpapasan dengan dua orang penunggang kuda lain yang keluar dari kota itu. Ceng Ceng memandang kepada mereka dan wajahnya berubah berseri gembira. "Hwe Li ...... ! Lai-suheng....!" Dua orang penunggang kuda itu berhenti dan mereka memandang kepada Ceng Ceng. Souw Hwe Li segera mengenalnya dan iapun melompat turun dari atas punggung kudanya. "Ceng Ceng......... “ Ceng Ceng juga melompat turun dan di lain saat kedua orang gadis itu sudah berangkulan dengan gembira. "Hwe Li dan suheng, perkenalkan ini sahabatku!" kata Ceng Ceng sambil menunjuk kepada Hui San. "Namanya Thio Hui San. San-ko, inilah saudara misanku Souw Hwe Li dan ini suhengku bernama Lai Siong Ek." Hui San yang sudah turun dari atas kudanya memberi hormat kepada Hwe Li dan Siong Ek, yang dibalas oleh mereka dengan hormat pula. Ceng Ceng melihat wajah mereka berdua yang sungguh-sungguh seperti sedang tegang, maka ia bertanya. "Kalian hendak pergi ke manakah?" "Ceng Ceng, ada urusan yang penting sekali telah terjadi dengan keluarga kami." Hwe Li lalu menggandeng Ceng Ceng ke pinggir dan bicara dengan suara perlahan. "Pagi tadi ayahku pergi Tiraikasih Website memenuhi tantangan seseorang di luar kota dan kami hendak menyusul ke sana untuk kalau perlu membantunya." "Ah, mengapa dia ditantang? Dan paman Souw Can pergi dengan siapa?" tanya Ceng Ceng sambil mengerutkan alisnya. "Biarlah aku ikut pergi untuk membantunya!" "Kalau begitu, mari kita menyusul ke sana, Ceng Ceng, dan akan kuceritakan di dalam perjalanan nanti." Hwe Li berkata. Ceng Ceng segera menyetujui dan memandang kepada Hui San. "San-ko, kita ikuti mereka sebentar. Siapa tahu pamanku membutuhkan bantuan kita." Mereka berempat menunggangi kuda mereka keluar dari pintu gerbang dan di sepanjang perjalanan Hwe Li ber cerita dengan singkat. Kiranya baru beberapa bulan yang lalu, di kota Pao-ting ada orang membuka perusahaan pengawal barang kiriman baru yang menggunakan nama Sin-liong Piauw-kiok Perusahaan Pengawal barang Naga Sakti. Tentu saja Souw Can tidak memperdulikan, biar ada sepuluh orang membuka piauw-kiok di Pao-ting, dia tidak akan dapat berbuat apapun karena orang bebas untuk membuka perusahaan. Akan tetapi, Sinliong Piauw-kiok yang baru itu menggunakan bendera yang sama dengan Kim-liong-piauwkiok, yaitu bendera yang bergambar naga. Hal ini tentu saja dapat dikatakan bahwa perusahaan baru itu sengaja menggunakan nama yang mirip dan memalsu bendera. Souw Can dengan baik-baik telah mendatangi piauw-kiok itu dan menegur mereka, dan minta agar bendera mereka diubah dan tidak sama dengan bendera Kim-liong Piauw kiok. Akan tetapi pihak Sin-long Piau kiok tidak menanggapi bahkan mengambi sikap menantang. Sejak itu, kedua piauw-kiok seolah bermusuhan. "Permusuhan berlarut-larut," Hwe Li mengakhiri ceritanya. "Pada suatu hari mereka bahkan berani Tiraikasih Website menyerang para piauw-su pengawal kami yang sedang mengirim barang ke kota raja. Tentu saja ayah menjadi marah karena banyak piauw-su kami terluka. Dia hendak mendamaikan dan mendatangi Sin-liong Piauw-kiok, akan tetapi ayah bahkan ditantang untuk mengadu ilmu pada pagi hari ini di luar kota. Pagi tadi ayah pergi seorang diri, melarang kam untuk ikut. Kami merasa tidak enak hati lalu menyusul." "Hemm, Sin-liong Piauw-kiok bertindak sewenangwenang dan aku khawatir Paman Souw Can akan terjebak. Mari kita percepat perjalanan kita," kata Ceng Ceng. Akhirnya mereka tiba di tempat itu. Karena Souw Can pergi berjalan kaki, maka dia tersusul dan baru saja dia tiba pula di tempat itu. Dan di sana sudah menanti Ji Kui, ketua Sin-liong Piauw-kiok yang datang bersama lima orang kawannya. Ji Kui adalah seorang pria berusia kurang lebih limapuluh tahun, bertubuh tinggi kurus, mukanya merah dan matanya tajam bersinar, berdiri tegak sambil memegang sebatang tombak setinggi tubuhnya. Lima orang kawannya rata-rata berwajah bengis dan kejam yang sepatutnya dimiliki orang-orang jahat. Ketika Souw Can melihat ketua Sin long Piauw-kiok itu berada di situ bersama lima orang kawannya, dia tersenyum mengejek. "Bagus sekali! Engkau menantang untuk bertanding satu lawan satu, akan tetapi ternyata engkau membawa lima orang teman, orang she Ji!" Ji Kui tertawa mengejek. "Ha-ha, demikian kecil nyalimu, Souw Can sehingga melihat kawan-kawanku engkau lantas ketakutan. Jangan khawatir, mereka ini hanya menjadi saksi saja atas pertandingan antara kita. Majulah dan bersiaplah untuk mampus di ujung tombakku!" Akan tetapi sebelum Souw Can menjawab, tiba-tiba terdengar seruan dari belakangnya. "Ayah........” Tiraikasih Website Souw Can menoleh dan melihat puterinya, Souw Hwe Li datang bersama Lai Siong Ek dan diapun mengenal Ceng Ceng yang datang bersama seorang pemuda yang tidak dikenalnya. Setidaknya kedatangan mereka membesarkan hatinya karena kini kawan-kawan Ji Kui itu ada tandingannya kalau mereka membantu Ji Kui. Akan tetapi untuk tidak mendatangkan kesan buruk, dia menghardik puterinya dan muridnya atau calon mantunya, "Hwe Li dan Siong Ek, mau apa kalian ke sini?" Ceng Ceng sudah melompat turun dari atas kudanya dan menghampiri Souw Can, memberi hormat. "Paman Souw, saya ikut datang untuk mewakili mu menghadapi orang ini!" "Ha-ha-ha, kiranya engkaupun bukan seorang yang jujur, Souw Can Eng kau juga mengundang datang balabantuan!" Ji Kui mengejek. Souw Can sudah maklum akan kepandaian puteri dan muridnya, dan diapun percaya penuh akan kelihaian Ceng Ceng yang menjadi murid datuk pandai, maka hatinya menjadi besar. Belum lagi diingat pemuda yang datang bersama mereka. Pemuda itu tampan dan gagah, agaknya juga bukan seorang yang lemah. Maka diapun berkata dengan suara menantang. "Ji Kui, sekarang kita bicara seperti seorang laki-laki. Engkau berenam, aku berlima. Kita boleh saling bertanding dan melihat pihak mana yang lebih banyak menderita kekalahan! Engkau boleh mengajukan kawan-kawanmu itu dan aku mengajukan puteriku, muridku, keponakanku dan sahabatnya itu dalam pertandingan satu lawan satu!" Ji Kui yang merasa betapa pihaknya lebih banyak, tentu saja menerima tantangan itu. Apa lagi pihak lawannya memiliki pembantu-pembantu dua orang gadis muda dan dua orang pemuda. Tiraikasih Website "Baik! Kita bertanding satu lawan satu. Pihak yang kalah harus membubarkan piauw-kioknya dan meninggalkan kota Pao-ting!" Dia lalu memberi isyarat kepada seorang pembantunya yang berkepala botak untuk maju. Si botak yang tubuhnya tinggi besar ini melangkah ma ju dan mencabut goloknya dengan sikap angkuh. "Hayo, siapa di antara kalian yang berani melawan aku?" tantangnya. "Ayah, biar aku yang maju lebih dulu!" kata Souw Hwe Li dan ayahnya mengangguk setuju. Hwe Li mencabut pedangnya dan melangkah maju, memandang si kepala botak dengan sinar mata "Majulah, aku telah siap melawanmu!" bentak Souw Hwe Li. Si kepala botak fertawa. "Ha-ha-ha, nona muda. Aku khawatir kalau kulitmu yang halus itu akan menjadi lecet oleh golokku! Biarlah kulawan engkau dengan tangan kosong saja!" Dia beranggapan bahwa kalau melawan dengan kedua tangan kosong dia mempunyai banyak kesempatan untuk mencolek dan memegang tubuh sintal gadis cantik itu. "Botak sombong! Lihat pedang!" Hwe Li membentak dan pedangnya sudah berkelebat menusuk ke arah dada kepala botak. Si botak mengelak, akan teiapi begitu dia mengelak, pedang Hwe Li sudah mengejarnya dan mengirim serangan bacokan ke arah kepala botaknya. Si botak melompat ke sana sini untuk mengelak dan dia terkejut sekali karena ternyata pedang di tangan gadis cantik itu lihai sekali, cepat dan juga mengandung tenaga besar. Sebentar saja dia terdesak dan harus berloncatan seperti seekor kera. Karena tidak dapat bertahan lagi dia terpaksa mencabut goloknya dan untuk menutupi rasa malunya, dia berteriak. "Golokku akan membunuhmul" Tiraikasih Website Kini mereka bertanding dengan menggunakan senjata. Dan ternyata permainan golok si botak itu tidak dapat dipandang ringan. Gerakannya juga cepat dan tenaganya besar sehingga goloknya menjadi segulung sinar yang mendesak sinar pedang Hwe Li. Akan tetapi Hwe Li memiliki kecepatan yang lebih dibandingkan lawannya. Dengan mengandalkan kecepatan gerakannya, Hwe Li berhasil membuat si botak terdesak hebat dan akhirnya dia hanya mampu mengelak dan menangkis saja, tidak mendapat kesempatan untuk balas menyerang! Limapuluh jurus telah lewat dan setelah mendapat' kesempatan yang balk, pedang Hwe Li menyambar ke bawah dan si botak itu berteriak keras sambil berlompat ke belakang dan paha kanannya bercucuran darah karena telah terkena pedang Hwe Li. Tentu saja dia tidak berani maju lagi dan hanya menundukkan kepala botaknya dengan muka kemerahan karena malu. "Ji Kui, pihakmu sudah kalah satu kali!" kata Souw Can dengan girang. Muka Ji Kui yang kemerahan itu menjadi semakin merah saking malu dan marahnya. "Di pihak kami masih ada lima orang!" Dia memberi isyarat dan seorang di antara para pembantunya yang bertubuh pendek gendut melangkah maju. Dia tidak membawa senjata dan dengan sikap congkak dia memandang kepada pihak Souw Can sambil tersenyum menyeringai dan berkata, "Aku tantang bertanding dengan tangan kosong. Siapa berani, melawan aku?" Lai Siong Ek tidak mau kalah oleh tunangannya. "Suhu, biar saya menghadapinya." Souw Can mengangguk. Dia tahu bahwa biarpun bakatnya tidak begitu baik seperti puterinya, calon mantunya yang juga muridnya ini sudah memiliki ilmu silat yang cukup baik. "Hati-hati lah," katanya. Tiraikasih Website Lai Siong Ek adalah putera jaksa Pao-ting, maka selain mengandalkan ilmu silatnya, diapun mengandalkan kedudukan ayahnya, maka hatinya besar dan penuh keberanian. "Majulah, aku telah siap melawanmu!" katanya sambil memasang kuda-ku da. Si gendut pendek menyeringai. Tadinya dia mengharapkan bahwa gadis satunya lagi yang juga cantik jelita untuk maju melawannya. Kiranya yang maju menandinginya adalah seorang pemuda! "Bagus! Orang muda, kau jagalah seranganku ini!" bentaknya dan diapun sudah menerjang dengan pukulan kedua tangannya yang berlengan pendek-pendek tetapi yang memiliki tenaga besar itu. Siong Ek mengelak dan pada pukul berikutnya, dia menangkis. "Dukk.....!" Dua lengan bertemu dan akibatnya Siong Ek mundur dua langkah. Dari sini saja sudah dapat diduga bahwa tenaga pemuda itu masih kalah dibanding lawannya. Akan tetapi Siong Ek tidak menjadi jerih dan diapun bersilat dengan cepat untuk membalas serangan lawan. Terjadilah perkelahian yang seru. Mereka itu saling serang, saling desak sehingga menjadi pertanding an yang seru dan menegangkan. Saling pukul juga terjadi dimana tangkisan atau elakkan tidak sempat lagi dilakukan sehingga tubuh terkena pukulan. Kalau si gendut yang terkena pukulan, tubuhnya hanya bergoyang sedikit, akan tetapi kalau Siong Ek yang terkena pukulan, tubuhnya terhuyung mundur dua langkah! Biarpun Siong Ek yang menang cepat itu lebih banyak memukul dan mengenai tubuh lawan, akan tetapi karena tiap kali terkena pukulan dia merasa nyeri maka makin lama pertahanannya menjadi semakin lemah. Tiraikasih Website Souw Can melihat bahwa kalau dilanjutkan, muridnya itu akan kalah. Dia khawatir kalau Siong Ek terluka parah, maka dia melompat ke depan dan berka ta, "Siong Ek, mundurlah!" Siong Ek yang sudah kewalahan itu terpaksa mundur, dan Souw Can berkata Ji Kui. "Kami mengakui bahwa muridku kalah, maka keadaan kita kini satu-satu. Biarlah aku sendiri yang maju!" "Tidak, paman!" kata Ceng Ceng yang sudah melompat ke depan. "Paman merupakan pimpinan, sepantasnya maju paling akhir. Biarlah aku yang menghadapi lawan!" Souw Can yang maklum bahwa Ceng Ceng kini menjadi lihai sekali, hanya mengangguk. Si gendut melihat Ceng Ceng maju, menyeringai lebar dan berkata kepada Ji Kui. "Ji-toako, biar aku maju sekali lagi menghadapi gadis ini!" Ji Kui tersenyum. Dia memandang rendah Ceng Ceng yang kelihatan lemah lembut itu maka dia mengangguk. "Nona manis, hati-hatilah melawan aku. Aku tidak ingin memukul seorang gadis cantik seperti engkau!" si gendut mengejek sambil menyeringai lebar. "Babi .gendut! Engkau boleh pilih, menggunakan senjata atau tangan kosong?" kata Ceng Ceng. Dimaki babi gendut, si gendut menjadi marah akan tetapi dia masih terta wa mengejek. "Mari main-main dengan tangan kosong. Aku ingin mendekap tubuhmu yang molek itu!" Ceng Ceng mengerutkan alisnya. "Lihat seranganku!" bentaknya dan secepat kilat kakinya menendang. Si gendut terkejut dan cepat meloncat ke belakang untuk menghindarkan perutnya dari tendangan, kemudian dia mengembangkan kedua lengannya dan menerjang maju, menubruk untuk merangkul gadis itu. Akan tetapi dengan Tiraikasih Website lincah dan ringannya Ceng Ceng mengelak, meloncat ke sebelah kanan si gendut dan tangannya menampar ke arah pelipisnya! "Wuuuuttt....!" Tamparan itu dapat dielakkan, akan tetapi si gendut makin terkejut karena tamparan itu nyaris mengenai pelipisnya dan terasa ada angin kuat menyambar. Gadis ini tidak boleh dipandang ringan! Dia menggereng dan kini menyerang bagaikan kesetanan, bukan lagi ingin mencolek, menowel atau mendekap, akan tetapi memukul sungguh sungguh dengan kedua tangannya. Pertandingan ini pun berlangsung seru, akan tetapi setelah lewat tigapuluh jurus, sebuah tendangan kaki kiri Ceng Ceng mengenai perut yang gendut itu. Si gendut terjengkang dan terbanting keras sehingga mulutnya mengeluarkan suara "ngek!" dan dia terengah- engah! Agalcnya dia merasa malu sekali dan menutupi mulutnya dengan kemarahan. Tangan kanannya meraba pinggangnya dan dia susah menghunus sebatang golok yang berkilauan saking tajamnya. Tanpa memberi tahu lagi, secara curang, dia telah menubruk maju dan menyerang dengan goloknya secara membabi buta! Melihat serangan yang nekat itu, Ceng Ceng melolos kebutannya tanpa mencabut pedang. Kebutannya yang berbulu merah berkelebatan menangkis datangnya golok ini Baru belasan jurus saja, bulu kebutan dapat melibat golok dan sebelum si gendut dapat menarik kembali goloknya, kembali kaki kirinya menendang dengan kuatnya dan sekali ini mengenai dada si gendut. "Ngekk........!!” goloknya terlepas, tubuhnya terbanting keras dan sekali ini dengan susah payah baru dia dapat merangkak bangun, di bantu oleh seorang kawannya. "Hemm, Ji Kui, pihakmu kalah lagi sehingga kedudukan menjadi dua satu untuk kemenangan kami !" kata Souw Can dengan girang sekali. Tiraikasih Website Ji Kui mengerutkan alisnya dan memberi isyarat kepada pembantunya yang ke tiga, seorang berwajah hitam dan bertubuh kokoh dan tegap. Si muka hitam ini maju sambil mencabut sebatang pedang dari pinggangnya dan menantang dengan suara lantang. "Siapa berani melawan aku ?" "Paman Souw, saya masih belum lelah. Biarkan saya menandingi kerbau muka hitam ini!" kata pula Ceng Ceng, sengaja memaki lawan agar lawan menjadi marah. Kemarahan mengurangi kewaspadaan maka melemahkan pertahanan lawan. Ceng Ceng dapat menduga bahwa tentu si muka hitam yang diajukan ini lebih lihai dari pada si gendut, maka ia pun tidak untuk mencabut pedang dengan tangan kanan sedangkan kebutan bulu merahnya dipegang dengan tangan kirinya. Umpan Ceng Ceng berhasil. Si muka hitam menjadi marah sekali dimaki kerbau muka hitam dan tanpa memberi peringatan lagi dia sudah mengayun goloknya dibacokkan ke arah kepala Ceng Ceng. Agaknya dia hendak membelah kepala itu dengan sekali bacokan saja. Namun Ceng Ceng mengelak dengan mudah, bahkan membarengi dengan tusukkan pedangnya yang disusul dengan menyambar kebutan ke arah muka lawan. Si muka hitam terkejut, cepat mundur dan memutar goloknya untuk menangkis dan membabat putus tali kebutan. Akan tetapi usahanya gagal karena Ceng Ceng juga sudah menarik kembali kebutannya dan membiarkan pedangnya tertangkis untuk menguji tenaga lawan. "Trang g g......... !" Bunga api berpijar ketika golok bertemu pedang. Ceng Ceng merasakan tangan kanannya tergetar, akan tetapi si muka hitam lebih kaget lagi karena pedang itu sedemikian kuatnya sehingga goloknya terpental ke belakang! Dia menjadi penasaran dan marah. Bagaikan seekor kerbau gila dia menyerang lagi, memutar goloknya Tiraikasih Website clan menyerang secara bertubi-tubi. Namun Ceng Ceng menyambutnya dengan tenang dan cepat. Perkelahian ini lebih menegangkan dari tadi. Akan tetapi, hanya Souw Can, Souw Hwe Li dan. Li Siang Ek saja yang merasa tegang dan takut kalau-kalau Ceng Ceng kalah. Thio Hui San menonton dengan tenang dan tersenyum karena dia yakin bahwa gadis yang dicintanya itu tidak akan kalah. Baik mengenai tenaga sakti maupun kecepatannya, Ceng Ceng masih menang setingkat dari lawannya. Dugaannya benar. Setelah lewat limapuluh jurus, Ceng Ceng berseru nyaring, "Kena. ..... !!" Ujung kebutannya menyambar ke arah mata lawan dan ketika si muka hitam menarik kepalanya ke belakang, kesempatan itu dipergunakan oleh Ceng Ceng untuk menusukkan pedangnya ke arah lengan kanan si muka hitam. "Haiiiitttt.... aduhhh....!" Si muka hitam terpaksa mejepaskan goloknya dan lengannya berdarah karena terluka oleh ujung pedang di tangan Ceng Ceng. Tentu saja dengan luka di lengan kanan, si muka hitam tidak dapat maju lagi. "Nah, Ji Kui, pihakmu kalah lagi.! Kedudukan menjadi tiga satu untuk kemenangan kami. Apakah engkau sudah mengaku kalah sekarang?" "Souw Can siapa yang kalah? persama aku, kami masih mempunyai tiga orang jago!" Dia memberi isyarat kepada seorang pembantunya yang belum maju. Orang ini melompar ke depan. Orangnya bertubuh kecil kurus, akan tetapi rupanya gesit sekali dan karena dia diajukan belakangan, dapat diduga bahwa ilmu kepandaiannya tentu lebih lihai dari pada tiga orang yang pernah maju bertanding tadi. Melihat senjatanya saja orang sudah merasa ngeri. Senjatanya itu berupa dua buah bintang baja sebesar kepalan tangan yang disambung dengan sehelai rantai baja. Dia sudah memegang senjatanya dan menantang. Tiraikasih Website "Siapa berani melawanku, majulah dan bersiaplah untuk mampus!" Souw Can hendak maju sendiri, akan tetapi Ceng Ceng mencegahnya. "Paman Souw, belum tiba saatnya paman maju sendiri. Di sini ada seorang sahabat baikku, dia ini bernama Thio Hui San dan biarlah aku minta bantuannya agar dia yang maju mewakili paman. San-ko, maukah engkau membantu kami untuk menandingi orang ini?" "Tentu saja," jawab Hui San sambil tersenyum dan memberi hormat kepada Souw Can. "Kalau saja paman mengijinkan." "Tentu saja, orang muda. Kalau Ceng Ceng yang mengusulkan engkau maju, tentu saja aku menyetujui sepenuhnya!" Hui San lalu melangkah maju menghadapi si kecil kurus yang memegang senjata rantai berujung dua bintang ba ja itu. "Sobat," katanya kepada orang itu, lalu memandang kepada Ji Kui. "Pihak kalian masih ada tiga orang sedangkan kami hanya tinggal aku dan Paman Souw, dua orang saja. Karena itu, bagaimana kalau dari pihak kalian dua orang saja yang maju bersama untuk melawanku dan nanti pimpinan kalian bertanding melawan Paman Souw Can?" Sungguh sebuah tantangan yang terlalu berani. Souw Can sendiri terkejut dan mengerutkan alisnya. Mengapa sahabat Ceng Ceng itu demikian sombong dan gegabah, menantang dua orang sekaligus? Akan tetapi Ceng Ceng hanya tersenyum. Dia yakin akan kehebatan ilmu kepandaian pria yang menarik hatinya itu dan dengan girang ia mendapat pikiran bahwa agaknya Hui San hendak memamerkan ilmu kepandaiannya kepada keluarganya! "Akan tetapi dua lawan satu? Itu tidak adil!" kata Souw Can memprotes. Tiraikasih Website Ceng Ceng segera berkata, "Paman, harap paman jangan sangsi lagi. Aku yakin San-ko akan mampu menang dan pula, pertandingan ini agar dapat diselesai kan secepat mungkin!" Ji Kui diam-diam merasa girang dan dia memberi isyarat kepada pembantunya yang pertama, seorang raksasa yang bermata lebar, untuk maju memban to rekannya yang kecil kurus. Raksasa ini melangkah maju dan segera mencabut golok besarnya dan menyeringai! "Bocah sombong, engkau mencari kematian sendiri!" geramnya. Akan tetapi Thio Hui San yang bertubuh jangkung tegap, berpakaian biru itu tersenyum kepada dua orang calon lawannya. "Majulah kalian berdua dan ku akan melawan kalian dengan tangan kosong!" Akan tetapi dua orang itu sudah marah sekali dan tanpa banyak cakap, si raksasa sudah menggerakkan goloknya yang menyambar ke arah leher Hui San sedangkan yang kecil kurus begitu menggerakkan tangannya, dua bintang baja itu sudah mengaung-ngaung di udara dan menyambarnyambar ke arah kepala Hui San. Dengan tenang namun cepat sekali Hui San mengelak mundur, kemudian cepat sekali dia sudah menyerang maju dengan kedua tangannya. Akan tetapi dua orang lawannya juga mengelak dan mereka segera menghujankan serangan dengan senjata mereka ke arah Hui San. Pemuda ini mempergunakan ginkangnya dan tubuhnya berkelebatan di antara gulungan sinar senjata lawan, sedikitpun senjatasenjata itu tidak dapat menyentuh tubuhnya. Kadang dia bahkan berani menangkis golok dari samping dengan tangan miring dan menghantam bintang yang menyambarnya dengan tangan terbuka! Tiraikasih Website Perkelahian ini terjadi paling ramai dan paling menegangkan. Terutama sekali bagi pihak Souw Can, kecuali Ceng Ceng. Gadis ini menonton dengan tersenyum kagum. Ia mengagumi ginkang dari pemuda yang menarik hatinya itu dan maklum bahwa dengan gin-kangnya itu, Hui San tentu dapat menghindarkan diri dari semua serangan. Ia kagum melihat pemuda itu menggunakan ilmu silat Kongjiu- jip-pek-to Tangan Kosong Menyambut Seratus Golok. Setelah pertandingan itu berlangsung lima puluh jurus lebih, tiba-tiba Hui San mendapat kesempatan untuk menangkap sebuah di antara dua bintang baja yang menyambar kepadanya dan dengan kecepatan kilat dia melontarkan bintang baja itu ke arah bintang baja kedua. Lontarannya demikian kuatnya sehingga pemiliknya, si kecil kurus itu tidak sempat menghindarkan tabrakan kedua bintang baja itu. "Wuuutttt.... darrrr ..... !!" Dua buah bintang baja itu bertumbukan di udara dan. pecah! Bukan itu saja, bahkan pecahan dua buah bintang baja itu menyambar dan mengenai leher dan pundak pemiliknya. sehingga si kecil kurus berteriak kesakitan dan melompat keluar dari kalangan pertandingan dengan leher dan pundak terluka! Tinggal si raksasa yang menyerang dengan goloknya. Ketika golok membacok ke arah Hui San, pemuda ini mendahului, menggunakan sebuah jari tangan untuk melakukan totokan It-yang-ci dan raksasa itu tiba-tiba saja berdiri dalam posisi menyerang dengan goloknya sama sekali tidak bergerak seperti telah berubah menjadi patung! Hui San lalu menendang dengan kaki kirinya dan si raksasa itu terlempar ke belakang, akan tetapi totokan tadi punah dan si raksasa merangkak bangun sambil menyeringai kesakitan karena tendangan tadi mengenai dadanya yang membuat napasnya sesak. Tiraikasih Website Bukan main kagumnya Hwe Li dan Siong Ek. Mereka tidak dapat menahan diri lagi dan bertepuk tangan untuk menyambut kemenangan Hui San tadi. Juga diam-diam Souw Can kagum bukan main dan tahulah dia bahwa pemuda itu adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Bukan hanya dia, juga musuhnya, Ji Kui, merasa terkejut dan hatinya merasa jerih. Akan tetapi dia sudah terlanjur menantang, akan ditaruh ke mana kalau dia lalu mengundur kan diri? "Baiklah, pihakku telah kalah dan aku tidak akan melanggar janji. Aku akan membubarkan Sin-Hong Piauwkiok dan akan meninggalkan Pao-ting, akan tetapi hatiku masih belum puas kalau belum menguji kepandaianmu, Souw Can. Marilah kita bertanding satu lawan satu!" "Akan tetapi pihakmu telah kalah sehingga pertandingan ini tidak masuk hitungan lagi!" kata Souw Hwe Li. "Andaikata engkau dapat menangkan ayahku sekalipun, tetap saja pihakmu telah kalah dan engkau harus membubarkan piauw-kiokmu dan minggat dari Pao-ting!" Wajah yang sudah merah dan menjadi semakin merah karena marah dan malu. Dia menghentikan gagang tombak nya di atas tanah dan berkata, "Aku tidak akan melanggar janji. Aku hanya ingin tahu sampai di mana tingkat kepandaian Souw Can! Kecuali kalau dia tidak berani, akupun tidak ingin mengubah sifatnya yang pengecut !" "Ji Kui, manusia sombong. Selama ini engkau yang mencari perkara dengan pihak kami. Sekarang engkau menantangku, apa kaukira aku takut kepadamu? Majulah, aku siap menghadapi tantanganmu!" Setelah berkata demikian, Sou Can meloncat ke depan dan mencabut pedangnya. Ji Kul juga tidak banyak cakap lagi, segera menyerang dengan tombaknya. Tiraikasih Website "Syuuutttt......... tranggg......... I!" Terdengar .suara lantang ketika tombak itu ditangkis pedang di tangan Souw Can. Mereka segera saling serang dengan seru dan hebatnya. Ternyata permainan tombak Ji Kui lihai sekali, ketika tombak digetarkan ujung mata tombak seolah telah berubah menjadi banyak. Luncuran tusukan tombaknya kuat sekali, juga pukulannya dengan gagang tombak amat berbahaya. Akan tetapi kini dia menghadapi Souw Can yang memainkai ilmu pedang Kun-lun-kiam-sut yang selain indah juga amat kokoh kuat. Bukan hanya kuat dalam pertahanan, melainkan hebat dan dahsyat pula dalam serangannya. Kedua orang piauw-su ini bertanding dengan seimbang. Mereka memang seimbang, baik kecepatan maupun tenaganya. Melihat ini, Hwe Li dan Siong Ek menjadi tegang sekali, khawatir kalau ayah dan guru mereka kalah. Ceng Ceng yang juga menonton dengan penuh perhatian, dapat melihat kelemahan Ji Kui. Maka dengan suara lantang ia bertanya kenada Hwe Li "Hwe Li, ilmu tombak itu memang ampuh sekali. Akan tetapi tahukah engkau di mana kelemahannya?" Hwe Li yang memang tidak mengerti, menjawab heran. "Aku tidak tahu, Ceng Ceng." "Tombak itu melayang-layang seperti seekor naga yang menyerang dengan moncongnya, akan tetapi kedudukan kakinya lemah sekali sehingga kalau diserang ,dari bawah tentu akan sulit meng hadapi lawan!" Tentu saja Souw Can mendengar ini. Maka iapun cepat mengubah gerakan pedangnya dan kini dia mengirim serangan dari bawah, ke arah kedua kaki lawan secara bertubi-tubi! Ji Kui terkejut bukan main. Dia masih mencoba untuk memutar tombaknya ke bawah untuk melindungi kedua kakinya, namun pertahanannya lemah sekali dan pada Tiraikasih Website suatu saat, pedang Souw Can telah menyambar dan melukai betisnya yang kiri dan tanpa dapat dihindarkan lagi Ji Kui jatuh berlutut dengan sebelah kakinya. Souw Can menghentikan gerakannya dan bertanya, "Bagaimana, Ji Kui, apakah engkau masih ingin melanjutkan?" Ji Kui bangkit berdiri, bertopang pada tombalcnya dan terpincang-pincang. "Aku mengaku kalah," katanya singkat dan dia lalu meninggalkan tempat itu, dibantu seorang pembantunya yang memapahnya. Souw Can memandang sampai ke enam orang pergi jauh, lalu dia membalikkan tubuh menghadapi Ceng Ceng dan berkata, "Ceng Ceng, ternyata pandanganmu tajam sekali sehingga engkau sudah dapat menemukan kelemahannya. Engkau tadi telah membantuku, Ceng Ceng." "Aih, paman. Apa artinya itu? Sudah sepantasnya kalau saya membantu paman." "Dan Engkau, orang muda. Tanpa adanya engkau di sini, belum tentu pihak kami akan mendapatkan kemenangan. Banyak terima kasih atas bantuanmu itu." "Harap jangan sungkan, paman. Paman adalah keluarga baik dan dekat dari Ceng- moi, maka bagi saya tidak ada soal bantu membantu melainkan sudah menjadi kewajiban saya." "Mari kita semua pulang. Kemenangan ini harus dirayakan, sekalian sebagai sambutan atas kedatangan Ceng Ceng dan Thio Hui San," kata Souw Can dengan girang. Mereka semua menunggang kuda. Ceng Ceng berboncengan dengan Hwe Li. Setelah mereka tiba di Kimliong Piauw-kiok, para anak buah perusahaan itu menyambut dengan gembira setelah mendengar akan kemenangan ketua mereka. Tentu saja isteri Souw Can juga Tiraikasih Website merasa girang sekali, apa lagi melihat kedatangan Ceng Ceng. , Mereka lalu merayakan kemenangan itu, dihadiri oleh para anggauta Kimliong Piauw-kiok. Souw Can dan sekeluarganya, termasuk Ceng Ceng dan Thio Hui San, makan satu meja besar di bagian dalam. Dan mereka makan minum sambil bercakap-cakap, terutama sekali mereka menghujani Ceng Ceng dengan pertanyaan sehingga gadis itu terpaksa menceritakan semua pengalamannya. Kemudian Souw Can yang sudah berpengalaman dan berpemandangan tajam itu melihat bahwa ada tali hubungan yang erat antara keponakannya dengan pemuda berpakaian biru itu, maka sambil tersenyum dia lalu mengangkat cawan arak mengajak semua orang minum sambil berkata, "Mari kita minum secawan arak untuk menghormati kedatangan Thio-thiante." Semua orang minum arak dan Hui San cepat menghaturkan terima kasih atas penghormatan itu. "Thio-thiante, kalau boleh kami mengetahui, tahun ini berapakah usia'nu?" Hui San tersenyum dan mukanya agak kemerahan, mungkin karena arak atau mungkin juga karena pertanyaan yang sangat pribadi itu. "Usia saya sudah duapuluh enam......... paman." "Ah, kalau usiamu sudah sebanyak itu, tentu engkau sudah beristeri, bukan?" Kini wajah pemuda itu benar-benar kemerahan, dan Ceng Ceng juga menundukkan mukanya yang kemerahan dan tidak berani menentang pandang mata orang lain. Ia sudah dapat menduga ke mana arah pertanyaan pamannya itu. Tiraikasih Website "Saya adalah seorang yatim piatu, tidak ada orang yang mengurus tentang perjodohan saya sehingga sampai sekarang masih belum beristeri," kata Hui San lirih. "Tapi tentu sudah mempunyai tunangan?" "Juga belum," sahut Hui San sambil menundukkan mukanya. "Wah, kebetulan sekali kalau begitu! Mari kita minum lagi secawan arak sebelum aku menyatakan usulku yang amat baik ini!" Semua orang minum lagi secawan arak. "Thio-thiante, engkau seorang yang yatim piatu, dan kebetulan sekali keponakanku Liu Ceng ini juga yatim piatu! Kalian berdua sama-sama memiliki ilmu kepandaian tinggi dan juga kalian sudah bersahabat baik, tentu sudah dapat mengetahui watak masing- masing. Oleh karena itu, aku mempunyai usul. Bagaimana kalau kalian berdua berjodoh? Hio-thiante, bagaimana pendapatmu?" Hui San tersenyum dan tersipu. "Ini......... ini......... saya merasa tidak berharga..........” "Aku tidak bertanya berharga atau tidak, akan tetapi jawablah, mau atau tidak engkau kujodohkan dengan Ceng Ceng?" Hui San menghela napas panjang. Hatinya menjerit "mau!" akan tetapi bibirnya tidak mampu menjawab. Setelah didesak dia berkata, "Hal ini......... saya serahkan kepada Ceng-moi saja bagaimana pendapatnya.......... “ "Ha-ha-ha-ha!" Souw Can tersenyum, maklum akan isi hati pemuda itu. Dia lalu menoleh kepada Ceng Ceng yang sudah menundukkan mukanya yang kemerahan. "Nah, Ceng Ceng, keponakanku yang manis. Engkau sudah mendengar sendiri jawaban Hui San. Bagaimana Tiraikasih Website kalau engkau kujodohkan dengan Hui San? Maukah engkau atau tidak?" "A ihhh, paman. ...... " Ceng Ceng berkata lirih dan kepalanya semakin menunduk. "Eh, bagaimana sih engkau ini, Ceng Ceng? Ayah bertanya kok dijawab aih-aih begitu. Katakan saja engkau mau, begitu kata hatimu, bukan? Kalau begitu, kelak pernikahan kalian dirayakan bersama pernikahanku dengan Lai-suheng. kata' Souw Hwe li yang ramah. "Aihh, Hwe Li ...... !" Akhirnya nyonya Souw Can yang berkata, "Begini saja, aku sekarang mengajak semua orang minum secawan arak untuk menjawab. Yang ikut minum berarti menyetujui perjodohan itu. Yang tidak setuju boleh tidak usah minum! Nyonya itu mengangkat cawan araknya dan mau tidak mau Hui San dan Cen Ceng, biarpun malu-malu, terpaksa minum araknya karena di dalam hati mereka memang sudah ada pertalian kasih yang belum mereka utarakan dalam katakata, namun sudah seringkali mereka saling lihat dalam suara dan pandang mata masing-masing. "Bagus, pertunangan ini harus dirayakan pula! Tambah dagingnya dan araknya!" kata Souw Can gembira. "Pertunangan disahkan sekarang juga dan kami semua yang menjadi saksinya! Soal pernikahan, dapat diatur kemudian." "Maafkan kami, paman Souw," kata Hui San. -"Harap paman tidak tergesa gesa dengan pernikahan karena kami masih mempunyai tugas. Saya harus mengundang para tokoh kang-ouw untuk menghadiri pertemuan di tempat tinggal Souw-bengcu di Hong-san dan Ceng-moi juga akan bertemu dengan gurunya di sana." "Benar, paman. Saya ingin bertemu dengan suhu dan minta restunya lebih dulu tentang......... ini......” Tiraikasih Website "Bagus! Kami akan menanti dengan sabar dan mempersiapkan segala peralatan pernikahan ganda ini." Mereka berdua bermalam satu malam di rumah Souw Can, dan pada keesokan harinya pagi-pagi sekali mereka berangkat meninggalkan Pao-ting. K et ika melakukan perjalanan meninggalkan kota Pao-ting, Hui San dan Ceng Ceng sama-sama diam saja tidak banyak bicara. Akhirnya Hui San membuka percakapan. "Ceng-moi, kulihat engkau sejak tadi diam saja. Kenapakah? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Ceng Ceng berhenti melangkah dan memandang kepada pemuda itu. "Aku teringat akan peristiwa di rumah paman Souw Can tadi. San-ko, tidak kelirukah jawabanmu atas pertanyaan Souw-ce paman Souw tadi? Tidak salahkah pilihanmu? Aku hanya seorang gadis yatim piatu yang tidak punya apa-apa sedangkan engkau. ......" "Akupun seorang yatim piatu yan tidak punya apa-apa, Ceng-moi." "Akan tetapi engkau seorang pendekar besar, seorang murid Siauw-lim-pai yang terkenal!" "Aih, Ceng-moi, harap jangan berkata demikian. Perjodohan bukan melihat keadaan lahiriah seseorang, melainkan keadaan hatinya. Dan tentang hatiku, sudah sejak pertemuan kita pertama kali aku telah jatuh cinta kepadamu, Ceng moi." "Benarkah katamu itu, San-ko?" "Untuk apa aku berbohong, Ceng-moi? Dan engkau sendiri, engkau tidak menolak usul perjodohan yang diajukan Paman Souw! Kenapa?" Tiraikasih Website Wajah yang cantik itu berubah merah dan senyumnya dikulum. "Ah, aku.......... aku hanya menyerahkan saja kepada kebijaksanaan Paman Souw....." "Kalau begitu, engkau hanya menurut pamanmu dan tidak cinta kepadaku?" "Aih, San-ko ...... !" Ceng Ceng semakin tersipu. Hui San melangkah maju dan memegang kedua tangan gadis itu. Kedua tangan itu terasa hangat seperti dua ekor anak ayam. "Jawablah, Ceng-moi, adakah cinta di hatimu kepadaku?" Ceng Ceng tidak menjawab, hanya mengangguk dan ia menyandarkan mukanya di dada Hui San. Pemuda itu merasa bahagia sekali, hatinya seperti, membesar dan dia mendekap kepala itu, dibenamkan di dadanya. Sampai beberapa lamanya mereka dalam keadaan seperti itu, kemudian Hui San melepaskan dekapannya dan mereka melanjutkan perjalanan sambil bergandeng tangan. Tidak ada kesenangan lebih besar dari pada bertemunya dua hati dalam cinta asmara. Pada saat seperti itu, keduanya sudah kehilangan ruang dan waktu, lupa segala. Dunia ini milik mereka Tiraikasih Website berdua dan segala apa yang tampak di depan mata menjadi semakin indah, langit tampak semakin biru, sinar matahari semakin cerah, daun-daun semakin hijau. Segalanya serba indah dan semua suara seperti berubah menjadi nyanyian merdu yang merayakan dua hati mereka yang bersatu dalam cinta! -oomchoo- Kakek tinggi besar bermuka merah itu melangkah lebar. Wajahnya yang gagah itu kelihatan berkerut, sinar matanya yang mencorong itu kehilangan. sinarnya. Dia melangkah sambil menyeret sebatang dayung baja dan mulutnya berkemak-kemik bicara kepada diri sendiri. "Awas kau Song Thian Lee ..... , awas kau Song Thian Lee.........!” Kakek itu adalah Siang Koan Bhok yang berjuluk Tunghai- ong Raja Laut Timur yang menjadi majikan dari Pulau Naga. Siang Koan Bhok adalah seorang di antara para datuk besar di dunia kang-ouw dan namanya sudah dikenal oleh semua orang kang-ouw dengan perasaan gentar. Baru saja dia mengalami hal yang membuat dia berduka dan marah. Ketika mendengar tentang perang yang terjadi antara pasukan pemberontak yang bermarkas di pantai timur dan pasukan pemerintah, dia menjadi khawatir. Dia sendiri tidak terlibat dalam perang, akan tetapi putera tunggalnya yang amat dikasihinya, Siang Koan Tek, ikut membantu pemberontak dan ikut pula dalam perang. Dan seperti yang dikhawatirkannya, ketika dia mencari-cari di antara mayat yang berserakan, dia menemukan mayat Siang Koan Tek, puteranya! Dengan hati hancur dia mengangkat mayat puteranya dan menguburkannya di bukit yang sunyi. Kemudian, dengan hati penuh geram dia mendatangi tempat tinggal Song Thian Lee, panglima yang memimpin pasukan pemerintah yang telah menghancurkan pasukan pemberontak. Siang Koan Bhok menantang Song Thian Lee Tiraikasih Website dan mereka bertanding satu lawan satu. Datam sebuah pertandingan yang mati-matian dan seimbang itu akhirnya Siang Koan Bhok kalah dan terluka dalam. Usianya yang sudah limapuluh delapan membuat dia kalah tenaga. Maka dia meninggalkan musuh besarnya dengan hati penasaran dan mengandung dendam! Setelah mengobati lukanya sampai sembuh, kini Siang Koan Bhok menuju pulang ke Pulau Naga. Dia berniat untuk melatih diri dengan tekun untuk kemudian dapat menantang Song Thian Lee lagi dan mengalahkannya, membunuhnya! Dia melakukan perjalanan dalam keadaan berduka dan marah, dan dalam beberapa waktu saja sejak dia menemukan mayat puteranya, Siang Koan Bhok tampak jauh lebih tua dari pada biasanya. Rambutnya yang tebal panjang itu kini telah berubah putih semua! Pagi itu dia memasuki sebuah dusun. Kebetulan sekali di dusun itu kepala dusun sedang merayakan pernikahan puterinya. Maka seluruh desa menjadi sibuk. Semua orang ikut merayakannya. Ketika Siang Koan Bhok melihat keramaian ini, dia menyeret dayungnya dan memasuki rumah yang sedang merayakan pesta. Para petugas menerima tamu yang tidak mengenalnya mengira bahwa kakek ini datang hendak mengemis, karena biarpun pakaian kakek itu mewah akan tetapi sudah kotor dan kusut sekali. Empat orang petugas itu lalu menyambutnya dan seorang di antara mereka berkata. "Orang tua, kini bukan waktunya minta sedekah. Pergilah dan lain kali saja kau datang." Tiraikasih Website Jilid III Mendengar ini, Siang Koan Bhok memandang empat orang itu dengan mata mencorong. "Kalian mengira aku mengemis?" "Habis apa lagi kalau bukan ..... " Belum habis orang itu berkata, dayung itu menyambar dan empat orang itu berpelantingan dengan kepala remuk dan tewas seketika. Belasan orang yang menganggap diri mereka kuat segera berdatangan dan melihat empat orang tewas oleh seorang kakek, mereka menjadi marah dan mencabut senjata mereka. Akan tetapi Siang Koan Bhok yang sedang kesal hatinya itu kembali mengayunkan dayungnya beberapa kali dan belasan orang itupun berpelantingan dan tewas! Melihat ini, kepala dusun yang menjadi tuan rumah terkejut sekali dan cepat dia maju dan berlutut di depan Siang Koan Bhok. "Lo-cian-pwe, mohon lo-cian pwe mengampuni kami yang tidak bersalah dan sedang merayakan pernikahan anak perempuan kami." "Hemm, tidak tahukah kalian bahwa tuan besarmu datang karena merasa haus dan lapar? Hayo keluarkan hidangan untukku, dan yang harus melayani aku adalah sepasang mempelai itu. Cepat kerjakan atau aku akan membunuh semua orang yang berada di sini!" "Baik, baik,......... lo-cian-pwe,......... silakan duduk di dalam......... !” Siang Koan Bhok menyeret dayungnya dan dipersilakan duduk di meja kehormatan. Sepasang mempelaipun di paksa ayah mereka untuk keluar, memberi hormat lalu melayani kakek itu makan minum! Selagi Siang Koan Bhok makan minum, tiba-tiba terdengar suara lantang dari luar. "Siang Koan Bhok, tuabangka iblis! Sampai sekarang engkau belum juga Tiraikasih Website mengubah watakmu yang kejam. Sekali ini aku tidak mungkin tinggal diam saja!" Di luar rumah itu telah berdiri seorang kakek yang tubuhnya pendek gendut serba bulat, pakaiannya seperti jubah pertapa yang sederhana. Tangan kanannya memegang sebuah kebutan panjang berbulu putih. Melihat kakek yang usianya sekitar limapuluh tiga tahun ini, Siang Koan Bhok mengerutkan alisnya dan kemarahannya memuncak. Setelah menenggak lagi cawan araknya sampai habis, dia lalu bangkit berdiri dan menyeret dayungnya keluar dari rumah itu sampai dia berhadapan dengan si kakek gendut. "Hemm, Thian Tok. Berani engkau mengganggu aku? Rupanya engkau sudah bosan hidup, ya?" Kakek pendek gendut itu bernama Gu Kiat Seng dan berjuluk Thian Tok Racun Langit, seorang di antara para datuk dan terkenal sebagai Datuk Barat. Akan tetapi berbeda dengan para datuk besar yang biasanya berwatak keras dan kejam, menghendaki agar segala kemauannya ditaati siapa saja, tidak demikian dengan Thian Tok. Biarpun dia bukan golongan pendekar, akan tetapi dia tidak pernah melakukan kejahatan. "Bagus, mari kita tentukan siapa yang lebih unggul di antara kita. Akan tetapi bukan di dusun ini. Mari kita mencari tempat sunyi di luar dusun!" Setelah berkata demikian, Thian Tok melompat dan cepat sekali pergi dari situ, dikejar oleh Siang Koan Bhok. Dalam keadaan sakit hati, duka dan marah seperti itu, semua orang dianggap musuh oleh Siang Koan Bhok, maka tantangan itu tentu saja diterimanya dengan marah. Setelah kedua orang kakek yang berlari cepat seperti terbang itu tiba jauh dari dusun, di sebuah lapangan rumput yang sunyi dan di sana tidak tampak seorangpun, Thian Tok berhenti. Siang Koan Bhok segera menghadapinya Tiraikasih Website dan dua orang kakek itu berdiri sating berhadapan seperti dua ekor ayam jantan hendak bertanding! "Thian Tok, engkau lancang mencampuri urusanku, berarti engkau sudah bosan hidup!" kata Siang Koan Bhok sambil melintangkan dayung bajanya di depan dada. "Hemm, justeru engkau yang bosan hidup. Engkau membunuh belasan orang dusun yang tidak berdosa. Kalau aku tidak melihatnya masih tidak mengapa. Akan tetapi setelah aku melihatnya, terpaksa aku harus melenyapkan iblis keji seperti engkau dari permukaan bumi agar jangan membunuhi orang tidak berdosa lagi," kata Thian Tok yang sudah mempersiapkan senjatanya, yaitu kebutan berbulu merah. "Thian Tok, jahanam sombong. Engkaulah yang akan mampus!" Siang Koan Bhok berteriak dan dayungnya menyambar dahsyat. Akan tetapi sekali ini yang diserangnya adalah Datuk Barat, maka dengan mudahnya Thian Tok mengelak dan kebutannya menyambar ke depan. Hebatnya, begitu kebutan menyambar, bulu kebutan yang biasanya halus lemah itu tiba-tiba menjadi kaku dan kuat seperti kawat-kawat baja dijadikan satu. Kebutan itu menusuk ke arah perut Siang Koan Bhok. Akan tetapi majikan Pulau Naga inipun sudah mengenal kehebatan lawan, maka dia memutar dayungnya menangkis, lalu menyerang lagi dengan dahsyat. Demikianlah, terjadi perkelahian satu lawan satu yang seru dan hebat, dan tidak disaksikan oleh siapapun. Begitu hebat tenaga mereka sehingga di sekitar mereka ada angin menyambar-nyambar dengan kuatnya. Mereka tidak tahu bahwa di belakang sebatang pohon yang tumbuh tidak jauh dari situ, terdapat seorang yang mengintai dan menonton pertandingan mereka. Orang ini masih muda, berpakaian serba putih, wajahnya tampan dan gerak geriknya lembut dan halus, akan tetapi lengan kirinya buntung sebatas siku sehingga lengan baju bagian kiri itu Tiraikasih Website kosong dan tergantung lepas di sisi tubuhnya. Pemudi ini bukan lain adalah Ouw Kwan Lok! Pemuda yang pernah menjadi murid mendiang Pak-thian-ong Datuk Utara dan juga Thian-te Mo-ong Datuk Besar Selatan itu menonton perkelahian dengan penuh perhatian. Seperti kita ketahui, belum lama ini Ouw Kwan Lok bertemu dengan Lee Cin, seorang di antara tiga musuh-musuh gurunya yang harus dibunuhnya. Dua orang yang lain adalah Song Thian Lee dan isterinya, Tang Cin Lan. Akan tetapi dalam perkelahiannya melawan Lee Cin, dia kehilangan lengan kirinya. Untung dia masih dapat melarikan diri sehingga tidak sampai terbunuh oleh gadis perkasa itu. Dia mengobati luka di lengan buntungnya dan pagi hari ini secara tidak disengaja dia menjadi saksi sebuah perkelahian yang seru dan hebat antara dua orang datuk besar itu! Kwan Lok pernah bertanding melawan Thian Tok ketika dia menculik Ceng Ceng dan terpaksa dia melarikan diri me ninggalkan Ceng Ceng yang kemudian menjadi murid datuk itu. Dan kini dia melihat datuk yang pernah mengalahkan dia itu bertanding dengan seorang kakek yang bersenjatakan sebatang dayung baja. Biarpun dia belum pernah berjumpa dengan Siang Koan Bhok, akan tetapi dia telah mendengar banyak tentang Para datuk dari gurunya, maka dia segera mengetahui siapa adanya kakek gagah perkasa itu. Diapun tahu bahwa Siang Koan Bhok adalah ayah dari Siang Koan Tek yang telah dikenalnya dan mengetahui pula bahwa Siang Koan Tek telah tewas dalam perang ketika pasukan pemerintah kerajaan menyerbu pasukan pemberontak. Dia sendiri tidak ikut dalam perang karena sebelum itu lengannya sudah buntung oleh Lee Gin. Pertandingan antara kedua orang datuk itu semakin sera. Mereka telah bertanding hampir duaratus jurus, akan tetapi masih belum ada yang tampak terdesak. Agaknya tingkat kepandaian mereka memang seimbang, dan demikian pula tenaga mereka. Tiraikasih Website Akan tetapi kini perlahan-lahan Siang Koan Bhok mulai terdesak. Hal ini disebabkan karena dia baru saja sembuh dari luka dalam yang dideritanya ketika dia bertanding melawan Song Thian Lee. Kebutan bulu putih di tangan Thian Tok kini menyambar-nyambar dengan ganasnya dan Siang Koan Bhok hanya mampu mengelak dan menangkis saja, tidak mendapat kesempatan sedikitpun untuk membalas, bahkan jelas betapa napasnya mulai ngos-ngosan. Ouw Kwan Lok berpikir cepat. Mudah saja baginya untuk memihak siapa. Dengan tangan kanannya dia mengambil lima batang pisau terbangnya dan keluarlah dia dari balik pohon besar itu. Dengan hati-hati dia menimpukkan pisaupisaunya beruntun ke arah Thian Tok yang tengah bertanding dengan Siang Koan Bhok. "Wirrr-wirr-wirr-wirr-wirr......... Lima sinar menyambar ke arah tubuh Thian Tok. Kakek ini terkejut bukan main akan tetapi dia dapat melompat ke belakang dan memutar kebutannya sehingga pisau-pisau terbang itu runtuh semua. Akan tetapi Kwan Lok sudah melompat dan menerjangnya dengan pedangnya. Biasanya dia mempergunakan sepasang pedang di kedua tangannya, akan tetapi karena tangan kirinya sudah buntung, dia hanya menggunakan sebatang pedang saja. Akan tetapi serangannya masih berbahaya! Thian Tok mengelak dan pada saat itu, Siang Koan Bhok yang merasa mendapat bantuan juga sudah mengayun dayung bajanya sehingga Thian Tok dikeroyok dua. Karena ilmu silat Ouw Kwan Lok, biarpun sebelah tangannya buntung, masih tangguh sekali, maka pengeroyokannya membuat suasana pertandingan berubah. Kini Thian Tok terdesak hebat dan dia hanya main mundur! Masih untung baginya bahwa Siang Koan Bhok sudah hampir kehabisan tenaga maka dia masih mampu menghindarkan diri dari Tiraikasih Website desakan datuk itu. Melihat bahwa keadaannya berbahaya dan kalau dilanjutkan tentu dia akan kalah, Thian Tok lalu menggunakan gin-kangnya meloncat jauh keluar dari kalangan pertandingan sambil berseru keras. "Siang Koan Bhok manusia curang!' Dia lalu melarikan diri dengan amat cepatnya. Tubuhnya yang pendek gendut itu seperti bola menggelinding sekali. Siang Koan Bhok yang sudah kehabisan tenaga tidak mungkin dapat mengejarnya dan Ouw Kwan Lok tidak akan berani mengganggunya kalau hanya seorang diri. Maka, Thian Tok dapat melarikan diri dengan aman. Kini Siang Koan Bhok, dengan napas terengah-engah, berdiri memandang kepada Kwan Lok, matanya memancarkan perasaan tidak senang. Dia adalah seorang datuk yang angkuh, maka biarpun sudah dibantu orang, hal ini malah membuat dia marah karena hal itu dianggap merendahkan dirinya. "Siapa engkau dan mengapa engkau membantuku?" bentak kakek itu. Dari suara bentakannya, tahulah Kwan Lok bahwa kakek itu marah kepadanya. Dia cerdik sekali. Tiba-tiba Kwan Lok menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itth "Harap lo-cian-pwe memaafkan kelancangan saya. Saya bernama Ouw Kwan Lok dan saya adalah sahabat baik putera lo-cian-pwe, mendiang Siang Koan Tek. Secara kebetulan saja saya melihat lo-cian-pwe bertanding melawan Thian Tok. Saya sendiri pernah bentrok dengan Thian Tok, oleh karena itu biarpun saya tahu bahwa lo-cian-pwe sama sekali tidak akan kalah oleh Thian Tok, saya membantu untuk merobohkannya. Harap lo-cian-pwe suka memandang muka mendiang sahabat saya Siang Koan Tek untuk memaafkan kelancangan saya." Tiraikasih Website Senang hati Siang Koan Bhok mendengar kata-kata yang teratur baik dan sopan itu. "Hemm, permainan pedangmu seperti kukenal. Siapakah gurumu, Kwan Lok?" Kwan Lok juga tahu bahwa kedua orang gurunya adalah juga datuk-datuk besar, dapat dibilang rekan-rekan dari Siang Koan Bhok walaupun tingkat kepandaian Siang Koan Bhok menurut penuturan Thian-te Mo-ong lebih tinggi dari mereka. Maka diapun tidak perlu menyembunyikan diri dan dia menjawab dengan sikap hormat. "Guru saya yang pertama adalah mendiang Pak-thian-ong, adapun guru saya yang kedua adalah Thian-te Mo-ong. Kedua orang guru saya sudah bercerita banyak tentang kehebatan ilmu yang dimiliki lo-cian-pwe. Maka, setelah kini bertemu di sini secara kebetulan sekali, saya merasa beruntung sekali dan mohon petunjuk dari lo-cian-pwe." Siang Koan Bhok memandang wajah pemuda itu dengan hati senang. Dia telah kehilangan putera dan tidak mempunyai murid dan pemuda ini agaknya akan dapat menjadi muridnya yang baik, yang dapat digemblengnya dan kelak pemuda ini sebagai muridnya dapat mewakilinya untuk membalas dendam kepada Song Thian Lee! "Ouw Kwan Lok, bagaimana lengan kirimu sampai buntung? Apakah sejak kecil?" Mendengar ini, Ouw Kwan Lok nenggigit bibirnya dan matanya menjadi merah seolah dia menahan turunnya air mata karena duka. "Tidak sejak kecil, lo cian-pwe. Dan karena lengan saya buntung inilah maka saya tidak dapat ikut berperang bersama mendiang Siang Koan fek. Lengan saya ini buntung dalam usaha saya untuk membalaskan dendam kenatian guru saya Pak-thian-ong dan kesengsaraan hidup guru saya Thian-te Mo ong.” "Siapa musuhmu?" Tiraikasih Website "Musuh saya ada tiga orang, lo-cian pwe. Pertama Song Thian Lee, kedua isterinya Tang Cin Lan dan ke tiga Souw Lee Cin." "Dan siapa yang membuntungi lengan mu?" "Ketika kebetulan saya bertemu dengan Souw Lee Cin kami bertanding dan karena kurang hati-hati lengan kiri saya menjadi buntung, lo-cian-pwe." Siang Koan Bhok sudah senang sekali. Kiranya Song Thian Lee merupakan seorang di antara musuh-musuh pemuda ini. "Dengar baik-baik, Kwan Lok. Engkau sudah tahu bahwa puteraku Siang Koan Tek telah tewas dalam perang dan semua ini adalah karena perbuatan Song Thian Lee. Kalau aku mengambilmu sebagai murid dan anak angkat, maukah engkau kelak membalaskan kematian Siang Koan Tek kepada Song Thian Lee?" Bukan main girangnya rasa hati Kwan Lok. Dia memberi hormat sambil berlutut dan berkata. "Suhu yang mulia, tentu saja teecu akan merasa bahagia kalau dapat menjadi murid suhu, dan tentang membalas dendam kepada Song Thian Lee, teecu bersumpah untuk mela kukannya, sekalian untuk membalaskan kedua orang suhu teecu." "Bagus, kalau begitu mari kau ikut aku ke Pulau Naga." "Baik, silhu!" Pergilah kedua orang itu dan di sepanjang perjaalanan ke Pulau Naga, Kwan Lok bersikap baik sekali kepada gurunya. Dia melayani suhunya dan menyediakan segala keperluan suhunya dan bersikap sangat hormat. Siang Koan Bhok semakin girang dan bangga. Putera nya sendiri tidak pernah bersikap sedemikian baiknya seperti Kwan Lok. Maka dia mengambil keputusan untuk mewariskan seluruh ilmunya kepada murid ini. Tiraikasih Website -oomchoo- Mati dan hidupnya setiap orang manusia berada di tangan Tuhan. Hal ini tidak dapat dibantah oleh siapapun juga. Kalau Tuhan sudah menghendaki kematian seseorang, tidak ada dewa manapun akan mampu menyelamatkannya. Biar dia bersembunyi di lubang semut, maut akan tetap saja menjemput. Sebaliknya kalau Tuhan tidak menghendaki seseorang itu mati, dewa manapun tidak akan dapat membunuhnya. Biar dihujani seribu batang anak panah, tidak satupun ada yang mematikannya. Demikian pula dengan diri Cia Tin Han atau yang tadinya hanya dikenal se bagai Si Kedok Hitam oleh Souw Lee Cin. Ketika untuk ke sekian kalinya Si Kedok Hitam menolong Lee Cin terbebas dari tangan keluarga Cia, dia menyuruh Lee Cin lari dan bersembunyi sedangkan dia sendiri menghadapi keluarga Cia yang amat lihai. Nenek Cia demikian marah kepada Si Kedok Hitam sehingga ia menyerangnya dengan tongkatnya dan berhasil merenggut kain penutup muka itu. Alangkah kagetnya semua anggauta keluarga Cia itu ketika melihat bahwa wajah di balik kedok itu adalah wajah Cia Tin Han! Dan nenek Cia menjadi demikian marah melihat bahwa cucunya sendiri yang menentang mereka, lalu mengirim tendangan yang membuat tubuh Tin Han terlempar ke dalam jurang di belakangnya. Jurang yang tak terukur dalamnya, bahkan dasarnya tidak tampak dari atas karena selalu berkabut. Cia Tin Han adalah seorang pemuda berusia duapuluh dua tahun, berwajah tampan dan sikapnya seperti seorang pemuda terpelajar yang tidak mengenal ilmu silat! Namun, dia pemberani luar biasa, selalu gembira dan jenaka. Ketika Tin Han masih kecil, bersama kakaknya yang bernama Cia Tin Siong dan yang lebih tua dua tahun darinya, diapun dididik ilmu silat oleh keluarga Cia yang Tiraikasih Website terkenal memiliki ilmu silat yang tangguh. Akan tetapi Tin Han sejak kecil kurang berminat mempelajari ilmu silat dan lebih bersemangat mempelajari kesusasteraan. Akan tetapi ketika Tin Han berusia sepuluh tahun, terjadi hal yang luar biasa. Pada suatu hari dia ber main seorang diri dan entah apa yang mendorongnya, dia mendaki bukit Lo-sian-san Bukit Dewa Tua yang berada dekat kota Huicu. Bahkan kota Hui-cu terletak di kaki bukit itu. Dia terus mendaki sampai ke puncak bukit itu dan setelah tiba di puncak dia menjadi bingung bagaimana harus turun ke sana. Ketika mendaki puncak, dia melewati daerah berhutan yang merupakan daerah liar. Tidak ada jalan untuk turun karena naiknya tadipun dia tidak menurutkan jalan setapak, hanya berusaha mendaki saja. Kini dia menjadi bingung karena setelah dicobanya turun, selalu dia berhadapan dengan jurang yang dalam! Tin Han adalah seorang anak yang berani dan tidak pernah menangis. Walau pun dia bingung sekali,diapun tidak menangis dan tidak pernah berhenti berusaha mencari jalan turun. Akan tetapi, jalan yang di ambilnya bahkan membuat dia tersesat jauh dan hanya berputar-putar di sekeliling puncak itu. Sampai hari menjadi sore dia masih berputar-putar di situ. Akhirrnya terpaksa dia berhenti karena selain kedua kakinya terasa lelah sekali, juga perutnya lapar, membuat dia kehabisan tenaga dan tubuhnya terasa lemas. Selagi dia duduk di bawah pohon untuk mengaso, cuaca mulai menjadi remang- remang karena senja telah tiba. Dia merasa bingung, akan tetapi dia tidak takut. Tiba- tiba terdengar suara auman yang menggetarkan jantung dan Tin Han melompat berdiri. Tahu-tahu di depannya telah berdiri seekor harimau kumbang yang cukup besar, yang mendesisdesis dan memperlihatkan taringnya ketika binatang itu melihat Tin Han. Tiraikasih Website Anak lain tentu sudah menangis dan tubuhnya menjadi lumpuh berhadapan dengan harimau itu. Akan tetapi Tin Han dengan tabah lalu menakut-nakuti harimau itu dengan menggereng pula dan tangannya mengambil sebongkah batu untuk disambitkan kepada harimau. Akan tetapi, harimau itu pandai mengelak lalu mengaum lagi, kini siap untuk meloncat dan menerkam bocah yang berani menye rangnya itu. Tin Han menyambar sepotong kayu dari bawah pohon dan siap- untuk melawan. Dia tidak akan menyerah begitu saja! Dengan penuh keberanian dia memegang tongkat kayu itu dan siap memukul kalau harimau itu berani mendekatinya. Tiba-tiba harimau itu menggereng dan melompat, menerkam ke arah Tin Han. Akan tetapi berbareng dengan itu sebuah sinar hitam menyambar dan ternyata sinar itu adalah sepotong batu yang menyambar cepat dan mengenai hidung harimau itu. Harimau itu terpelanting dan menggereng kesakitan, memandang Tin Han dengan bingung. Mendadak menyambar lagi sepotong batu yang mengenai kepalanya. Batu itu menyambar demikian kuatnya sehingga harimau itu menggereng kesakitan lalu membalikkan tubuhnya dan lari tunggang langgang meninggalkan Tin Han. Tentu saja Tin Han merasa heran bukan main. Tiba-tiba terdengar seruan dari belakangnya. "Sian-cai......... !” Dia cepat memutar tubuhnya dan melihat seorang kakek berpakaian kuning berdiri di situ. Kakek ini sudah tua, paling sedikit enampuluh lima tahun usianya dan berjenggot panjang putih, akan tetapi kepalanya botak dan dia memakai sebuah topi kain. Melihat kakek itu, Tin Han yang cerdik mengerti mengapa harimau itu tadi melarikan diri. Kiranya kakek ini yang telah menolongnya dan menyambitkan batu kepada harimau itu. Tiraikasih Website Dengan sikap hormat dia lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu. "Terima kasih atas pertolonganmu, kakek yang baik. Kalau tidak ada kakek yang menolong, tentu sekarang saya sudah berada dalam perut harimau tadi!" katanya sambil memberi hormat. Kakek itu mengelus jenggotnya yang panjang. "Anak yang baik, engkau tidak takut menghadapi harimau itti?" "Saya tidak takut dan akan melawan mati-matian, kek." "Siapakah namamu, anak yang baik?" "Nama saya Cia Tin Han, kek." Kakek itu melebarkan kedua matanya yang sipit. "Ah, kiranya engkau ini keturunan keluarga Cia yang berada di Hui on?" "Benar sekali, kek." "Engkau tentu pandai bersilat maka begitu berani." "Tidak, kek. Aku tidak pandai silat, malah aku tidak senang mempelajari ilmu silat." "Ehhh? Bukankah engkau ini keturunan keluarga Cia? Siapakah ayahmu, anak Cia Hok atau Cia Bhok?" "Paman Cia Hok dan paman Cia Bhok belum menikah, kek. Saya adalah anak ayah Cia Kun" "Hemm, bagus. Cia Kun itu putera pertama dari nenek Cia, tentu ilmu silatnya lihai. Kenapa engkau tidak suka belajar silat?" "Ilmu silat itu kasar dan hanya dipakai untuk berkelahi saja. Aku tidak suka berkelahi." "Ha-ha, akan tetapi ada kalanya engkau dipaksa untuk berkelahi, sepert ketika engkau bertemu dengan harima tadi. Kalau engkau pandai silat, tentu engkau akan mampu Tiraikasih Website mengalahkan harimau tadi. Begini saja, engkau mempelajari ilmu silat dari aku, bagaimana? Tidak perlu orang tuamu dan keluarga Cia tahu. Aku mengajarmu dengan diam-diam dan engkau boleh terus menyembunyikan kepandaianmu. Sekali waktu kepandaianmu itu tentu akan ada gunanya." "Aku tidak suka, kek." Kakek itu mengerutkan alisnya. "Hemm, engkau anak yang keras hati. Baiklah, kalau begitu aku tidak akan menunjukkan jalan pulang padamu. Hendak kulihat sampai di mana kekerasan hatimu. Setelah berkata demikian, sekali berkelebat kakek itu sudah lenyap dari depan Tin Han. Tin Han menjadi bingung. Hari sudah hampir malam dan dia masih belum dapat pulang. Karena mencari jalan pulang di waktu malam gelap lebih tidak mungkin lagi, maka dia lalu memanjat pohon itu dan bertekad melewatkan malam di atas pohon. Dengan demikian tidak akan ada harimau yang mengancamnya! Dia sudah melupakan lagi kakek tadi. Semalam suntuk Tin Han tidak dapat memejamkan matanya. Dia takut kalau sampai tertidur lalu terjatuh dari atas pohon. Malam itu dinginnya menembus tulang. Dia kedinginan dan kelaparan. Akan tetapi tetap saja dia tidak mengeluh apa lagi menangis. Pada keesokan paginya, dia turun dari atas pohon dan kembali dia berusaha mencari jalan untuk menuruni puncak. Dan seperti juga kemarin, usahanya tidak pernah berhasil dan dia hanya berputar-putar sekeliling puncak. Perutnya semakin lapar dan tenaganya semakin habis. Akhirnya dia tiba di bawah pohon yang kemarin di mana dia berhadapan dengan kakek itu. Dia benar-benar bingung. Kedua kakinya seperti patah-patah rasanya dan seluruh tubuhnya lemas. Malam kembali tiba. Sehari tadi dia hanya dapat mengisi perutnya dengan air yang didapatnya dalam perjalanan mencari jalan turun itu. Kini perutnya terasa perih sekali dan sering berkeruyuk. Setelah malam tiba, Tiraikasih Website kembali dia memanjat pohon dan berdiam di atas pohon. Akan tetapi rasa kantuk menyerangnya. Tak tertahankan rasanya. Matanya terpejam dan diapun jatuh tertidur. Akan tetapi tubuhnya terguling dari atas batang pohon dan tubuh itu tentu telah terbanting ke atas tanah sekiranya dia tidak cepat mencengkeram ke kanan kiri dan berhasil mencengkeram ranting pohon. Dengan sisa tenaga yang masih ada, dia mengangkat tubuhnya kembali sehingga dapat duduk di atas ba tang pohon. Tin Han sudah lemas sekali. Akan tetapi dia berkeras hati untuk bertahan dan menggosok-gosok kedua matanya sampai pedih sehingga dia tidak sampai tertidur. Pada keesokan paginya dia sudah tidak dapat turun dari pohon itu. Ketika dicobanya untuk turun, kaki tangannya gemetar dan tidak bertenaga sama sekali sehingga dia hanya mendekap batang pohon itu dan tidak dapat turun. Tiba-tiba di bawah pohon telah berdiri kakek yang kemarin dulu berada di situ. Kakek itu menengadah dan melihat Tin Han memeluk batang pohon, dia tertawa. "Bagus! Kekerasan hatimu luar biasa dan daya tahanmu juga luar biasa. Engkau berbakat baik sekali. Cia Tin Han, aku mau menolongmu turun dan memberi makan, akan tetapi berjanjilah dulu bahwa engkau suka menjadi muridku. Engkau akan kuantar pulang dan secara diamdiam aku akan mengajarkan silat kepadamu! Bagaimana? Apakah engkau memilih mati kelaparan di atas pohon itu dari pada menjadi muridku? Apakah engkau sebodoh itu?" Tin Han berpikir keras. Tentu saja bodoh sekali kalau dia memilih mati. Biarlah dia berjanji menjadi murid kakek itu. Kelak kalau kakek itu melihat dia tidak berbakat, tentu akan berhenti sendiri mengajar. "Baiklah, kakek. Saya mau menjadi muridmu," katanya dengan suara lemah. Tiraikasih Website Kakek itu tertawa bergelak, tubuhnya tiba-tiba melayang naik ke atas pohon. Dia memegang lengan Tin Han lalu melayang lagi ke bawah membawa Tin Han yang akhirnya dapat selamat tiba di atas tanah. Karena kedua kakinya lemas, Tin Han jatuh `berluttit dan diapun memenuhi janjinya, menyebut, "Suhu. ..... !" dan memberi hormat. "Ha-ha-ha, ketahuilah, Tin Han. Aku ini bukan orang lain karena aku adalah suheng dari nenekmu. Nenek Cia adalah adik seperguruanku, akan tetapi sudah lama aku menghilang dari dunia ramai sehingga nenekmu sendiri tentu mengira bahwa aku sudah mati. Dahulu sekali, orang menyebutku dengan kata-kata pujian, akan tetapi aku sudah melupakan itu dan sekarang, karena aku memang tidak mempunyai nama, bagimu aku adalah Bu Beng Lo-jin Orang Tua Tak Bernama. Mulai saat ini engkau menjadi muridku. Aku akan menentukan di mana engkau akan belajar dariku. Sekarang, lebih dulu makan dan minumlah!" Dari balik jubahnya kakek itu mengeluarkan sepotong besar roti kering dan daging kering, juga sebuah guci yang isinya air jernih. Tanpa disuruh dua kali Tin Han lalu makan roti dan daging kering. Dia minum air dari guci itu dan perutnya terasa kenyang, tenaganya pulih kembali. "Sekarang mari ikuti aku pulang. Kalau ditanya keluargamu katakan saja bahwa engkau tersesat selama dua hari dua malam. Kemudian kau boleh pulang bersama keluargamu. Akan tetapi setiap malam engkau harus pergi keluar dari kota Hui-cu, di luar pintu gerbang utara dan aku akan menantimu di sana." Mereka lalu menuruni puncak. Karena kalek itu mengenal jalan, maka sebentar saja mereka sudah tiba di lereng bukit Lo-sian. Tiba-tiba mereka mendengar suara memanggil-manggil namanya. "Tin Han......... Tin Han......... Tiraikasih Website Tin Han mengenal suara ayahnya. Bu Beng Lo-jin lalu berkata, "Nah, engkau. temuilah mereka. Aku akan pergi dulu. Ingat, malam nanti di luar pintu gerbang utara." Setelah berkata demikian, sekali berkelebat kakek itu sudah menghilang. "Tin Han......... !" Suara itu kembali terdengar. "Ayah, aku berada di sini!" Tin Han berseru sambil berlari menghampiri ke arah suara. Tak lama kemudian dia melihat ayahnya, kedua orang pamannya dan juga neneknya berlarilari menghampirinya. "Tin Han.......... !" Cia Kun membungkuk lalu memondongnya. "Engkau membikin kami gelisah setengah mati! Ke mana saja engkau pergi?" tanya ayah yang merasa girang bukan main melihat anaknya yang kedua ini dalam keadaan selamat. "Aku bermain-main di puncak, lalu tersesat dan tidak dapat turun sampai dua hari dua malam," kata Tin Han. Nenek Cia menghampiri Tin Han dan memegang lengannya untuk merasakan denyut nadinya. Nenek itu mengerutkan alisnya dan memandang heran. "Akan tetapi engkau tidak kelaparan! Apa saya, yang kaumakan?" tanyanya sambil memandang dengan tajam penuh elidik. Tin Han maklum akan kelihaian nenek yang tentu tidak dapat dibohongi bahwa dia tidak makan apa-apa, maka diapun lalu berkata, "Aku kelaparan dan aku memetik daundaun muda untuk kumakan, nek. Dan minum air jernih. Untung tadi aku menemukan jalah turun." Nenek Cia percaya dan dengan gembira keluarga itu membawa Tin Han pulang. Demikianlah, mulai malam itu, Tin Han diam-diam meninggalkan rumahnya, lalu pergi keluar pintu gerbang utara, di mama Bu Beng Lo-jin sudah Tiraikasih Website menunggu dan dia dibawa ke sebuah kuil tua yang sudah tidak dipakai lagi di luar hutan dan' mulai mengajarkan ilmu silat kepadanya. Sungguh aneh. Setelah diberi petunjuk oleh kakek itu, timbul keinginan Tin Han untuk belajar dengan sungguhsungguh. Pengalamannya tersesat di puncak itu agaknya telah menyadarkannya bahwa ilmu silat amat berguna untuk membela diri dari bahaya. Untuk menghilangkan kecurigaan keluarganya, terutama nenek Cia, mulai hari itu Tin Han mau juga dilatih ilmu silat oleh ayahnya. Dia mulai mengenal ilnu silat keluarga Cia, akan tetapi dibandingkan dengan kakaknya, Cia Tin Siong, dia ketinggalan jauh dalam ilmu silat keluarga mereka itu. Semua ilmu yang dipelajarinya dari Bu Berg Lo-jin dirahasiakan dan tidak pernah diperlihatkan kepada siapapun juga. Setelah mempelajari ilmu silat selama sepuluh tahun, dalam usia duapuluh tahun, Tin Han ditinggalkan Bu Beng Lo jin. "Engkau sudah maju pesat sungguhpun belum mencapai kesempurnaan dalam ilmu silatmu. Dengan ilmu silatmu sekarang, agaknya sudah sukar dicari orang yang dapat mengalahkanmu. Sudah tiba waktunya kita berpisah, Tin Han. Ingat, Jangan sekali-kali menceritakan tentang diriku kepada siapapun juga." Bu Beng Lo-jin meninggalkan Tin Han. Pemuda ini dalam pandangan keluarganya tetap sebagai seorang pemuda yang lebih pandai ilmu sastra ketimbang !mu silat. Mereka menganggap bahwa ilmu silat yang dikuasai Tin Han tidak terlalu tinggi, tidak seperti yang dikuasai Cia Tin Siong. Dan selalu Tin Han juga bersikap seperti seorang pemuda yang lemah lembut. Akan tetapi pemuda ini mewaris watak patriot dari keluarganya. Ia pun membenci pemerintah penjajah Manchu. Dia tidak dapat tinggal diam saja meliha betapa Tiraikasih Website penjajah Mancu menguasai tanah airnya. Berbeda dengan keluarganya yang menentang penjajah secara terangterangan, Tin Han menentang secara diam-diam Bahkan setiap kali dia melakukan sesuatu untuk menentang para penjajah, dia selalu mengenakan pakaian hitam dan juga topeng hitam sehingga dia hanya dikenal sebagai Si Kedok Hitam. Hanya ada perbedaan antara sikap Tin Han dan sikap keluarga Cia. Keluarg. Cia membenci semua orang yang memegang kedudukan sebagai pembesar Mancu dan memusuhi mereka. Bahkan keluarga Cia tidak segan-segan untuk bersekutu dengan orang-orang golongan hitam untuk memberontak. Akan tetapi Tin Han tidak demikian. Dia seorang patriot sejati yang tidak sudi bersekutu dengan perjahat, bahkan dia bersikap sebagai seorang pendekar yang menentang kejahatan walaupun hal inl dilakukan dengan diam-diam pula. Setelah ditinggalkan gurunya, banyak yang sudah dikerjakan Tin Han secara diam-diam. Bahkan ketika dia mendengar betapa Beng-cu, yaitu pemimpin dunia kangouw, direstui oleh pemerintah Mancu, dia menjadi penasaran dan menganggap Beng-cu itu sebagai antek Mancu. Diam-diam dia lalu mendatangi Beng-cu Souw Tek Bun di Hong-san dan menantangnya. Dalam pertandingan yang seru, dia terluka sedikit lengannya oleh pedang yang lihai dan Souw Tek Bun, akan tetapi sebaliknya, dia berhasil memberi pukulan yang dahsyat kepada Beng-cu itu sehingga Souw Tek Bun menderita luka lalam yang cukup parah. Perbuatan inilah yang membuat Souw Lee Cin mendendam kepada Si Kedok Hitam! Ia mendengar dari ayahnya bahwa penyerangnya adalah seorang pemuda berkedok hitam dan Lee Cin berangkat pergi untuk mencari Si Kedok Hitam untuk membalas dendam. Tiraikasih Website Dalam kisah Dewi Ular sudah diceritakan dengan jelas tentang pertemuan Lee Cin dengan Si Kedok Hitam. Aka tetapi berulang kali Si Kedok Hitam menyelamatkan Lee Cin sehingga membuat gadis ini menjadi bingung. Di satu pihak dia mendendam kepada Si Kedok Hitam, yang sudah melukai ayahnya akan tetapi di lain pihak berulang kali dia diselamatkan oleh Si Kedok Hitam. Paling akhir, kembali Lee Cin yang dikeroyok keluarga Cia diselamatka oleh Si Kedok Hitam. Gadis ini lari bersembunyi dan mengintai bagaimana Si Kedok Hitam dikeroyok oleh keluargga Cia. Ia melihat pula ketika Nenek Cia menggunakan tongkatnya untuk merenggut lepas topeng hitam sehingga ia melihat bahwa Si Kedok Hitam itu bukan lain adalah Cia Tin Han! Akan tetapi ketika itu, Nenek Cia yang marah sekali melihat bahwa orang yang selama ini menentangnya adalah cucunya sendiri, mengiri tendangan yang membuat Tin Han terlempar dan jatuh ke dalam jurang yang teramat dalam! Akan tetapi ketika gadis itu mencari jenazah pemuda yang terjatu dari tempat yang demikian tinggi, ia tidak dapat menemukan jenazah itu! Tin Han telah lenyap seperti ditelan bumi. Apakah yang telah terjadi dengan Tin Han? Benarkah dia mati ketika terjatuh ke dalam jurang yang demikian dalamnya? Tuhan Yang Maha Kuasa agaknya belum menghendaki kematian pemuda ini! Ketika dirinya tertendang dan terlempar jatuh ke dalam jurang, Tin Han masih sadar. Dia merasakan tubuhnya melayang, makin lama semakin cepat dan dia tidak dapat berdaya. Kepalanya menjadi pening dan matanya menjadi gelap. Dia tidak dapat berdaya untuk menolong diri sendiri, maka diapun sudah pasrah saja, memejamkan matanya dan menghadapi kematian. Namun tiba-tiba sekali sesosok bayangan hitam menyambar dari atas dan Tin Han merasa tubuhnya Tiraikasih Website tertahan dari kejatuhannya. Punggung bajunya terkait sesuatu, akan tetapi tubuhnya tidak berhenti melainkan melayang terus ke depan, tidak jatuh ke bawah! Diapun mendengar kelepak sayap burung. Ketika dia berdongak dan memandang ke atas, matanya terbelalak dan dia terkejut setengah mati karena mendapatkan dirinya dicengkeram oleh seekor burung rajawali hitam yang sangat besar! Cengkeraman kaki burung itulah yang mengait punggung bajunya dan kini burung itu membawanya terbang ke arah depan, dengan kecepatan yang membuat dia pening! Tin Han menggoyang kepalanya untuk mengusir kepeningannya dan mulai berpikir. Apa yang harus dilakukannya? Kalau dia meronta dan memegang kaki burung lalu menghantamnya, tentu dia akan celaka. Kalau burung itu melepaskan cengkeram kakinya, tentu dia akan terjatuh ke bawah! Akan tetapi kalau membiarkan dirinya, dia hendak dibawa ke manakah? Mungkin ke sarang burung itu, di mana dia, akan dimangsa bersama anak-anaknya. Akan tetapi kemungkinan kedua ini lebih baik. Kalau dia sudah dilepaskan oleh burung itu, dimana saja, baru dia akan melawan burung itu dan mengusirnya. Maka, diapun diam saja dan diam-diam mengumpulkan hawamurni untuk menghimpun kekuatan agar nanti dapat dipergunakan untuk melawan burung rajawali hitam yang amat besar ini. Dari atas dia melihat bahwa rajawali hitam itu membawanya terbang ke arah sebuah bukit, bukan lagi bukit Lo-sian, melainkan sebuah bukit yang berdekatan dengan Lo-sian-san. Dia teringat bahwa bukit itu disebut Bukit Hitam karena dari jauh hutan-hutannya yang lebat membuat bukit itu tampak menghitam. Hutan-hutannya amat besar dan liar, dan kabarnya tidak pernah ada orang berani memasuki hutan itu. Dan kini rajawali hitam itu membawanya ke bukit yang menakutkan itu! Tiraikasih Website Setelah tiba di atas bukit itu, rajawali mulai turun lalu terbang berputaran di atas puncak bukit. Tak lama lagi aku tentu akan diturunkan di sarangnya, pikir Tin Han dan dia sudah bersiap-siap untuk menyerang begitu diturunkan. Kini rajawali hitam itu terbang berputaran di atas sebuah pondok yang terdapat di puncak itu! Sebuah pondok! Tempat tinggal manusia, bukan sarang burung. Beberapa kali burung itu mengeluarkan teriakan yang melengking, memekakkan telinga Tin Han. Dia melihat dua orang keluar dari pintu pondok itu dan mereka berdongak ke atas, lalu menuding-nuding ke arah burung. Seorang di antara mereka lalu berseru dengan suara nyaring, "Hek-tiauw ko Rajawali Hitam, turunkan pemuda itu di sini perlahan-lahan!" Burung itu seperti mengerti ucapan orang itu, lalu menyambar turun dan setelah dekat dengan tanah, dia melepaskan cengkeramannya. Tin Han melompat turun dan dapat hinggap di atas tanah dengan selamat. Burung itupun turun tak jauh dari situ, lalu membersihkan bulu-bulunya dengan paruhnya. Tin Han merasa kecelik. Burung itu tidak hendak menjadikan dia sebagai mangsanya, melainkan menyerahkan kepada majikannya. Dia cepat memutar tubuh menghadapi kedua orang itu dan dia terbelalak, lalu cepat menjatuhkan dirinya berlutut. "Suhu.......... !!!" Dia berseru girang sekali. Kiranya seorang di antara kedua orang itu adalah Bu Beng Lo-jin, gurunya ang sudah hampir dua tahun meninggalkannya. "Tin Han, tidak kami sangka engkau orangnya yang dibawa Hek-tiauw-ko ke sini. Bagaimana asal mulanya engkau dapat dibawa burung itu ke sini?" "Suhu, kalau tidak ada burung rajawali itu yang menolong teecu, sekarang teecu tentu sudah mati. Teecu Tiraikasih Website terjatuh dari tebing gunung yang amat curam, lalu disambar oleh burung rajawali ini." "Ha-ha-ha, sungguh kebetulan sekali. Memang burung itu dilatih untuk itu. Dan engkau harus menghaturkan terima kasihmu kepada sahabatku ini. Karena Thay Kek Cinjin inilah yang menjadi majikan Hek-tiauw-ko!" Bu Beng Lojin -nenunjuk kepada seorang kakek lain yang sejak tadi berdiri di sebelahnya. Tin Han memandang kakek itu dan terkejut melihat sinar mata kakek itu yang ketika memandangnya dia merasa seperti ada kilat menyambar. Begitu penuh wibawa sinar mata itu. Tin Han lalu berlutut di depan kakek itu dan berkata, "Teecu Cia Ti Han menghaturkan terima kasih kepada locian- pwe." Kakek itupun berjenggot panjang dan dia mengelus jenggotnya sambil berseru, "Sungguh kalau sudah jodoh tak dapat dihalangi lagi. Hek-tiauw-ko sudah menyelamatkanmu, itu berarti sudah jodoh. Dan pinto saya tidak dapat menentang takdir. Bu Beng Lo-jin, kebetula sekali yang berjodoh itu muridmu sendiri sehingga pinto tidak akan meragukan lagi wataknya!" "Ha-ha-ha! Tin Han, mengertikah engkau? Cepat haturkan terima kasih karena baru saja They Kek Cin-jin ini menerima engkau menjadi muridnya! Peruntunganmu sungguh baik sekali. Terlepas dari cengkeraman maut bahkan bertemu dengan seorang manusia dewa yang sukar dicari keduanya di dunia ini, ha-ha ha!" Tin Han terkejut dan girang sekali. Kiranya kakek tadi bicara soal jodoh antara guru dan murid. Tentu saja dia girang dan cepat dia memberi hormat sambil berlutut, lalu menyebut, "Suhu, teecu siap melaksanakan semua petunjuk suhu." Tiraikasih Website Kakek yang disebut sebagai Thay sek Cin-jin itu mengangguk-angguk dan berkata, "Tin Han, jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada Hek-tiauw-ko atau dia akan menganggap engkau seorang manusia yang tidak mengenal budi." Tin Han lalu bangkit berdiri dan menghampiri burung itu. Burung itu besar sekali, tingginya lebih dari Tin Han. Tin Han lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada, memberi hormat kepada burung itu dan berkata, "Hek-tiauw-ko, aku mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu yang sudah menyelamatkan nyawaku." Burung itu mengangkat muka ke atas dan mengeluarkan bunyi nyaring tiga kali, kemudian mengebut-ngebutkan sayapnya dan terbang melayang berputaran di atas pondok itu. Dua orang kakek itu tertawa dan Thay Kek Cin-jin berkata, "Hek-tiauw-ko tidak mengenal terima kasih dan sikap Tin Han hanya membuat dia malu." Diam-diam Tin Han kagum bukar main kepada burung itu. Bu Beng Lo-jin lalu menghampirinya dan berkata, "Nah, Tin Han. Engkau berdiamlah di sini dan jadilah murid yang baik dari Thay Kek Cin-jin." "Ha-ha-ha, Bu Beng Lo-jin. Pinto tidak dapat lama-lama berdiam di sini. Paling lama pinto hanya dapat mengajarkan ilmu selama tiga bulan saja kepada Tin Han," kata Thay Kek Cin-jin. Bu Beng Lo-jin lalu berkata lagi kepada Tin Han. "Tin Han, kalau dia mau mengajarmu selama tiga bulan, itu sama saja dengan kalau engkau belajar selam sepuluh tahun dariku. Cepat haturkan terima kasih!" Tin Han terkejut dan girang, lalu menghaturkan terima kasih kepada gurunya yang baru. Tiraikasih Website "Thay Kek Cin-jin, sekarang terpaksa aku harus meninggalkan tempat ini. Sudah tiga hari tiga malam aku tinggal sini, sudah cukup lama. Selamat berpisah kawan, dan engkau rajin-rajinlah mempelajari ilmu di sini, Tin Han!" "Sian-cai ...... engkau selalu melakukan perjalanan. Kapankah perjalananmu itu akan berhenti, sobat?" kata Thay Kek Cin-jin. "Bukankah hidup ini suatu perjalanan? Aku menurutkan hati dan kakiku, Cin-jin dan selama ini hati dan kakiku tak pernah mengecewakan aku. Nah, selamat tinggal!" Setelah berkata demikian, Bu Beng Lo-jin berkelebat dan lenyap dari situ. "Nah, Tin Han. Pinto hanya dapat memberi bimbingan kepadamu selama tiga bulan saja. Karena itu pinto harus melihat dulu sampai di mana tingkat kepandaianmu. Hektiauw- ko yang akan menjadi teman berlatih untukmu." Kakek itu lalu mengeluarkan suara melengking pendek dan burung rajawali hitam itu lalu menyambar turun dan hinggap di atas tanah depan Thay Kek Cin-jin. "Hek-tiauw-ko, engkau harus melayani Tin Han ini berlatih setiap kali dikehendakinya. Sekarang, ujilah kepandaiannya, akan tetapi jangan melukainya!" Burung itu seperti mengerti ucapan orang dan dia lalu berloncatan menghadapi Tin Han, lain mengeluarkan suara pendek tiga kali seperti menantang bertanding! "Bersiaplah, Tin Han. Jangan pandang ringan Hek-tiauwko atau engkau akan dirobohkan dalam beberapa gebrakan saja! Mulailah, engkau boleh menyerangnya lebih dulu!" Tin Han menaati perintah ini. Dia lain menerjang ke depan untuk menghantam ke arah dada burung rajawali itu. Tiraikasih Website "Wuuuutt ..... plakk!" Tin Han terkejut sekali ketika sayap burung itu menangkis pukulannya dan hampir saja dia terpelanting. Demikian kuatnya sayap itu. Hal ini membuatnya lebih berhati-hati dan dia lalu menerjang lagi, menampar ke arah kepala burung sambil melompat ke atas. Akan tetapi kembali sayap burung menangkis dan Tin Han menarik kembali tamparannya lalu kakinya menendang ke arah perut burung. Hek-tiauw-ko kembali dapat mengelak dan mereka lalu bertanding dengan serunya. Tin Han membatasi pukulannya karena dia tidak mau melukai burung yang telah menyelamatkan nyawanya. Burung itupun menyerang dengan patukan paruhnya dan sabetan sayapnya. Akan tetapi Tin Han yang maklum akan besarnya tenaga burung itu, mempergunakan kelincahannya untuk mengelak dan balas menyerang. Akan tetapi sampai limapuluh jurus, belum juga dia dapat mengalahkan Hektiauw- ko, bahkan ketika burung itu membuka kedua sayapnya dan menyerang dengan kedua sayap bergantian, dia men jadi terdesak dan terhuyung. "Cukup!" kata Thay Kek Cin-jin dan burung itupun menghentikan gerakannya dan melompat ke belakang. Juga Tin Han menghentikan gerakannya, lalu menghadap gurunya. Tiraikasih Website "Bagus, ternyata tidak sia-sia Bu Beng Lo-jin memimpinmu selama sepuluh tahun, Tin Han. Ilmu kepandaianmu sudah cukup bagus dan kalau engkau tidak membatasi tenagamu, belum tentu Hek-tiauw-ko akan mampu mempertahankan diri terhadap serangamu. Dalam waktu tiga bulan ini, pinto akan mengajarkan cara menghimpun sin-kang untuk memper kuat sin-kang dalam tubuhmu dan semacam ilmu silat tangan kosong yang pinto ambil dari gerakan-gerakan Hek-tiauw-ko. Ilmu silat ini boleh kau namakan Hektiauw-kun Silat Rajawali Hati Kosong. Disebut demikian karena untuk dapat menghimpunnya, engkau harus dapat mengosongkan semua hati akal pikiranmu, dan kalau engkau sudah dapat melatih sampai ke puncaknya, kiranya akan sukar ada orang dapat menandingi sin-kangmu itu. Nah, kini perhatikan Hektiauwkun yang harus kaupelajari baik-baik." Kakek itu lalu bersilat dan banyak gerakannya mirip dengan gerakan burung rajawali, kedua lengan menjadi seperti sayap dan kedua kaki menjadi cakar. Bahkan kepala dapat dipergunakan untuk menyerang seperti seekor burung rajawali menyerang dengan paruhnya. Mulai hari itu, Tin Han belajar ilmu silat dengan tekun sekali. Selain mempelajari ilmu silat, diapun melayani suhunya dengan baik. Mencarikan sayur-sayuran yang disukai gurunya, memasakkan masakan dan mencarikan air minum. Semua dilakukan dengan tekun dan penuh perhatian sehingga hati Thay Kek Cin-jin menjadi semakin suka kepada pemuda itu. Baru sebulan belajar, Hektiauw-ko sudah tidak mampu melawannya. Dalam belasan jurus saja dia sudah mampu merobohkan burung itu sehingga terpelanting dan akhirnya burung itu tidak mau lagi diajak berlatih! Waktu berlalu dengan amat cepatnya dan tahu-tahu tiga bulan telah lewat! Akan tetapi, Tin Han sudah mampu Tiraikasih Website menguasai dua ilmu itu dalam waktu tiga bulan! Hal ini bukan karena ilmunya yang mudah dipelajari, akan tetapi karena dia telah memiliki dasar yang kuat yang diberikan oleh Bu Beng Lo-jin dan terutama sekali karena ketekunannya. Setiap hari dia berlatih sampai jauh malam! Setelah lewat tiga bulan, pada suatu hari Thay Kek Cinjin memanggilnya. Tin Han yang telah tahu bahwa waktunya tiba, segera menghadap kakek itu dan dia berlutut di depan kakinya. "Tin Han, engkau tentu telah mengetahui bahwa waktu tiga bulan yang kuberikan kepadamu telah tiba. Hari ini engkau harus berpisah dari pin-to. Pinto sendiri akan pergi meninggalkan tempat ini dan entah kapan akan kembali. Pesan pin-to yang terakhir, jangan meniru perbuatan keluarga Cia yang demi perjuangan tidak segan untuk bersekutu dengan orang jahat dan orang Jepang seperti yang telah kauceritakan kepada pin-to. Pendapatmu sudah benar. Perjuangan mengusir penjajah Mancu baru akan dapat terlaksana kalau semua orang gagah semua penjuru bersatu menghimpun tenaga rakyat, karena hanya rakyat dengan pimpinan pendekar patriot sejati saja yang akan mampu mengusir penjajah Mancu yang saat ini sangat kuat. Sebelum mendapat kesempatan ke arah itu, engkau bertindaklah sebagai seorang pendekar yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan, menolong yang lemah tertindas dan menentang yang kuat sewenangwenang. Ingat, banyak pejabat Mancu yang terdiri dari orang-orang Han yang gagah perkasa dan mereka itu sedikit banyak mengurangi penindasan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyat. Kebiasaan yang dahulu dengan menyembunyikan diri di balik kedok adalah suatu hal yang baik dan menguntungkan. Membantu dan menolong orang tidak perlu menonjolkan diri dan tidak perlu dikenal, selain itu engkau tidak mudah dicari oleh orang-orang Mancu yang Tiraikasih Website mungkin akan mengejar ngejarmu sebagai seorang penjahat yang menentang pemerintah. Mengertikah engkau, Tin Han?" "Teecu mengerti, suhu. Ada satu hal yang. teecu mengharapkan akan mendapat persetujuan suhu." "Hemm, katakanlah. Apa itu?" "Kalau teecu menyembunyikan diri di balik kedok, teecu harus menyembunyikan juga nama aseli teecu. Karena itu, kalau suhu menyetujui, teecu akan memakai nama Hektiauw- ko sebagai nama samaran karena biasanya teecu memang suka mempergunakan pakaian serba hitam." "Ha-ha-ha, bagus sekali! Pin-to setuju! Engkau boleh memakai nama Hektiauw Eng-hiong Pendekar Rajawali Hitam, akan tetapi ingat, jangan mencemarkan nama baik Hek-tiauw-ko yang pernah menyelamatkan nyawamu." "Teecu akan menaati semua pesan suhu." "Nah, sekarang pin-to akan pergi!" Kakek itu lalu mengeluarkan pekik melengking pendek dan tak lama kemudian Hek-tiauw-ko terbang menyambar ke bawah. Tin Han cepat menghampiri burung itu dan merangkul lehernya. "Hektiauw-ko, kita akan berpisah. Yang baik-baik menjaga suhu dan dirimu sendiri." Hati Tin Han terharu juga karena burung raksasa itu telah menjadi sahabat baiknya, bahkan menjadi teman berlatihnya. Thay Kek Cin-jin lalu melompat dan dengan ringan tubuhnya melayang naik ke atas punggung burung itu. "Hek tiauw-ko mari kita pergi!" katanya dan sekali kakinya menendang, burung itu mengembangkan sayapnya dan terbang ke atas dengan cepatnya. Tin Han mengikuti dengan pandang mata kagum. Dia sendiri selama beberapa bulan di situ, sudah pernah beberapa kali menunggang Hek-tiauw-ko dan dibawa terbang sampai ke awan di langit. Setelah berputar beberapa kali, burung itu mengeluarkan pekik Tiraikasih Website nyaring beberapa kali seolah memberi salam kepada Tin Han, lalu dia melayang jauh. Tin Han memandang sampai titik hitam itu lenyap dari pandang matanya. Kemudian diapun meninggalkan tempat itu sambil menikmati pemandangan alam yang tampak dari puncak itu. Jalan menuruni bukit penuh dengan hutan belukar, akan tetapi dengan hati ringan dia memasuki hutan. Halangan jurang kalau tidak terlalu lebar dia lompati dengan mudah. Setelah dia melatih diri dengan Khong-sim Sin-kang, tubuhnya terasa ringan dan lompatannya juga amat jauh. Dia merasa berkewajiban untuk mencari keluarganya, setidaknya mencari ayah ibunya. Betapapun marahnya ayah ibunya, dia yakin kalau melihat dia yakin kalau melihat dia selamat mereka tentu akan merasa senang sekali. Kalau neneknya masih marah kepadanya, dia akan minta ampun kepada neneknya yang amat galak itu. Dia lalu menggunakan ilmu berlari cepat menuruni lereng bukit itu. -oomchoo- Pegunungan Hong-san tampak indah berseri karena musim bunga telah tiba. Di mana-mana pada permukaan pegunungan itu tampak kehijauan dihias warna-warni bunga beraneka ragam. Indah sekali di pegunungan kalau musim semi atau musim bunga tiba. Dan suasana yang indah itu menjadi meriah dan indah sekali dengan beterbangannya ratusan ekor kupu-kupu yang juga berwarna-warni. Burung-burung berkicau di pohon-pohon dengan suara riang gembira. Souw Lee Cin ikut merasakan suasana yang cerah dan riang gembira itu. Hatinya juga gembira karena ia akan bertemu dengan ayahnya. Telah lama ia meninggalkan ayahnya dan merasa rindu. Juga dengan penuh harapan ia Tiraikasih Website mendaki bukit Hong-san itu, harapan untuk melihat ibunya berada di puncak menemani ayahnya! Setelah tiba di pondok yang berada di puncak gunung Hong-san, harapan Lee Cin terpenuhi. Dengan girang sekali ia melihat ayahnya keluar dari pondok menyambutnya, dengan Ang-tok Mo-li Bu Siang di sisinya! Dan ibunya juga tampak cantik dan bersih, sinar matanya cemerlang dan tidak ada lagi sinar kejam yang dahulu tampak dari pandang mata ibunya. Dari pandang mata dan senyum di bibir ibunya, ia dapat mengetahui bahwa ibunya merasa berbahagia! "Ayah......... Ibu......... !" Lee Cin berlari menghampiri dan di lain saat ia telah berangkulan dengan ibunya. Dan Lee Cin tidak dapat menahan lagi air matanya! Air mata bahagia dan sekaligus air mata kedukaan! Melihat ibunya kini berbahagia dengan ayahnya tentu saja ia merasa senang, akan tetapi juga mengingatkan ia kepada Cia Tin Han yang membuatnya terharu dan bersedih. "Eh? Kenapa engkau menangis, anakku?" Bu Siang bertanya heran sekali. Sepanjang pengetahuannya, ketika Lee Cin masih hidup bersamanya, gadis itu berhati keras dan pantang menangis. Kini, pertemuan begitu saja membuatnya menangis! Hal ini jelas menunjukkan bahwa perangai anaknya itu telah menjadi halus. "Aku menangis karena bahagia melihat engkau telah berada di samping ayah, ibu!" Kemudian iapun melepaskan rangkulannya dan memberi hormat kepada, ayahnya. "Mari, mari kita masuk dan bicara di dalam, Lee Cin." "Nah, sekarang ceritakan tentang hal yang paling penting. Tentang ibumu tidak usah kauceritakan karena aku telah mendengar semuanya dari ibumu." "Lalu apa yang harus kuceritakan lebih dulu, ayah?" Tiraikasih Website "Tentang urusanku hendak mengundurkan diri dari jabatan Beng-cu. Apakah engkau sudah menyampaikan kepada Hui Sian Hwe-sio atau Im Yang Sengcu tentang keputusanku itu?" " Aku sudah menghadap Hui Sian Hwe-sio dan suhu In Kong Thai-su dan menyampaikan keinginan ayah kepada mereka. Dua orang tua itu lalu mengatakan bahwa pengunduran diri ayah itu sebaiknya disampaikan dalam rapat pertemuan yang akan diadakan di sini dalam bulan ini juga. Dalam rapat itupun akan dibicarakan tentang orangorang kang-ouw yang terbujuk oleh pa ra bajak laut Jepang untuk melakukan pemberontakan. Karena itu, kita harus bersiap menerima banyak orang kang-ouw yang akan berdatangan ke sini atas undangan Hui Sian Hwe- sio dan suhu In Kong Thai-su." Souw Tek Bun mengangguk-angguk. "Memang sebaiknya begitu. Akan lebih sah lagi kalau pengunduran diriku diputuskan dalam rapat pertemuan itu. Sekarang ceritakan bagaimana dengan hasil penyelidikanmu tentang Si Kedok Hitam." Wajah Lee Cin berubah muram mendengar pertanyaan ini karena ia segera teringat akan Cia Tin Han yang terjatuh ke dalam jurang yang teramat dalam itu. Bu Siang adalah seorang wanita yang berpengalaman. Melihat perubahan pada wajah anaknya, ia lalu bertanya, "Eh, apa yang telah terjadi, Lee Cin? Pertanyaan ayahmu tentang Si Kedok Hitam agaknya mendatangkan duka di hatimu. " Lee Cin terkejut. Ia tidak mengira bahwa ibunya telah dapat membaca isi hatinya. Maka iapun mengambil keputusan untuk berterus terang. "Ayah, aku sudah temukan Si Kedok Hitam. Akan tetapi ternyata dia bukan seorang jahat. Bahkan tiga empat kali dia Tiraikasih Website menyelamatkan nyawaku dari ancaman bahaya yang mengancam diriku. Aku sudah bertanya kepadanya tentang penyerangannya kepada ayah dan dia menjawab sejujurnya bahwa memang benar dia yang melakukannya. Akan tetapi dia katakan bahwa hal itu dilakukan hanya untuk memperingatkan ayah. Dia menganggap bahwa ayah adalah seorang beng-cu dukungan pemerintah Mancu. Dia seorang patriot sejati, ayah, maka dia tidak senang kalau ada orang Han membantu pemerintah penjajah Mancu. Diapun bilang bahwa dia juga terluka lengannya oleh pedang ayah. Bagaimana aku dapat mendendam kepadanya, ayah? Dia menyerang ayah dengan alasan kuat dan sebaliknya dia telah berulang kali menyelamatkan nyawaku. Pantaskah kalau aku memaksanya mengadu ilmu dan nyawa?" Souw Tek Bun menghela napas. "Sudah kuduga demikian. Dia memang tidak bermaksud membunuhku karena kalau hal itu dilakukan, tentu sekarang aku sudah tidak berada di dunia ini. Dan alasannya memang kuat. Sebetulnya itulah sebabnya mengapa aku hendak mengundurkan diri. Pengangkatanku sebagai beng-cu disaksikan dan direstui oleh orang-orang pemerintah Mancu. Hal ini membuat aku merasa tidak enak, seolah-olah aku diangkat oleh pemerintah Mancu. Padahal, di sudut hatiku sendiri aku tidak suka kepada pemerintah Mancu yang menjajah tanah air kita. Sudahlah, Lee Cin, urusanku dengan Si Kedok Hitam sudah kuanggap selesai dan tidak perlu lagi kita mencarinya, tidak perlu kami saling mendendam. Mungkin dia yang berada di pihak yang benar." Mendengar ini, wajah Lee Cin semakin muram. Apa artinya menghabiskan permusuhan itu kalau Si Kedok Hitam telah tewas? "Kenapa engkau masih merasa berduka, Lee Cin?" tanya ibunya. Tiraikasih Website "Aku teringat kepada Si Kedok Hitam, ibu. Sudah kukatakan tadi betapa sudah beberapa kali dia menyelamatkan diriku dari ancaman bahaya. Dan yang terakhir kalinya, ketika dia menolong dan membelaku, dia terkena tendangan yang membuat dia terlempar dan jatuh ke dalam jurang yang teramat dalam. Aku......... aku sudah mencari jenazahnya, akan tetapi tidak berhasil. Ia mati dalam keadaan mengerikan, bahkan jenazahnya tidak dapat kutemukan." Lee Cin tidak dapat menahan kesedihannya dan cepat menggunakan ujung lengan bajunya untuk menyusut beberapa titik air mata yang membasahi pipinya. Bu Siang dan Souw Tek Bun saling pandang. Mereka sudah cukup tua untuk dapat menduga apa yang bergolak dalam Kati puteri mereka. "Lee Cin, kau..... kau cinta padanya?" tanya Bu Siang. Lee Cin memandang kepada ibunya, tidak dapat menjawab dan tiba-tiba ia menubruk dan merangkul ibunya sambil menangis! Ulahnya ini sudah merupakan jawaban yang jelas sekali bagi suami isteri itu. Mereka juga ikut berduka bahwa puteri mereka jatuh cinta kepada seorang yang telah mati! "Lee Cin, tenangkan hatimu," kata Souw Tek Bun dengan suara menghibur. "Kaukatakan sendiri bahwa engkau tidak berhasil menemukan jenazahnya! Hal itu berarti bahwa sangat boleh jadi dia belum mati." Lee Cin melepaskan rangkulan pada ibunya, menyusut air matanya dan memandang kepada ayahnya dengan mata basah. "Bagaimana mungkin itu, ayah? Tinggi tebing dari mana dia terjatuh itu ribuan kaki. Ketika dari atas tebing aku menjenguk ke bawah, dasarnya tidak nampak, yang tampak hanya kabut. Tidak mungkin seseorang yang terjatuh ke Tiraikasih Website dalam jurang yang demikian dalamnya masih dapat selamat." "Akan tetapi buktinya, ketika engkau menuruni tebing itu, engkau tidak dapat menemukan jenazahnya, bukan? Tidak mungkin jenazah hilang begitu saja. Banyak peristiwa aneh terjadi di dunia anakku. Siapa tahu Si Kedok Hitam itu dapat tertolong ketika dia melayang jatuh dari atas tebing itu." Mendengar ucapan ayahnya, wajah yang muram itu mendapatkan sinar kembali. Sinar harapan yang memenuhi hatinya dan terpancar keluar dari pandang matanya. "Lee Cin," kata ibunya. "Engkau hanya menyebut dia Si Kedok Hitam. Sebetulnya siapakah dia? Siapa namanya? "Namanya Cia Tin Han, ibu." "Di mana dia tinggal?" "Tadinya keluarganya tinggal di Hui-cu." "Ahhh! Apakah dia mempunyai hubungan dengan keluarga Cia, keluarga pendekar yang tinggal di Hui-cu itu?" "Benar, ibu. Dia putera kedua." "Lalu siapa yang menendangnya sampai dia terjatuh ke dalam jurang itu?" Jilid IV "Yang menendangnya adalah Nenek Cia, neneknya sendiri." "Ehhhh? Ini membingungkan!" "Lee Cin, lebih baik engkau ceritakan semua dengan jelas tentang engkau dan Cia Tin Han itu, dan tentang Keluarga Cia di Hui-cu." Tiraikasih Website Karena sudah menceritakan tentang perasaan hatinya terhadap Cia Tin Han, mau tidak mau Lee Cin harus menceritakan semuanya. "Keluarga Cia di Hui-cu adalah keluarga pendekar patriot yang membenci pemerintah Mancu, bahkan membenci semua orang Han yang bekerja kepada pemerintah penjajah. Akan tetapi mereka telah bersekutu dengan Phoa-ciangkun yang memberontak, dan bersekutu pula dengan orang-orang Jepang." "Aih, sungguh sayang. Banyak patriot yang berpemandangan sempit, mau saja diperalat oleh pengkhianat dan orang asing," kata Souw Tek Bun. "Karena di Hui-cu muncul Si Kedok Hitam yang mendatangi para pembesar Han, aku menjadi curiga kepada keluarga itu. Tadinya kusangka bahwa yang menjadi Si Kedok Hitam yang telah melukai ayah adalah Cia Tin Siong, cucu pertama Nenek Cia, sehingga aku ingin menantangnya. Akan tetapi, setelah beberapa kali aku terancam bahaya maut dan Si Kedok Hitam muncul menolongku, aku menjadi sangsi. Cucu Nenek Cia yang kedua, adalah Cia Tin Han akan tetapi pemuda itu merupakan pemuda yang paling lemah di antara keluarga Cia. Agaknya dia tidak mempelajari ilmu silat secara mendalam dan lebih suka mempelajari sastra. Dan diapun tidak setuju melihat keluarganya bersekutu dengan orang-orang Jepang. Cia Tin Han seorang patriot sejati yang lebih mengandalkan kekuatan rakyat untuk mengusir penjajah. Karena sikap keluarganya itu, aku jadi bentrok dengan mereka. Apa lagi setelah aku bertemu dengan kakak Song Thian Lee yang sebagai panglima muda menyamar dan melakukan penyelidikan ke timur. Aku bekerja sama dengan kakak Song akan tetapi kami tertawan oleh Keluarga Cia yang dipimpin oleh Nenek Cia, kami dikeroyok oleh para pemberontak dan orang-orang Jepang. Dan ketika kami ditawan, kami dibebaskan oleh Si Kedok Tiraikasih Website Hitam. Kakak Song Thian Lee lalu memimpin pasukan menyerbu Keluarga Cia yang melarikan diri. Ketika aku bertemu mereka, kembali aku tertawan. Ketika aku terancam, muncul Si Kedok Hitam yang menolongku dan menyuruh aku melarikan diri. Aku berlari dan mengintai ketika Si Kedok Hitam menahan serangan semua keluarga Cia. Aku melihat tongkat Nenek Cia merenggut kedok hitam dan tampaklah siapa Si Kedok Hitam! Ternyata orang yang lihai sekali ini bukan lain adalah Cia Tin Han yang dalam keadaan biasa tampak lemah. Dan Nenek Cia menjadi marah karena dikhianati cucunya, lalu dia menendang dan Cia Tin Han terlempar lalu jatuh ke dalam jurang yang teramat dalam itu." Lee Cin berhenti bercerita dan mengerutkan alisnya. Ibunya segera merangkulnya. "Sekarang aku mengerti mengapa engkau mencinta Si Kedok Hitam atau Cia Tin Han itu. Akan tetapi jangan putus asa, anakku. Apa yang dikatakan ayahmu tadi benar. Belum tentu dia tewas. Boleh jadi sekali dia tertolong, entah oleh apa dan siapa." "Benar sekali, Lee Cin. Nanti setelah selesai pertemuan rapat dan menyerahkan kembali kedudukan Beng-cu kepada mereka, ibumu dan aku ingin merantau dan biarlah kami berdua membantumu untuk mencarinya," kata Souw Tek Bun. Lee Cin mengangguk. "Kuharap dia masih hidup seperti yang kaukatakan, ayah. Aku sendiri setelah pertemuan rapat nanti akan pergi juga untuk mencarinya. Selama hidup aku akan merasa penasaran kalau tidak mengetahui bagaimana nasibnya. Ayah dan......... aku....... aku cinta padanya dan sebagai Si Kedok Hitam diapun pernah menyatakan cinta kepadaku," kata Lee Cin sambil mengusap setetes air mata. Bu Siang terharu, merangkul dan mencium puterinya. "Jangan khawatir, anakku. Kami akan membantumu menemukan dia kembali." Tiraikasih Website Lee Cin merasa terhibur dan berterima kasih sekali kepada orang tuanya. Mereka lalu bersiap-siap untuk menyambut orang-orang kang-ouw yang akan berdatangan ke Hong-san. -oomchoo- Tamu pertama yang datang ke Hong-san adalah Thio Hui San yang datang bersama Ceng Ceng. Begitu berhadapan dengan Lee Cin, Ceng Ceng memandang penuh perhatian seperti teringat akan sesuatu. Akan tetapi Lee Cin sudah menghampirinya dan memegang lengan Ceng Ceng dan berkata dengan gi rang. "Enci, aku mengenalmu! Bukankah engkau gadis yang menggunakan kebutan dan pedang menyerang Siang Koan Tek untuk menolongku? Bukankah engkau murid Thian Tok?" Kini Ceng Ceng teringat. Gadis ini yang dulu ditolong oleh ia dan gurunya akan tetapi dibawa lari oleh seorang berkedok hitam. "Aih, sekarang aku teringat. Engkau yang dulu dilarikan oleh orang berkedok hitam itu, bukan?" Thio Hui San tersenyum dan memperkenalkan kedua orang gadis itu. "Ceng moi, inilah nona Souw Lee Cin, puteri beng-cu Souw Tek Bun yang pernah kuceritakan kepadamu. Cin-moi ini adalah nona Liu Ceng, seorang ...... sahabat baikku." Dua orang gadis itu saling pegang tangan dan sebentar saja mereka menjadi akrab. "Ayah, pemuda ini adalah Thio Hui San, murid dari suhu In Kong Thai-su, jadi masih terhitung suhengku sendiri." Lee Cin memperkenalkan Hui San kepada ayah ibunya. Diamdiam ia merasa girang melihat hubungan antara Hui San dan Ceng Ceng tampak mesra. Hal ini dapat ia ketahui dari Tiraikasih Website sinar mata mereka ketika saling pandang. Ia merasa kasihan kepada Hui San yang pernah menyatakan cinta kepadanya namun ditolaknya. Dan agaknya kini Hui San telah memperoleh gantinya dan Ceng Ceng juga seorang gadis yang baik dan perkasa. "Paman Souw, sayalah yang diutus oleh susiok Hui San Hwe- sio untuk mengundang para tokoh kang-ouw agar datang mengadakan rapat pertemuan di sini. Waktu yang ditentukan adalah nanti tanggal limabelas bulan ini, kurang lima hari lagi. Suhu pasti akan datang, demikian pula locian- pwe Im Yang Seng-cu ketua Kun-lun-pai juga akan datang. Mereka berdualah yang akan memimpin rapat pertemuan karena mereka yang mengundang. Dan di dalam rapat pertemuan itu, permintaan paman untuk mengundurkan diri akan dibicarakan." "Ah, begitukah? Saya telah membuat kedua lo-cian-pwe banyak repot dan juga membuat engkau bersusah payah mengundang orang-orang kang-ouw." "Ayah, suheng Thio Hui San ini malah senang melakukan tugas itu karena memberi kesempatan kepadanya untuk merantau. Apa lagi dalam perjalanan itu dia ditemani enci Ceng Ceng!" Lee Cin menggoda sambil memandang kepada dua orang itu. Wajah Ceng Ceng ber ubah kemerahan, akan tetapi sambil tersenyum ia berkata kepada Lee Cin. "Ah, secara kebetulan saja kami saling berjumpa. Dan tahukah engkau,. adik Lee Cin? Perjumpaan kami adalah pada waktu aku dan suhu membantumu menghadapi Siangkoan Tek dan ayahnya itulah! Setelah engkau dilarikan oleh orang berkedok hitam, aku kewalahan menghadapi Siangkoan Tek. Akan tetapi untunglah, San-ko ini datang membantu sehingga kami dapat mengusir orang jahat dan ayahnya yang lihai itu." "Dan sejak itu kalian melakukan perjalanan bersama, bukan?" Tiraikasih Website Kembali Ceng Ceng tersipu malu. "Benar, pertama aku ingin meluaskan pengalaman mengunjungi para tokoh kangouw, dan kedua kalinya karena aku ingin bertemu dengan suhu yang juga akan datang ke sini menghadiri rapat pertemuan." Thio Hui San membantu kekasihnya yang menjadi tersipu atas pertanyaan Lee Cin , lalu berkata kepada Lee Cin, "Cin-moi, terus terang saja, Ceng-moi dan aku telah bersepakat untuk hidup bersama." Lee Cin sudah menduga bahwa antara kedua orang muda itu tentu ada hubungan yang baik, maka mendengar ini ia segera memegang lengan Ceng Ceng dan berkata girang, "Ah, kalau begitu aku mengucapkan kionghi selamat kepada kalian! Jangan lupa mengirimkan kartu merahnya kalau saatnya tiba." "Tentu saja!" kata Ceng Ceng yang merasa lega bahwa tunangannya telah berterus terang sehingga ia tidak perlu malu-malu lagi. Lee Cin segera dapat akrab dengan Ceng Ceng dan sepasang prang muda itu diberi kamar di dalam rumah Souw Tek Bun, bukan dianggap sebagai tamu bahkan sebagai keluarga sendiri. Tanggal limabelas tiba dan sejak pagi-pagi sekali, berbondong orang mendaki puncak Hong-san untuk menghadapi rapat pertemuan. Karena Souw Tek Bun memang tidak mempunyat prabot seperti meja kursi untuk menyambut para pendatang, dia menyambut dan mempersilakan mereka pergi ke lapangan rumput tak jauh dari pondoknya. Lapangan rumput itu luas sekali dan dapat menampung ratusan orang. Bermunculan tokoh-tokoh dunia persilatan, terutama sekali para wakil partai persilatan yang besar seperti Siauwlim- pai, Bu-tong-pai, Kun-lun-pai, Kong- thong-pai, bahkan Tiraikasih Website dari Gobi-pai yang jauh juga mengirim dua orang tokoh wanita untuk menghadiri rapat pertemuan itu. Akan tetapi sekali ini, Hui Sian Hwesio tidak mengundang wakil dari pemerintah untuk menghindarkan bentrokan dari mereka yang pro dan anti pemerintah. Para tokoh yang telah disebut datuk besar juga berdatangan. Thiah-te Mo-ong Koan Ek, Raja iblis Selatan, juga hadir dan dia datang seorang diri saja. Kemudian Siangkoan Bhok datang bersama muridnya yang telah mempelajari simpanannya, yaitu Ouw Kwan Lok yang lengan kirinya buntung. Setelah itu muncul pula Thian-tok Gu Kiat Seng yang disambut dengan penuh kegembiraan oleh Ceng Ceng. Lee Cin memandang dengan alis berkerut ketika ia melihat Ouw Kwan Lok datang bersama Siang Koan Bhok. Pemuda itu buntung lengan kirinya oleh pedangnya. Kemudian Lee Cin terkejut juga ketika melihat Nenek Cia datang pula bersama Cian Kun dan Cia Tin Siong! Akan tetapi ia menyambut mereka semua dengan sikap tenang saja, karena mereka semua itu datang untuk membicarakan urusan dunia kang-ouw, terutama untuk membicarakan pengunduran diri ayahnya. Namun diam-diam hatinya berdebar tegang juga. Hadirnya orang-orang ini tentu akan menimbulkan guncangan. Di antara banyak orang tokoh lain, tampak pula Pek I Lokai, yaitu guru dari Tang Cin Lan isteri panglima muda Song Thian Lee. Kini yang mewakili Siauw-lim-pai selain Hui Sian Hwesio, datang pula In Kong Thaisu yang menjadi ketua Siauw-lim-pai di Kwi-cu. Setelah matahari naik tinggi, semua tamu sudah berkumpul di lapangan rumput di tengah mana didirikan sebuah panggung terbuka, Souw Tek Bun sebagai tuan rumah lalu naik ke atas panggung. Begitu dia naik ke atas panggung dan memberi hormat ke empat penjuru, keadaan Tiraikasih Website menjadi hening dan orang-orang yang hadir menghentikan percakapan mereka yang membuat suasana menjadi gaduh. "Cu-wi Saudara sekalian yang mulia. Sebagai tuan rumah di Hong-san ini, saya menghaturkan selamat datang kepada cu-wi dan terima kasih bahwa ini hari cu-wi melelahkan diri mendatangi tempat ini, sesuai undangan yang diberikan oleh pihak Siauw-lim-pai. Oleh karena pengundangnya adalah Siauw-lim-pai, maka saya menyerahkan agar pimpinan selanjutnya dipegang oleh wakil dari Siauwlim-pai demi kelancaran rapat pertemuan ini." Dia lalu memberi hormat sambil membungkuk ke arah Hui Sian Hwesio yang dalam pemilihan dahulu menjadi wakil ketua Bengcu bersama lm Yang Sengcu ketua Kunlunpai. "Silakan, lo-cian-pwe." Hui Sian Hwesio tersenyum lebar dan diapun naik ke atas panggung itu. Seperti yang dilakukan Souw Tek Bun yang kini sudah turun dari panggung, diapun memberi hormat ke empat penjuru dan suaranya terdengar lembut namun lantang ketika dia bicara. "Saudara sekalian yang terhormat, dari pihak kami terpaksa mengadakan rapat pertemuan ini karena terjadi hal-hal yang teramat penting yang patut untuk kita perbincangkan bersama. Pertama-tama adalah keinginan Bengcu kami untuk mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai bengcu." Segera terdengar seruan-seruan yang tidak setuju, riuh rendah mereka bicara untuk menyatakan ketidak-setujuan mereka sehingga suasana menjadi gaduh kembali. Hui Sian Hwesio lalu mengangkat tangannya untuk minta kepada semua yang hadir agar tenang. Setelah suasana menjadi tenang kembali diapun berkata, "Cuwi, hendaknya mengetahui bahwa bengcu Souw Tek Bun mengundurkan diri karena alasan pribadi dan tentu saja dia berhak menentukan hal itu. Agar lebih jelas, kami persilakan Tiraikasih Website bengcu Souw Tek Bun untuk mengemukakan alasannya mengapa dia mengundurkan diri dari jabatan bengcu. Kami persilakan!" Souw Tek Bun kembali naik ke panggung dan berkatalah dia dengan suara lantang. "Saudara sekalian, saya mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari kedudukan bengcu karena dua hal. Pertama, karena saya merasa tidak tepat dan bahwa tingkat kepandaian saya belum cukup untuk saya menjadi bengcu. Masih banyak saudara lain yang jauh lebih pandai dari pada saya untuk menjadi bengcu, lebih tepat dan lebih pantas. Kedua, karena saya ingin hidup tenang dengan keluarga saya, maka saya mengambil keputusan untuk berhenti menjadi bencu!" Kembali orang-orang saling bicara sendiri sehingga suasana menjadi gaduh. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara melengking nyaring mengatasi semua suara itu dan ternyata yang bicara itu adalah nenek Cia. Ia menggerakgerakkan tongkat naganya ke atas kepala dan berteriak, "Dengarlah aku bicara!" Semua orang kini diam dan semua mata ditujukan kepadanya. "Aku setuju sekali kalau Souw Tek Bun berhenti menjadi bengcu. Kami seluruh keluarga Cia memang tidak sertuju dia menjadi bengcu. Dia hanya bengcu yang di pilih oleh pemerintah Mancu dan siapa tahu kalau dia menjadi antek Mangcu!" Mendengar ini, suasana menjadi gaduh dan Im Yang Seng-cu segera naik ke atas panggung. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas minta kepada semua orang untuk diam, lalu dia berkata. "Kalau Souw-enghiong hendak mengundurkan diri dari kedudukan bengcu, hal itu adalah haknya dan kita semua tidak mungkin bisa memaksa orang menjadi bengcu di luar kehendaknya. Akan tetapi pinto sungguh tidak senang mendengar dia disangka menjadi antek Mancu. Pinto sendiri Tiraikasih Website menjadi wakil ketua dan tidak pernah melihat ketua kita menjadi antek Mancu. Ucapan keluarga Cia tadi hanya fitnah belaka! Pinto dan sahabat Hui Sian Hwesio adalah wakil-wakil ketua bengcu dan kami berdua menyatakan bahwa Souw-enghiong selama menjadi bengcu tidak pernah menjadi antek penjajah Mancu!" Setelah lm Yang Seng-cu turun dari atas panggung, tibatiba seorang melompat naik ke atas panggung dan gerakannya demikian ringan seolah dia terbang saja. Semua orang memandang dan sebagian besar dari mereka mengenal siapa adanya kakek itu. Kakek yang usianya mendekati enampuluh tahun ini bertubuh tinggi besar dan bermuka merah. Juga dia memegang sebatang dayung baja yang besar. Dia adalah Siang Koan Bhok dan berjuluk Tung-haiong Raja Laut Ti mur, seorang datuk yang nama besarnya sudah terkenal di dunia kang- ouw. Munculnya datuk ini tentu saja menarik perhatian orang dan semua orang memperhatikan dan ingin mendengar apa yang dikatakannya. "Kami dari Pulau Naga setuju sepenuhnya dengan ucapan Keluarga Cia tadi. Kita semua mengenal Keluarga Cia sebagai Keluarga patriot yang selalu berusaha untuk menentang pemerintah penjajah Mancu. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Souw-bengcu selama dia menjadi bengcu? Dia tidak pernah menggerakkan kita untuk menentang pemerintah penjajah! Seorang beng-cu harus memimpin kita semua untuk menentang penjajah, menggulingkan penjajah dan melepaskan rakyat dari belenggu penjajahan!" Tepuk sorak menyambut ucapan yang bernada gagah dan patriotik ini. Akan tetapi Siang Koan Bhok kembali mengangkat kedua tangan ke atas untuk minta agar semua orang diam. Setelah suasananya menjadi hening, dia berkata lagi dengan suaranya yang dalam dan lantang. Tiraikasih Website "Saudara sekalian! Selama ini, di Timur sudah banyak orang gagah yang bangkit untuk menentang pemerintah, namun sayang mereka diserbu oleh kekuatan pasukan pemerintah yang besar sehingga gerakan mereka gagal. Kalau saja Beng-cu dan para Wakilnya membantu gerakan itu dan mengerahkan seluruh kekuatan dunia kang-ouw, tentu usaha itu akan berhasil baik. Akan tetapi beng-cu dan para wakilnya diam saja, maka sudah tepatlah kalau Souwbeng cu mengundurkan diri. Sekarang kita perlu melakukan pemilihan Beng-cu baru yang pantas untuk memimpin kita berjuang melawan penjajah. Kami sudah bicara, kemudian terserah saudara sekalian" Siang Koan Bhok turun dari panggung disambut tepuk sorak ramai yang mendukungnya. Kini Hui Sian Hwe-sio yang berada di panggung. Setelah semua orang diam, hwe-sio tokoh Siauw-lim-pai inipun berkata dengan suara lembut namun cukup lantang. "Apa yang diucapkan oleh saudara Bhok itu tidak sepenuhnya benar. Biarpun kami tidak pernah melakukan perlawanan yang sifatnya memberontak terhadap pemerintah, itu bukan berarti bahwa kami pro-pemerintah penjajah, apa lagi menjadi anteknya. Kami hanya melihat bahwa waktunya belum tiba dan kekuatan pasukan pemerintah amat kuat. Kami orang-orang yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, diam-diam adalah berjiwa patriot juga. Justeru gerakan-gerakan yang sudah memberontak terhadap pemerintah itulah yang kita hendak bicarakan setelah urusan pengunduran diri Souw-bengcu selesai. Kami melihat banyak orang kang- ouw yang bersekutu dengan orang-orang asing untuk melakukan pemberontakan dan hal ini kami sama sekali tidak setuju. Apa lagi kalau bersekutu dengan para gerombolan penjahat yang menggunakan perjuangan sebagai kedok untuk menutupi kejahatan mereka mengacau rakyat jelata. Kami adalah patriot-patriot sejati yang tidak sudi bersekutu dengan mereka. Kami adalah pembela-pembela rakyat, Tiraikasih Website bukan penindas rakyat. Hal ini tentu cu-wi telah mengetahuinya dengan baik untuk membedakan mana pejuangan sejati dan mana yang palsu." "Kami protes!" Tiba-tiba Nenek Cia melompat ke atas panggung. Melihat ini, terpaksa Hui Sian Hwe-sio turun untuk memberi kesempatan kepada nenek itu untuk bicara. "Kami protes atas ucapan Siauw-li pai tadi!" Nenek Cia berkata lantang "Kami sendiri mengakui bahwa baru-baru ini kami berjuang melawan penjajah dan kami bekerja sama dengan pasukan pemberontak dan dengan orang-oran Jepang! Walaupun kami telah gagal, akan tetapi kami anggap apa yang kami lakukan itu sudah benar! Pada saat seperti sekarang ini, perjuangan menentang penjajahan harus dilakukan oleh semua pihak. Tidak perduli golongan putih atau Imam, harus bersatu padu untuk mengusir penjajah. Tidak perduli kita bersekutu dengan orang asing, yang penting penjajah Mancu harus digulingkan. Kita perlu bertindak, sekarang juga, dengan mempersatukan segala pihak berjuang, bertindak sekarang juga, bukan hanya dengan omong kosong!" Setelah berkata demikian, Nenek Cia lalu melompat turun dari atas panggung dan kata-katanya yang bersemangat itu mendapat sambutan meriah. Suasana terasa panas menegangkan karena ada dua pihak yang berbicara dan saling bertentangan. Tiba-tiba terdengar suara tawa yang nyaring mengatasi semua kegaduhanan sesosok tubuh yang pendek gendut melayang naik ke atas panggung. Dia dalah seorang kakek berusia limapuluh empat tahun yang bertubuh pendek gendut serba bulat, pakaian jubah pertapa dan tangannya memegang sebatang kebutan bulu putih. Dia adalah Thian Tok Racun Langit Gu Kiat Seng. Dia mengangkat tangan kiri dan kebutannya ke atas sehingga suasana menjadi tenang. Lalu terdengar suaranya yang melengking tinggi. Tiraikasih Website "Saudara sekalian! Saya melihat jalannya rapat tidak beres dan terjadi perbantahan. Kalau dilanjutkan begini bisa berakhir dengan perkelahian di antara kita sendiri. Sekarang harap diputuskan dulu acara pertama, yaitu tentang pengunduran diri Souw- bengcu dari kedudukannya sebagai beng-cu. Apakah hal ini dapat disetujui? Jawablah yang keras!" Semua orang memang tidak melihat perlunya kedudukan beng-cu bagi Souw Tek Bun dipertahanankan karena orangnya sudah memberi asalan pengunduran diri, maka serempak mereka menjawab, "Setujuuuu. ..... !!" "Bagus, bagus!" Thian Tok berseru. "Berarti acara pertama sudah beres. Kini, sebelum kita meningkat ke acara kedua sebaiknya kalau diadakan pemilihan beng-cu baru lebih Kalau sudah begitu, maka beng-cu baru yang akan memimpin rapat membicarakan tentang perjuangan. Bagaimana, saudara sekalian, apakah usul saya ini disetujui?" "Setujuuu.......... !" Kembali orang-orang berseru nyaring. Hui Sian Hwe-sio naik ke panggung dan dia menganggukangguk lalu memberi hormat kepada Thian Tok. "Saudara Gu, terima kasih atas usul saudara yang tepat ini." Thian Tok tersenyum dan melompat turun kembali, meninggalkan Hui Sian Hwe-sio seorang diri. "Cu-wi, apa yang diusulkan oleh saudara Thian-tok Gu Kiat Seng, tadi memang tepat sekali. Sekarang Souw-sicu sudah bukan beng-cu lagi dan kedudukan beng-cu menjadi kosong. Kami sebagai pengundang berkewajiban untuk mengadakan pemilihan beng-cu baru. Nah, saudara-saudara boleh mengajukan wakil-wakil calon beng-cu." Nenek Cia melompat ke atas panggung dan berkata, "Kami harap saudara sekalian tidak salah pilih. Karena perlu orang yang bersamangat muda sebagai pemimpin, sebaiknya Tiraikasih Website kalau kita memilih calon-calon muda! Kami sendiri mengajukan cucu kami, Cia Tin Siong sebagai calon bengcu!" Setelah berkata demikian, Nenek Cia melompat turun lagi. Hui Sian Hwe-sio berkata, "Siapa lagi yang akan rpengajukan calonnya, harap naik ke panggung!" Siang Koan Bhok melompat ke atas panggung. "Saya setuju sekali dengan pendapat nyonya Cia. Sebaiknya kaum muda yang diserahi tugas memimpin orang-orang gagah sedunia. Saya mengajukan calon yaitu muridku sendiri bernama Ouw Kwan Lok!" Banyak orang gagah golongan bersih memilih In Kong Thai-su ketua Siauw-lim-pai di Kwi-cu yang juga ha-dir. Kakek ini lalu naik ke panggung dan sambil tersenyum berkata, "Pin-ceng sudah tua, maka pin-ceng wakilkan sebagai calon ketua kepada murid pin-ceng yang bernama Thio Hui San!" Ada pula golongan yang memilih Im Yang Seng-cu ketua Kun-lun-pai, ada yang memilih Thian Tok Gu Kiat Seng. Akan tetapi kakek gendut pendek ini berkata lantang. "Saya adalah seorang yang bebas, tidak bersedia menjadi calon beng-cu yang akan mengikat kaki tangan dan membuat aku tidak bebas lagi!" Akhirnya diputuskan bahwa calon beng-cu adalah Cia Tin Siong, Ouw Kwan Lok, Thio Hui San, dan Im Yang Sengcu. Tentu saja tiga orang muda itu didukung oleh guru masing-masing yang siap mempertahankan calonnya. "Dipersilakan keempat calon naik ke panggung untuk diperkenalkan kepada hadirin!" kata pula Hui Sian Hwe-sio. Berturut-turut Cia Tin Siong, Ouw Kwan Lok, dan Thio Hui Sari naik ke atas panggung disambut tepuk sorak dan segera orang-orang melakukan pemilihan masing-masing. Dengan sendirinya, golongan yang condong kepada golongan Tiraikasih Website sesat memilih Ouw Kwan Lok yang dijagokan oleh Siang Koan Bhok, golongan yang merasa dirinya pejuang dan patriot memilih Cia Tin Siong yang dijagokan oleh Nenek Cia yang mereka kenal sebagai seorang patriot yang gigih. Dan golongan pendekar bersih tentu saja condong untuk memilih Thio Hui San yang dijagokan oleh Ketua Siauw-lim-pai. Akhirnya Im Yang Seng-cu yang duduk di bawah panggung, terpaksa naik juga karena diapun dijadikan calon. Sebagai wakil ketua beng-cu dia tentu saja dapat menolak dan setelah berada di atas panggung dia berkata, "Sian-cai ! Tiga Calon beng-cu yang muda-muda dan gagah telah dipilih, mengapa masih juga mengajukan pin-to untuk menjadi calon? Pinto sudah tua dan mengurus Kun- lun- pai saja sudah merepotkan, mana mungkin pinto dapat menjadi bengcu?" Akan tetapi orang-orang golongan bersih yang masih ragu untuk memilih Thia Hui San, ragu akan kemampuan orang muda itu, tetap memilih Im Yang Seng-cu. "Saudara sekalian!" kata Hui San Hwe-sio dari atas panggung. "Sekarang terdapat empat orang beng-cu. Lalu bagaimanakah kita akan memilih siapa yang paling tepat di antara mereka?" Siang Koan Bhok yang berada di bawah panggung berseru dengan suara lantang sehingga mengatasi semua kegaduhan. "Menjadi seorang beng-cu haruslah dia yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Karena itu, seperti sudah sepatutnya memilih ketua, sebaiknya diadakan pi-bu bertanding silat antara empat calon itu!" Mereka semua yang hadir di situ adalah orang-orang dunia persilatan, maka mendengar usul ini tidak ada yang tidak setuju. Dengan suara bulat mereka menyatakan persetujuan mereka karena mereka ingin sekali melihat pertandingan silat antara para jagoan itu. Tiraikasih Website Suara riuh rendah menyatakan persetujuan itu disambut oleh Hui San Hwe-sio sambil mengangkat kedua tangan mereka semua diam, kemudian dia berkata, "Kami tanyakan kepada mereka yang tadi mengajukan calon beng-cu, apakah kalian setuju dengan diadakannya pi-bu ini? Pertama kepada Nyonya Cia kami tanyakan, apakah setuju dengan diadakannya pi-bu?" "Kami setuju, kalau perlu pendukungnya dapat maju untuk mewakili calonnya!" Nenek itu menggerakkan tongkat naganya dengan garang. "Bagai mana dengan saudara Siang Koan Bhok?" "Aku setuju muridku diadu dengan calon lain, dan juga setuju kalau perlu para pendukungnya maju satu demi satu" "Bagaimana dengan pendukung Im Yang Seng-cu?" Serempak para pendekar yang memilih ketua Kun-lunpai ini menjawab setuju. Kalau diadakan pi-bu, mereka yakin bahwa ketua Kun-lun-pai ini yang akan keluar sebagai pemenang melawan orang-orang muda itu. "Kalau Im Yang Seng-cu yang maju, maka akulah yang akan menggantikan cucuku,” teriak Nenek Cia penasaran. "Omitohud, bagaimana mungkin ini? Calon harus bertanding melawa calon, dan pendukung melawan pendukung. Kami sendiri setuju diadakan pertandingan antara calon. Sekarang sebaiknya diundi antara keempat calon, siapa lawan siapa yang akan maju." Hui Sian Hwe-sio lalu memegang empatbuah hio-swa dupa biting, dua panjang dan dua pendek. Dia menggenggam empat batang hio-swa itu di bagian atasnya sehingga tidak tampak mana yang panjang dan mana yang pendek. Lain dia mempersilakan keempat calon mencabut sebatang hio. Hasilnya, Thio Hui San dan Im Yang Seng-cu mencabut hio panjang sedangkan Ouw K wan Lok dan Cia Tiraikasih Website Tin Siong mencabut hio pendek. Ini berarti bahwa Thio Hui San akan bertanding melawan Im Yang Seng-cu dan Ouw Kwan Lok akan bertanding melawan Cia Tin Siong. Lee Cin sejak tadi mengikuti semua yang terjadi di situ. Hatinya kadang terasa panas kalau melihat Nenek Cia. Nenek itu yang telah membunuh Cia Tin Han, pikirnya. Akan tetapi ia menahan kesabarannya karena amat tidak baik membuat keributan di saat itu. Melihat bahwa Ouw Kwan Lok harus bertanding melawan Cia Tin Siong, dara ini berbisik kepada ayah dan ibunya yang berdiri di dekatnya. "Tingkat kepandaian Ouw Kwan Lok itu lebih tinggi, akan tetapi dengan buntungnya lengan kirinya, tentu keadaan menjadi ramai. Cuma kasihan saudara Thio Hui San harus bertanding melawan Im Yang Seng-cu. Bagaimana dia dapat menandingi ketua Kun-lun-pai itu walau pun aku tahu kepandaian Thio-twako juga amat tinggi?" "Tenangkan hatimu. Kita lihat saja bagaimana kesudahannya. Aku khawatir ini akan menjadi besar dengan majunya para pendukung. Im Yang Seng-cu tentu akan mengalah terhadap Thio Hui San. Kita lihat sajalah," kata Souw Tek Bun. "Yang penting, mereka tidak akan memaksa ayahmu," kata Ang-tok Mo-li Bu Siang. "Kalau ada yang mengganggunya, aku yang akan menghadapi orang itu.” Souw Tek Bun memandang kepada isterinya sambil tersenyum. Biarpun isterinya telah banyak berubah, namun kadang masih tampak juga kekerasan hatinya sebagai seorang datuk kang-ouw! "Menurut hasil Thio Hui San harus bertanding melawan Im Yang Seng-cu, kemudian baru Ouw Kwan Lok melawan Cia Tin Siong. Yang lain harap turun dari panggung, kecuali kedua orang yang hendak bertanding, yaitu Thio Hui San dan Im Yang Seng-cu," kata Hui Sian Hwe-sio. Dia sendiri Tiraikasih Website lalu turun dari panggung diikuti yang lain. sehingga kini yang berada di atas panggung hanya Thio Hui San dan Im Yang Seng-cu. Thio Hui San memberi hormat kepada Im Yang Seng dan sambil tersenyum dia berkata, "Apa yang dapat saya pergunakan untuk menandingi to-tiang? Harap to-tiang jangan mempergunakan tangan yang terlalu keras untuk mengalahkan saya." Im Yang Seng-cu tertawa sambil mengelus jenggotnya. "Ha-ha-ha, sicu Thio Hui San jauh lebih tepat untuk menjadi ketua dari pada pin-to yang sudah tua. Biarlah pin-to mengaku kalah sebelum bertanding dan pin-to mengundurkan diri dari calon beng-cu!" Ucapannya itu terdengar lantang terdengar oleh semua orang. Tentu saja para pendukungnya merasa tidak puas, akan tetapi karena Im Yang Seng-cu mengalah terhadap Thio Hui San, murid Siauw-lim pai, mereka tidak terlalu kecewa. Mereka juga sudah maklum akan kehebatan Siauw- lim-pai. Hui Sian Hwe-sio naik ke atas panggung ketika Im Yang Seng-cu turun dan dia berkata dengan lantang. "Karena Im Yang Seng-cu sudah mengalah, maka Thio Hui San dianggap sebagai pemenang dalam pi-bu ini dan dia harus menghadapi pemenang dari pertandingan kedua." Dia lalu mengajak Hui San turun. Ceng Ceng menyambut pemuda itu dengan muka berseri. "Aih, San-ko, hatiku sudah gelisah sekali melihat engkau tadi berhadapan dengan Im Yang Seng-cu. Untung bagimu dia mengalah dan mengundurkan diri." "Akan tetapi aku harus menghadapi pemenang dari pertandingan ke dua, dan kurasa mereka bukan orang lemah." Tiraikasih Website "San-ko, mengapa engkau mau dijadikan calon beng-cu? Apakah engkau ingin sekali menjadi beng-cu?" Gadis itu bertanya sambil menatap tajam wajah tunangannya. Hui San menghela napas panjang. "Sama sekali aku tidak ingin, Ceng-moi. Akan tetapi bagaimana lagi kalau suhu minta aku mewakilinya. Tentu saja aku tidak berani menolak." "Berhati-hatilah, San-ko. Aku ikut mendoakan semoga engkau keluar sebagai pemenang." Sementara itu, Hui Sian Hwe-sio sudah memanggil dua orang calon lain untuk naik ke panggung dan kini Cia Tin Siong sudah berhadapan dengan Ouw Kwan Lok. Hampir semua orang, kecuali Siang Koan Bhok, memandang rendah kepada murid datuk ini. Pemuda yang lengan kirinya buntung, mana dapat menjadi seorang jagoan yang lihai ? Akan tetapi Cia Tin Siong tidak berani memandang rendah. Dia pernah bertemu dengan Ouw Kwan Lok yang ketika itu bersama Siang Koan Tek membantu gerakan pemberontak di Timur. Walaupun dia belum tahu sampai di mana kelihaiannya, akan tetapi pemuda ini sudah diaku sebagai murid Siang Koan Bhok, tentu kakek itu sudah menurunkan ilmu- ilmunya yang tinggi. Karena tidak memandang rendah, begitu maju Tin Siong telah mencabut suling peraknya dan menghadapi Ouw Kwan Lok. "Sobat, keluarkan senjatamu!" tantangnya. Ouw K wan Lok tersenyum. "Saudara Cia Tin Siong, benar-benarkah engkau mau melawan aku? Apakah engkau sanggup untuk menjadi seorang beng-cu yang memimpin dunia kang-ouw? Sebaiknya engkau mencontoh tindakan Im Yang Seng-cu tadi, mengalah saja kepadaku agar aku tidak perlu merobohkan seorang yang pernah menjadi sahabatku." Tiraikasih Website "Tin Siong, majulah dan jangan banyak bicara lagi. Kalau engkau sampai kalah, biar aku yang maju!" Terdengar teriak Nenek Cia yang membuat para penonton menjadi tegang. Nenek itu agaknya hendak berkeras mendapatkan kedudukan beng-cu bagi cucunya, kalau perlu ia sendiri yang akan maju menandingi siapa saja yang tidak menyetujui cucunya menjadi beng-cu! Mendengar seruan neneknya, Cia Tin Siong berkata kepada Ouw Kwan Lok. "Sobat she Ouw, majulah dan mari kita bertanding untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih patut menjadi beng- cu." Ouw Kwan Lok kembali tersenyum lebar. "Baiklah kalau engkau memaksa, akan tetapi jangan menyesal kalau terpaksa aku merobohkanmu di depan banyak orang. Nah, maju dan seranglah!" "Tidak, keluarkan dulu senjatamu. Aku tidak mau menyerang lawan yang tidak bersenjata, apa lagi......... " Dia tidak melanjut kan kata- katanya, hanya memandang lengan baju kiri yang kosong itu. Ouw Kwan Lok mengerutkan alisnya lalu dia memutar lengan kiri yang tinggal sepanjang siku itu sehingga lebihan lengan baju itu berputar. "Inilah senjataku!" Melihat ini, Tin Siong tidak ragu lagi. "Lihat seranganku!" bentaknya sulingnya menyambar dengan tusukan yang cepat dan kuat ke arah lehe Kwan Lok. Akan tetapi dengan gerakan lincah sekali Ouw Kwan Lok mengelak dari tusukan lain lengan kirinya menyambar dan lengan baju yang kosong itu berubah tegang menotok ke arah dada Tin Siong! Tiraikasih Website Tin Siong terkejut sekali dan mengelak, lalu membalas dengan serangan gencar. Demikian cepat gerakan sulingnya sehingga suling mengeluarkan suar mengaung-ngaung seperti ditiup. Akan tetapi Kwan Lok dapat mengimbangi kecepatan gerakan Tin Siong dan dia mengelak ke sana sini dan kadang menangkis dengan lengan bajunya. Terjadilah pertandingan yang menarik dan seru. Dan Ouw Kwan Lok tetap saja tidak mau mencabut pedangnya yang tergantung di punggung. Dia menghadapi lawannya dengan tangan kosong saja. Mula-mula dia menggunakan ilmu silat Iek-wan-kun Silat Lutung Hitam yang gesit bukan main dan beberapa kali dia hampir dapat merampas suling perak lawan. Kemudian dia mengubah ilmu silatnya dan menggunakan Pek-swat ok-ciang Tangan Beracun Salju Putih yang dahulu dipelajarinya dari Thian-te Mo-ong. Pukulannya mengandung hawa dingin yang mengejutkan hati Tin Siong. Akan tetapi pemuda ini telah mempelajari ilmu silat keluarga Cia dengan baik. Dia memutar sulingnya sehingga bentuk sulingnya lenyap dan berubah menjadi sinar perak yang bergulung-gulung. Pukulan-pukulan berhawa dingin dari Ouw Kwan Lok dapat dibendung dan bahkan dia dapat membalas dengan totokan-totokan suling peraknya. Akan tetapi kembali Kwan Lok mengubah ilmu silatnya. Kini dia mainkan Kui-Song-kun Silat Naga Iblis yang d pelajarinya dari Siang Koan Bhok. Ilmu silat ini hebat sekali karena mengandung tenaga sin-kang yang amat kuat sehingga setiap kali ditangkis tangan, sulingnya terpental dan hampir terlepas dari pegangan Tin Siong. Agaknya Kwan Lok memang sengaja hendak memamerkan ilmu-ilmunya, maka dia mengubah-ubah ilmu silatnya walaupun dia mampu merobohkan Tin Siong dalam waktu yang tidak terlalu lama. Berkat gemblengan Siang Koan Bhok yang hendak menggunakan muridnya untuk Tiraikasih Website membalas dendam kepada musuh-musuhnya, kini Ouw Kwan Lok telah maju demikian pesat sehingga dia tidak kalah lihainya dibandingkan dengan Siang Koan Bhok sendiri. Dia telah menguasai ilmu-ilmu dari tiga orang datuk. Pertama dari Pak-thian-ong datuk utara, kedua dari Thian-te Mo-ong datuk selatan, kemudian ke tiga dari Siang Koan Bhok datuk timur! Setelah memamerkan Kui-long-kun tiba-tiba dia merubah lagi ilmu silatnya dan inilah Ban-tok-ciang Tangan Selaksa Racun. Sambaran hawa dari tangan kanan Kwan Lok membuat Tin Siong menjadi pening dan tiba-tiba saja ujung lengan baju tangan kiri yang berubah menjadi kaku telah menotok lehernya dan Tin Siong roboh terguling di atas panggung, sulingnya terlepas dari tangannya! Dia tidak mampu bergerak lagi karena sudah tertotok jalan darahnya yang membuat dia lemas. Akan tetapi Kwan Lok yang maklum bahwa keluarga Cia dapat ditarik menjadi sekutu, cepat menyambar tubuh itu dan sekali tangan kanannya bergerak dia telah membebaskan totokan sehingga Tin Siong mampu bergerak kembali dan dia sudah mengambilkan suling perak yang tadi terlepas lalu menyerahkan kepada Tin Siong. Pada saat itu, terdengar suara melengking dan Nenek Cia sudah melayang naik ke atas panggung. Akan tetapi, Tin Siong menyambut neneknya dan ber kata, "Nek, saya telah kalah. Saudara Ouw K wan Lok sudah sepatutnya menjadi beng-cu." Melihat cucunya sama sekali tidak terluka, Nenek Cia tidak dapat berbuat apa-apa, apalagi pada saat itu Hui Sian Hwe-sio sudah naik ke atas panggung. Dengan sikap hormat Hui Sian Hwe sio mempersilakan nenek itu turun dari atas panggung. "Nyonya Cia, silahkan turun dari panggung karena segera akan diadakan Tiraikasih Website pertandingan berikutnya. Si-cu Cia Tin Siong jelas telah mengalami kekalahan dalam pertandingan tadi." Dengan muka. cemberut nenek itu segera menggandeng tangan Tin Siong dan diajak melompat turun dari atas panggung. Mereka yang berpihak kepada Ouw Kwan Lok, yaitu para golongan hitam, bersorak riuh menyambut kemenangan jagoan mereka itu. Hui Sian Hwe-sio lalu mengangkat tangan ke atas dan berseru, "Saudara sekalian, pertandingan kedua dimenangkan oleh si-cu Ouw Kwan Lok, maka sekarang akan diadakan pertandingan antara pemenang pertandingan pertama dengan pemenang pertandingan kedua. Thio Hui San, engkau naiklah ke panggung menghadapi si-cu Ouw Kwan Lok!" Hui Sian Hwe-sio sendiri tidak khawatir. Dia cukup tahu akan kepandaian murid keponakannya. Thio Hui San telah menguasai ilmu-ilmu silat Siauw-limpai dengan matang, bahkan dia mempunyai ilmu andalan yang jarang dimiliki orang lain, yaitu ilmu totok It-yang-ci. Akan tetapi In Kong Thai-su, guru Thio Hui San, mengerutkan alisnya dan dia merasa khawatir. Melihat ilmu kepandaian Ouw Kwan Lok tadi, dia menyangsikan apakah Thio Hui San akan mampu keluar sebagai pemenang. Dia hanya menghela napas saja karena tidak dapat berbuat sesuatu. "San-ko, hati-hatilah menghadapi dia," bisik Ceng Ceng kepada Hui San yang mengangguk dan pemuda itu melompat naik ke atas panggung menghadapi Ouw Kwan Lok. Lee Cin juga merasa khawatir juga melihat betapa Ouw Kwan Lok yang lengan kirinya sudah buntung itu bahkan lebih tangguh dari pada sebelum lengannya buntung! Bahkan ibunya yang berdiri di sampingnya berkata lirih, "Wah, kepandaian pemuda buntung itu hebat sekali! Heran Tiraikasih Website aku bagaimana engkau dapat membuntungi lengan kirinya, Lee Cin." "Ketika dia berkelahi melawan aku, ilmu kepandaiannya tidak sehebat itu, ibu. Aku sendiri juga heran mengapa sekarang dia demikian lihai." kata Lee Cin. Souw Tek Bun menghela napas panjang. "Tidak perlu diherankan. Tadinya, pemuda itu memang sudah lihai, walaupun masih kalah olehmu, Lee Cin. Akan tetapi sekarang dia menjadi murid Siang Koan Bhok dan agaknya datuk itu telah menurunkan ilmu-ilmunya yang paling hebat kepadanya." Mereka bertiga berdiam dan dengan hati tegang memandang ke atas panggung di mana dua orang pemuda itu sudah berdiri saling berhadapan. Hui San tampak gagah dengan bajunya yang serba biru, tubuhnya yang jangkung tegap dan wajahnya yang tampan dan jantan. Sabaliknya Ouw Kwan Lok tampak seperti seorang pemuda yang lemah lembut, berpakaian serba putih, apa lagi lengan kirinya buntung. Hanya matanya yang mencorong tajam itu menunjukkan bahwa dia adalah seorang pemuda yang lihai. Melihat Thio Hui San sudah berhadapan dengannya, Ouw Kwan Lok tersenyum mengejek. Biarpun dia tahu bahwa pemuda berpakaian biru itu seorang murid Siauwlim- pai yang lihai, namun dia memandang ringan dan bertanya dengan tersenyum. "Orang she Thio, engkau hendak mempergunakan senjata apa? Keluarkanlah senjatamu!" Wajah Kwan Lok menjadi merah. Dia menekan kemarahannya dan tersenyum mengejek. "Aku sudah mendengar bahwa In Kong Thai-su terkenal dengan ilmu totok It-yang-ci, maka engkau tentu akan mengandalkan ilmu itu. Justeru aku ingin menguji sampai dimana kehehatan It-yang-ci!" Tiraikasih Website Hui San diam-diam terkejut. Pemuda lengan buntung ini benar-benar sombong sekali. Tidak aneh kalau dia mengetahui tentang It-yang-ci karena memang In Kong Thaisu, gurunya, terkenal dengan ilmu itu. "Kalau begitu, mulailah, aku sudah siap!" kata Hui San sambil memasang kuda-kuda yang kokoh kuat. Melihat kuda-kuda ini, Kwan Lo kembali tersenyum mengejek. "Sambutlah seranganku!" Begitu menyerang, dia sudah menggunakan ilmu pukulannya yang paling ampuh, yaitu Ban-tok-ciang. Ilmu pukulan ini mengandung racun yang berbahaya sekali dan orang yang terkena serangan ini, tentu darahnya akan keracunan. Hui San mengenal pukulan ampuh maka diapun cepat menggunakan kecepatan gerakannya untuk mengelak dan membalas, langsung saja menggunakan It-yang-ci! Hebat bukan main pertandingan ini. Pukulan mereka sama-sama mengeluarkan tenaga sin-kang yang hebat dan dahsyat, terdengar bersiutan. Akan tetapi mereka dapat mengelak atau menangkis dan balas menyerang. Walaupun tangannya hanya tinggal sebuah, namun Kwan Lok dapat menggunakan lengan baju kirinya yang kosong untuk menangkis, bahkan dapat pula lengan baju kiri dipergunakan untuk menyerang dengan totokan yang berbahaya pula. Mereka saling serang silih berganti sampai enampuluh jurus lebih. Akan tetapi, lambat laun Hui San mulai terdesak karena lawannya mengubah-ubah ilmu silatnya sehingga sukar sekali bagi Hui San untuk dapat mengikuti gerak geriknya. Tiba-tiba Kwan Lok mengeluarkan teriakan melengking nyaring dan tubuhnya mencelat ke atas lalu menyerang dengan pukulan tangan kanannya ke arah kepala Hui San! Serangan yang menerkam dari atas ini berbahaya sekali. Tidak mungkin dapat dielakkan lagi oleh Hui San dan Tiraikasih Website terpaksa Hui San menyambut dengan tangkisan yang sekuat-kuatnya. Tangan kirinya mendorong ke atas menyambut tangan kanan itu sedangkan tangan kanannya juga menangkis serangan lengan baju yang menusuk ke arah matanya. "Wuuuuuttttt......... dessss......... !!!"......... tubuh Kwan Lok terpental sehingga dia berjungkir balik tiga kali baru turun ke atas panggung. Akan tetapi tubuh Hui San terdorong mundur terhuyung-huyung dan pemuda ini muntahkan darah segar dari mulutnya! Sesosok tubuh melayang ke atas panggung dan menyambar tubuh Hui San, dibawa turun. Yang melakukan hal itu adalah In Kong Thaisu sendiri. Melihat muridnya sudah terluka parah, dia lalu menolong untuk segera mengobatinya dengan It-yang-ci. Souw Tek Bun cepat menghampiri mereka. "Mari, silakan membawanya masuk ke rumah kami, Thai-suhu." In Kong Thai-su tidak sungkan lagi, lalu membawa tubuh Hui San ke dalam rumah di mana dia segera melakukan pengobatan dengan ilmu It-yang-ci. Ceng Ceng mengikuti dengan muka pucat dan hati cemas sekali. Sementara itu, melihat kemenangan muridnya, Siang Koan Bhok lalu berseru keras dari tempat dia berdiri, "Muridku sudah menang. Berarti dialah yang menjadi bengcu baru!" Hui Sian Hwe-sio, walaupun dengan hati cemas, naik ke atas panggung dan berkata kepada semua yang hadir, setelah minta mereka yang menyambut kemenangan itu dengan sorak sorai diam. "Setelah diadakan pertandingan yang jujur dan adil, ternyata yang keluar sebagai pemenangnya adalah si-cu Ouw Kwan Lok. Dialah yang menjadi beng-cu baru, kalau tidak ada orang lain yang menolaknya." Sengaja dia mengeluarkan kata-kata ini dengan harapan kalau-kalau ada yang menentang pengangkatan beng-cu baru itu. Tiraikasih Website "Kalau Im Yang Seng-cu ikut bertanding, tentu dia yang menang!" terdengar suara beberapa orang yang tadi mendukung ketua Kun-lun-pai itu. Tiba-tiba terdengar seruan melengking, "Tunggu. !" Dan Nenek Cia tampak melayang ke atas panggung. Ouw Kwan Lok mengerutkan alisnya. Apakah nenek yang terkenal galak ini tidak mau menerima kekalahan cucunya? "Nenek Cia! Engkau tidak ikut menjadi calon beng-cu, mengapa naik ke panggung? Apa maumu? Engkau boleh bertanding melawan aku!" terdengar Siang Koan Bhok berseru. "Aku bukan ingin merebut kedudukan beng-cu. Aku mengakui bahwa pemuda ini telah menang dan dia pantas diangkat menjadi beng-cu. Akan tetapi aku ingin mengukur sampai di mana kepandaiannya agar hatiku puas mengakui dia sebagai beng-cu!" "Akulah musuhmu!" bentak Siang Koan Bhok marah. Akan tetapi dari atas panggung, Kwan Lok berkata kepada gurunya. "Su-hu, biarlah Nenek Cia ini menguji kemampuanku, agar dia tidak lagi berani meremehkan suhu!" Siang Koan Bhok tertawa bergelak. Dia tahu bahwa tingkat kepandaian muridnya itu sudah melampaui dirinya maka memang lebih kuat Kwan Lok yang maju dari pada dia. "Bocah she Ouw, kalau engkau mampu bertahan tigapuluh jurus menghadapi tongkatku ini, baru aku mengakui bahwa engkau memang pantas menjadi beng-cu!" kata Nenek Cia sambil memalangkan tongkat naganya. "Jangankan tigapuluh jurus, biar limapuluh jurus atau lebih aku sanggup melayanimu, nek!" Tiraikasih Website Jawaban ini memerahkan telinga Nenek Cia. Dia memutar tongkatnya dan membentak, "Bocah sombong, rasakan tongkatku!" Dan iapun sudah menyerang dengan dahsyatnya. Melihat serangan ini, Kwan Lok maklum bahwa nenek itu lihai sekali maka dia tidak berani main-main. Cepat dia mengelak lalu menggerakkan lengan baju kirinya untuk menotok dan tangan kanannya menyambar ke arah tongkat untuk merampasnya. Akan tetapi nenek itupun sudah menarik kembali tongkatnya dan menggunakan untuk menyerampang kedua kaki Kwan Lok. Pemuda ini meloncat ke atas dan terjadilah saling serang dengan seru sekali. Melihat gerakan nenek itu, Lee Cin diam-diam terkejut. Kini baru ia tahu bahwa kalau dulu ia pernah menang atas diri nenek ini, adalah karena nenek ini mengalah. Kalau nenek Cia bersungguh-sungguh, belum tentu ia akan dapat menang dengan mudah. Akan tetapi yang membuat ia tertegun dan terkejut adalah melihat betapa lincahnya gerakan Kwan Lok, betapa pemuda itu menghadapi tongkat nenek itu tanpa sedikitpun terdesak walaupun dia bertangan kosong. Setelah lewat duapuluh jurus, tiba-tiba nampak sinar berkelebat dan tahu-tahu Kwan Lok telah mencabut pedangnya. Begitu dia memutar pedang balas menyerang, Nenek Cia terkejut karena ilmu pedang yang dimainkan pemuda itu amat dahsyat. Segera ia terdesak mundur dan hanya mampu memutar tongkatnya untuk melindungi diri. Kwan Lok terus menyerang dengan desakan yang kuat sehingga kembali duapuluh jurus telah lewat. Sudah empat puluh jurus mereka bertanding dan Kwan Lok bukan saja mampu menandingi nenek itu, bahkan dia mampu mendesak! Tiraikasih Website "Haiiiiitttt......... !" Tiba-tiba Kwan Lok mengeluarkan teriakan nyaring dan pedangnya menyambar seperti kilat. Nenek Cia menggerakkan gagang tongkatnya menangkis. "Tranggg......... !" Nenek itu terhuyung mundur dan bukan main kagetnya ketika ia melihat sebagian dari hiasan naga tongkatnya telah terbabat buntung! Kwan Lok sudah menyimpan kembali pedangnya dan tersenyum mengejek kepada nenek itu sambil berkata, "Bagaimana, nek? Sudah puaskah engkau menguji aku? Sebetulnya di antara kita tidak pernah saling menyerang. Kita dapat bekerja sama untuk menggulingkan pemerintah Mancu. Kita sahabat, bukan musuh, kawan dan bukan lawan." Nenek Cia hams mengaku kalah. merasa malu kalau terus berkeras, maka iapun mundur tanpa malu lagi, bahkan berkata, "Engkau memang pantas untuk beng-cu." Nenek yang keras hati itu lalu melompat turun dari atas panggung. Siang Koan Bhok merasa senang dan bangga sekali atas kemenangan muridnya itu, maka dari bawah panggung dia berteriak, "Masih adakah orang yang tidak menyetujui muridku Ouw Kwan Lok menjadi beng-cu? Kalau masih ada, silakan maju dan mengujinya!" Ouw Kwan Lok sendiri menjadi mabok kemenangan dan dia merasa bangga sekali. Sambil tersenyum dia memandang ke empat penjuru dan berkata lantang, "Benar sekali apa yang diucapkan suhu. Kalau ada yang masih merasa penasaran, silakan naik dan bertanding dengan aku. Bagaimana kalau bekas beng-cu Souw maju mengujiku? Atau barangkali isterinya atau anaknya perempuan yang terkenal pandai ?" Mendengar tantangan ini, Souw Tek Bun diam saja dan biarpun Lee Cin merasa tangannya gatal, iapun tidak berani Tiraikasih Website mendahului ayahnya. Akan tetapi Ang-tok Mo-li Bu Siang tidak dapat menahan kemarahannya. Sekali berkelebat tubuhnya melayang naik ke panggung dan langsung saja ia menyerang Ouw Kwan Lok dengan pukulan Ang-tok-ciang Tangan Racun Merah sambil berseru, "Bocah sombong, rasakan pukulanku!" Melihat wanita itu menyerangnya dari udara, Ouw Kwan Lok bersikap waspada. Dia sudah mendengar betapa lihainya datuk wanita ini, maka begitu melihat pukulan tangan kanan yang berubah kemerahan itu, diapun mengerahkan sin-kangnya dan menyambut dengan dorongan tangan kirinya. "Plakkk.......... !!" Akibatnya, Ang-tok Mo-li terpental ke belakang akan tetapi dengan berjungkir balik ia dapat turun ke atas panggung, sedangkan Ouw Kwan Lok hanya mundur dua langkah! Tiba- tiba Souw Tek Bun sudah meloncat naik ke atas panggung. Ouw Kwan Lok mengira bahwa bekas beng-cu itu hendak mengeroyoknya, akan tetapi ternyata tidak. Souw Tek Bun memegang tangan isterinya dan menariknya mundur. "Sudahlah, kita tidak mempunyai urusan sedikitpun dengan pengangkatan beng-cu ini. Siapapun yang akan diangkat, tidak ada urusannya dengan kita!" Setelah berkata demikian, dia mengajak isterinya melompat turun. Makin besarlah kepala Ouw Kwan Lok. Dia tersneyum memandang kepada Im Yang beng-cu dan berkata lantang. "Tadi ada yang menyesalkan mengapa Im Yang Seng-cu ketua Kun-lun-pai tidak ikut bertanding. Sekarang setelah aku keluar sebagai pemenang, kalau masih penasaran, silakan Im Yang Seng cu naik ke panggung untuk mengujiku!" Dengan lagak sopan dan ramah Ouw Kwan Lok menantang! Ini hebat sekali. Menantang ketua Kun-lun-pai, Tiraikasih Website pada hal semua orang tahu betapa lihainya Im Yang Sengcu. Banyak orang berseru, "Im Yang Seng-cu naik ke panggung!" .dan mereka ingin sekali melihat pemuda sombong itu dikalahkan. Tadinya Im Yang Seng-cu yang sudah tua itu tidak mau melayani tantangan Ouw Kwan Lok, akan tetapi karena banyak suara mengharapkannya, terpaksa dia bangkit dan naik ke panggung. Ouw Kwan Lok menyambut dan memberi hormat. "Terima kasih kalau to-tiang sudi memberi petunjuk kepadaku!" Sikapnya kelihatan sopan dan kata-katanya merendah, akan tetapi senyum dan pandang matanya penuh ejekan. "Sian-cai ...... ! Ouw- sicu sungguh mengagumkan, masih muda sudah memiliki ilmu kepandaian tinggi. Tung-hai-ong boleh merasa bangga mempunyai seorang murid seperti engkau, Pin-to sudah tua, tidak ingin bertanding, hanya ingin menguji tenaga sin-kangmu." "Silakan, to-tiang!" kata Ouw Kwan Lok. "Sambutlah seranganku ini, orang muda!" Im Yang Sengcu lain mengajukan kaki kanannya dan tangan kanannya mendorong dengan telapak tangan terbuka ke arah dada Ouw Kwan Lok. Pemuda ini cepat mengerahkan tenaga dan diapun mengajukan kaki kanan ke depan dan tangan kanannya yang terbuka di dorongkan ke depan menyambut dorongan tangan kanan kakek itu. "Desss......... !" Dua tenaga sakti yang amat kuat bertemu di udara dan akibatnya, Im Yang Seng-cu mundur tiga langkah, akan tetapi Ouw Kwan Lok juga mundur tiga langkah. Hanya bedanya, kalau pernapasan kakek itu agak memburu, sebaliknya pernapasan Ouw Kwan Lok biasa dan tenang-tenang saja! Hal ini saja membutktikan bahwa Ouw Tiraikasih Website Kwan Lok masih menang sedikit dan kemenangan ini adalah karena dia jauh lebih muda dari pada lawannya yang sudah berusia tujuhpuluh tiga tahun! "Sian-cai ..... Ilmu kepandaian Ouw sicu memang hebat dan kalau diukur dengan tingkat kepandaian, memang sudah pantas menjadi beng-cu. Pin-to tidak ingin mencampuri urusan pemilihan beng cu baru, terserah kepada hadirin sekalian!" Setelah berkata demikian, Im Yang Seng-cu melompat turun dari atas panggung. Ouw Kwan Lok memandang ke empat penjuru dengan wajah berseri. Dia merasa seolah menjadi orang terpandai di dunia ini. "Saudara sekalian! Kalau sudah tidak ada lagi yang penasaran, berarti saudara sekalian menerima saya menjadi beng-cu baru, bukan?" Sorak sorai menyambut ucapan ini, yaitu mereka yang memang mendukung pemuda itu sejak awal. Sedangkan yang lain, biarpun dalam hati merasa tidak senang, hanya diam saja tidak berani memperlihatkan perasaan mereka. "Nah, sekarang saudara sekalian. Sebagai beng-cu baru saya ingin melanjutkan rapat pertemuan ini, yaitu membicarakan tentang perjuangan kita menentang pemerintah penjajah Mancu! Saya mempersilakan Hui Sian Hwe-sio sebagai pengundang rapat pertemuan ini untuk menjelaskan apa yang hendak dibicarakan tentang perjuangan ini." Hui Sian Hwe-sio bicara dari tempat ia berdiri, "Omitohud.......... Tadinya kami sama sekali tidak hendak membicarakan tentang perjuangan menentang pemerintah penjajah, melainkan membicarakan betapa banyak di antara orang kang-ouw yang bekerja sama dengan orang asing seperti yang baru-baru ini terjadi di pantai timur. Orangorang kang-ouw dapat diperalat oleh pasukan yang memberontak, dan juga bersekutu dengan orang-orang Tiraikasih Website Jepang. Hal ini amat tidak baik, mencemarkan nama baik dunia kang-ouw dan orang-orang gagah pada umumnya. "Hui Sian Hwe-sio telah bicara tentang orang-orang yang menentang pemerintah akan tetapi bersekutu dengan pasukan pemberontak dan orang Jepang. Siapa yang akan menanggapi pernyataan itu?" kata Ouw Kwan Lok, bersikap sebagai seorang pemimpin. "Aku akan menja wabnya!" Tiba-tiba terdengar suara melengking seorang wanita dan ternyata yang bicara itu adalah Nenek Cia! "Silakan bicara!" kata Ouw Kwan Lok. "Kami keluarga Cia sejak dahulu adalah patriot- patriot sejati yang selalu menentang kekuasaan panjajah Mancu. Menurut pandangan kami, orang berjuang menentang penjajah Mancu boleh melakukan segala. cara. Apa salahnya bekerjasama dengan para pemberontak dan orang-orang Jepang? Kami akui bahwa memang kami bekerja sama dengan mereka. Akan tetapi tujuannya adalah menentang penjajah Mancu. Justeru demi berhasilnya perjuangan kita harus merangkul siapa saja untuk memperkuat diri. Heran sekali mengapa ada orang ribut-ribut tentang hal itu, akan tetapi tinggal peluk tangan saja melihat betapa penjajah menindas rakyat jelata?" "Apa yang dikatakan Nenek Cia tepat sekali. Apakah ada yang akan menanggapi? Dan apakah wakil Siauw-limpai dan Kun-lun-pai yang tadinya menjadi wakil beng-cu lama akan memberikan jawaban?" "Sian-cai......... !" Terdengar Im Yang Seng-cu berkata lantang. "Ucapan Nyonya Cia itu berarti demi mencapai tujuan menghalalkan segala cara! Bukan begitulah sikap seorang pendekar. Betapa. sucipun tujuannya, kalau cara mencapainya kotor, tujuan itu akan tercemar pula. Orangorang Jepang itu adalah bajak-bajak laut yang sudah Tiraikasih Website banyak mengacaukan kehidupan rakyat di pantai. Seorang pendekar semestinya menentang mereka, bukan malah diajak bersekutu. Seorang pendekar patriot akan berjuang dengan bersih, patriot sejati hanya akan berjuang dengan dukungan rakyat jelata, bukan didukung oleh para penjahat yang hanya akan mengail di air keruh." "To-tiang, kalau menurut pendapat to-tiang seperti itu, lalu bagaimanakah kalian akan berjuang menentang penjajahan? Dan kapan to-tiang akan mulai berjuang? Selama ini yang- namanya orang-orang gagah hanya tunduk dan menurut saja apa yang dikehendaki pemerintah penjajah. Bahkan pemilihan beng-cu yang lalu didukung oleh pemerintah Mancu. Itukah yang dinamakan sikap seorang patriot? Kami lebih condong mendukung pendapat Nenek Cia!" kata Ouw Kwan Lok yang disambut sorak sorai golongan hitam yang hadir di situ. Mendengar ini, Im Yang Seng-cu lalu mengibaskan lengan bajunya dan berkata, "Kalau demikian peristiwa Bengcu, sudahlah. Kami dari Kun-lun-pai tidak akan mencampuri urusan kalian yang menentang pemerintah sambil bersekutu dengan para penjahat! Mari kita pergi meninggalkan tempat ini!" Mendengar ini, In Kong Thai-su juga mengajak saudarasaudaranya untuk meninggalkan tempat itu. Akan tetapi melihat ini, Ouw Kwan Lok berkata dengan lantang. "Saudara sekalian harap jangan pergi dulu, kami hendak membuat pengumuman kami yang pertama sebagai beng-cu baru adalah bahwa kedudukan beng-cu berada di Pulau Naga dan kalau ada urusan dengan beng-cu harap datang ke Pulau Naga!" Para utusan Kun-lun-pai, Siauw-limpai, Kong-thong-pai, Bu-tong-pai, dan Go-bi-pai menghadap Souw Tek Bun yang menjadi tuan rumah untuk berpamit, lalu mereka pergi meninggalkan tempat itu. Tiraikasih Website Satu demi satu para tamu meninggalkan Hong-san. Yang paling akhir adalah Ouw Kwan Lok gurunya, Siang Koan Bhok Jilid V Lee Cin tersenyum mengejek. "Habis, engkau mau apa? Salahmu sendiri sampai lenganmu buntung!" Mereka saling pandang. Ouw Kwan Lok merasa sakit hati, bukan hanya karena lengannya dibuntungi gadis itu, akan tetapi juga untuk membalaskan sakit hati para gurunya, mendiang Pak-thian-ong dan Thian-te Mo-ong. Akan tetapi kini dia menghadapi Lee Cin, Souw Tek Bun dan Ang-tok Mo-li. Mereka bertiga itu dengan tegak berdiri dan siap untuk melawan. Biarpun Ouw Kwan Lok bersama Siang Koan Bhok, namun dia tidak berani main-main menghadapi tiga orang itu. Akhirnya dia tersenyum dan kembali menjura kepada Lee Cin. "Nona Souw, biarlah lain kali saja aku membalas kebaikanmu itu," katanya lalu pergi bersama gurunya meninggalkan tempat itu. Keadaan menjadi sunyi setelah semua orang pergi. Lee Cin mengepal tinjunya. "Mengapa ayah melarangku ketika aku hendak menentang dan melawan bangsat itu?" katanya dengan kesal. "Engkau tentu tahu bahwa saat itu sedang diadakan pemilihan beng-cu baru sehingga tidak ada alasannya kalau engkau hendak menyerangnya. Selain itu, kulihat ilmu kepandaian pemuda itu sungguh luar biasa sekali. Bahkan Im Yang Seng-cu tidak dapat mengatasinya, dan Nenek Cia juga kalah olehnya. Sungguh berbahaya kalau engkau hendak melawan dia, Lee Cin." Tiraikasih Website "Aku tidak takut, ayah. Biarpun aku juga mengerti bahwa ilmu kepandaiannya sudah maju dengan pesatnya dan mungkin saja aku tidak akan mampu menandinginya." "Aku juga penasaran. Aku ingin mencoba kelihaiannya, akan tetapi engkau menghalangi aku!" kata pula Ang-tok Mo-li kepada suaminya. Souw Tek Bun tersenyum. "Aku hanya menjaga agar jangan sampai engkau dikalahkannya di depan begitu banyak orang. Lain waktu masih banyak kesempatan bagi kita untuk menentangnya kalau dia melakukan kejahatan." "Celaka! Dia menjadi beng-cu, akan dibawa kemanakah dunia persilatan? Aku tahu, dia adalah seorang pemuda yang herhati palsu dan amat jahat, ayah," kata Lee Cin khawatir. "Biarpun dia beng-cu, kalau tindakannya tiilak benar, kurasa para orang gagah tak akan menuruti kemauannya. Paling-paling golongan sesat yang akan taat kepadanya," ayahnya menghibur. Sementara itu Ouw Kwan Lok yang melakukan perjalanan dengan Siang Koan Bhok, telah tiba di kaki gunung Hong -san. "Kwan Lok, kalau gadis puteri Souw Tek Bun itu yang membuntungi lengan kirimu, kenapa tadi engkau tidak membunuhnya saja?" Siang Koan Bhok menegur muridnya. "Ia dan ayah ibunya merupakan lawan yang tidak ringan, suhu. Aku khawatir kalau gagal tadi. Kalau aku sudah turun tangan, haruslah berhasil. Biarlah, lain waktu aku pasti akan membalas dendam kepadanya, tidak cukup dengan membunuhnya atau membuntungi lengannya. Sekarang, yang paling penting bagiku adalah menyusun kekuatan. Apa artinya menjadi beng-cu kalau tidak mempunyai anak buah?" Tiraikasih Website "Anak buah kita di Pulau Naga cukup banyak." "Akan tetapi mereka hanya anak buah biasa saja, suhu. Yang kumaksudkan, kita harus dapat mengundang orangorang berkepandaian tinggi untuk menjadi anggautaku di sana. Aku harus dapat membuat seluruh dunia persilatan tunduk kepadaku, dan kalau ada yang tidak mau taat, akan kuberi hajaran. Tentu saja aku harus mempunyai anak buah yang pandai dan banyak." Siang Koan Bhok mengangguk. Dia kagum kepada murid barunya ini, dan menganggap dia sebagai pengganti Siang Koan Tek, pureranya. "Jangan lupa untuk membalaskan dendamku kepada Song Thian Lee, Kwan Lok." "Jangan khawatir, suhu. Tak lama lagi tentu aku akan mampu menghadiahkan kepada Song Thian Lee kepada suhu. Juga isterinya harus mati di tanganku. Mereka bertiga itu, Song Thian Lee, Tang Cin Lan, dan Souw Lee Cin, adalah musuh-musuh utamaku." Legalah hati Siang Koan Bhok dan dia percaya muridnya ini tidak hanya membual saja. Dia percaya bahwa dengan tingkat kepandaiannya yang sekarang, Kwan Lok akan mampu menandingi dan mengalahkan Song Thian Lee. Tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan dan di depan mereka telah berdiri seorang kakek tinggi kurus yang berusia hampir enampuluh tahun. Kwan Lok dan Siang Koan Bhok segera mengenal kakek ini yang bukan lain adalah Thian to Mo-ong Koan Ek. “Eh, kiranya suhu Thian-te Mo-ong!" tegur Kwan Lok dengan gembira. "Kwan Lok, lupakah engkau akan pesanku ketika kita berpisah? Engkau tidak memenuhi pesanku, bahkan engkau ikut Tung-hai-ong dan merebut kedudukan beng-cu! Mulai Tiraikasih Website saat ini engkau hatus ikut aku dan membalas dendam kepada musuh- musuhku!" "Hemm, suhu Thian-te Mo-ong. Aku sama sekali tidak lupa akan pesanmu. Tahukah engkau bahwa aku sampai kehilangan lengan kiri karena memenuhi pesanmu? Sekarang aku tidak perlu memenuhi pesanmu ini karena tiga orang yang suhu musuhi itu juga merupakan musuhku. Musuh kita bersama." "Heh, Thian-te Mo-ong, apa maumu menghadang perjalanan kami di sini?" Siang Koan Bhok berseru tidak senang. "Siang Koan Bhok, engkau mencuri muridku!" Thian-te Mo-ong membalas dengan marah. "Tidak, suhu Thian-te Mo-ong. Suhu Siang Koan Bhok tidak mencuriku. Aku yang minta menjadi muridnya dan sekarang kebetulan sekali. Aku sedang mencari-cari orangorang seperti suhu ini untuk menjadi pengikut dan pembantuku. Marilah suhu, engkau ikut denganku ke Pulau Naga dan kita membangun kekuatan bersama. Kalau kita sudah kuat, apa sih sukarnya membasmi musuh- musuh kita itu?" "Hemm, engkau berlagak. Aku menjadi pembantumu? Apakah engkau mimpi ? Biarpun engkau sudah menjadi beng-cu, engkau tetap muridku. Bagaimana aku sebagai gurumu kini menjadi anak buahmu?" "Suhu, biarpun aku muridmu, akan tetapi sekarang aku lebih lihai daripada mu. Sekarang begini saja. Kalau suhu dapat mengalahkan aku, baiklah, aku akan ikut dengan suhu dan menaati semua perintah uhu. Akan tetapi sebaliknya kalau suhu kalah olehku, suhu harus ikut ke Pulau Naga dan membantuku. Bagaimana ?" "Engkau menantangku? Hemm, setelah menjadi murid Siang Koan Bhok, engkau berani menantangku, ya?" Tiraikasih Website "Tidak, aku tidak akan menggunakan ilmu yang kupelajari dari suhu Siang Koan Bhok. Aku akan melawan suhu dengan ilmu yang kupelajari dari suhu sendiri, dengan demikian barulah adil" Thian-te Mo-ong tersenyum mengejek. Dia tadi sudah melihat betapa lihainya Ouw Kwan Lok. Akan tetapi kalau pemuda itu tidak mempergunakan ilmu silat lain, melainkan menggunakan ilmu silat yang diajarkannya dulu, bagai mana mungkin Kwan Lok mampu menandinginya? "Baik, bersiaplah. Siang Koan Bhok menjadi saksinya!" "Ha-ha-ha, akan kusaksikan betapa Thian-te Mo-ong kalah oleh muridnya!" Siang Koan Bhok tertawa. " Awas, lihat seranganku.” Thian-te Mo-ong berteriak ganas dan dia sudah menerjang maju dan menyerang dengan ilmu silat Pek-swat Tok-ciat Tangan Beracun Salju Putih. Ouw Kwan Lok cepat mengelak lalu balas menyerang dengan ilmu yang sama! Tentu saja Kwan Lok kurang leluasa memainkan ilmu silat itu karena hanya dengan sebeah tangan, akan tetapi dia memiliki gerakan yang lebih cepat dari gurunya itu sehingga dia tidak sampai terdesak. "Haiiiiittttt ..... !" Thian-te Mo-ong nengirim pukulan keras sekali dengan tangan kanannya, mengarah kepala muridnya, akan tetapi Kwan Lok membuat gerakan yang sama dengan tangan kanannya, menangkis pukulan itu sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya. "Wuuuttt......... desss......... "" Akibat benturan kedua lengan itu, tubuh Thian te Mo-ong terhuyung ke belakang. Ternyata dia kalah kuat! "Nah, suhu telah kalah," kata Kwan Lok sambil tersenyum. "Baiklah, dalam pertandingan tangan kosong aku mengaku kalah kuat, akan tetapi coba tahan pedangku Tiraikasih Website kalau engkau mampu!" kata Thian-te Mo-ong sambil mencabut sepasang pedangnya dan menyilangkan sepasang pedang itu di depan dadanya. "Baiklah, akan kulayani kehendakmu, suhu!" Diapun meloloskan pedangnya dari punggung dan keduanya segera bertanding dengan pedang. Kwan Lok tetap memainkan ilmu pedang yang dipelajarinya dari gurunya. Akan tetapi karena memang dia menang cepat dan menang kuat, dia segera dapat mendesak Thian-te Mo-ong. Dia sudah hafal akan gerakan serangan gurunya, maka dia selalu dapat mengelak dan menangkis. Dan setiap kali menangkis, pedang suhunya terpental. Kwan Lok mempercepat gerakannya dan sekali membentak nyaring, sambil memutar pedangnya, dia berhasil membuat sepasang pedang itu terpental dan lepas dari tangan Thian-te Mo-ong. "Bagaimana, suhu, maukah suhu menjadi pembantuku di Pulau Naga?" Tanya Kwan Lok sambil menyarungkan pedangnya kembali. Thian-te Mo-ong hampir tidak percaya. Muridnya ini benar-benar telah mampu mengalahkannya dalam permaianan silat yang pernah diajarkannya! "Ha-ha-ha, Thian-te Mo-ong, engkau harus mengakui sudah tua dan kalah oleh murid sendiri!" Siang Koan Bhok menertawainya. "Dan bagaimana dengan engkau, Siang Koan Bhok? Apakah engkau mampu mengalahkannya?" Siang Koan Bhok menggeleng kepalanya. "Aku belum mencobanya dan tidak akan mencobanya. Aku siap menjadi pembantu utama dari Ouw Kwan Lok. "Bagus, suhu Siang Koan Bhok menjadi pembantu pertama dan suhu Thiante Mo-ong menjadi pembantu kedua. Akan kuat sekali keadaan kita di Pulau Naga." Tiraikasih Website Thian-te Mo-ong menghela napas dan mengambil sepasang pedangnya. "Baiklah, aku suka menjadi pembantumu yang ke dua." Tiga orang itu lalu melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Pulau Naga. -oomchoo- Kaisar Kian Liong memang merupakan seorang kaisar yang baik dan pandai, akan tetapi tiada manusia di dunia ini yang tanpa cacat. Kaisar Kian Liong suka sekali akan wanita cantik. Kalau sudah melihat wanita cantik, biarpun wanita itu sudah bersuami, akan diusahakan agar wanita itu dapat menjadi miliknya. Selir dan dayangnya ratusan orang banyaknya, namun agaknya Kaisar Kian Liong masih memalingkan mukanya kepada wanita lain yang bukan miliknya. Akan tetapi segala bentuk kesenangan kalau terlalu di turuti, akhirnya membuat orang menjadi bosan juga. Demikian juga dengan Kaisar Kian Liong. Akhirnya dia merasa bosan juga bermain- main dengan wanita cantik. Pada suatu hari, ketika dia duduk dalam tandu, dia melihat wajah seorang di antara para pemikul tandu. Wajah pemuda itu sedemikian menarik hatinya, membuat Kian Liong teringat akan wajah seorang selir ayahnya yang pernah dicintanya akan tetapi dahulu tak pernah dia dapat memiliki selir ayahnya itu. Setelah duduk di bagian dalam istana, dia menyuruh panggil pemuda pemikul tandu Setelah pemuda yang berusia delapanbelas tahun itu datang berlutut di depannya, Kaisar Kian Liong semakin tertarik. Seorang pemuda yang tampan sekali, demikian tampan dan halus bersih kulitnya seperti seorang wanita saja. Dia lalu mengangkat pemuda itu menjadi pelayannya. Tiraikasih Website Pemuda itu bernama Ho Shen. Ketika pada suatu malam Kaisar Kian Long memanggilnya kemudian mengajaknya tidur, pemuda itu diam-diam merasa terkejut dan menganggap kaisarnya telah menjadi gila. Akan tetapi kemudian dia mengetahui bahwa kaisarnya benar-benar tergila- gila kepadanya dan menjadikan dia sebagai kekasihnya! MuIai saat itu, Ho Shen yang cerdik itu tidak menyia-nyiakan waktunya. Dia diangkat menjadi kepala pelayan. Kalau semua pelayan pria adalah kasim orang kebiri maka dia sendiri tidak dan bahkan diangkat menjadi kepala! Tabun-tahun terlewat dan Ho Shen dapat merayu sang kaisar sedemikian rupa sehingga akhirnya dia diberi kedudukan tinggi sebagai perdana menteri! Untuk menutupi kecurigaan orang, Kaisar Kian Liong menyuruh Ho Shen menikah. Peristiwa ini merupakan rahasia, akan tetapi sebaikbaiknya barang busuk ditutupi, baunya tercium juga. Hanya, orang tidak berani membicarakan secara terbuka dan diam-diam saja, pura-pura tidak tahu. Mereka bahkan merasa iri kepada Ho Shen yang dapat menumpuk kekayaan dari kedudukannya. Peristiwa ini akhirnya terdengar pula oleh Panglima muda Song Thian Lee. Panglima muda ini memang sudah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Ketika mendengar berita itu, dia merasa muak dan mendorongnya untuk cepat mengundurkan diri. Pada suatu hari, dia mohon menghadap Kaisar dan membawa sesampul surat permohonan berhenti dari jabatannya. Kaisar Kian Liong mengerutkan alisnya setelah membaca surat permohonan itu dan menatap wajah panglima muda Song Thian Lee yang menunduk. Tiraikasih Website "Song Ciang-kun, apa sebabnya engkau tiba-tiba hendak mengundurkan diri dari jabatanmu? Apakah jabatanmu yang sekarang kurang tinggi?" "Tidak sama sekali, Yang Mulia. Jabatan sekarang ini sudah cukup tinggi dan terhormat bagi hamba." "Kalau begitu, apakah penghasilanmu kurang? Gajimu tidak mencukupi?" "Juga tidak, Yang Mulia. Penghasilan hamba sudah lebih dari cukup, gaji hamba cukup besar." "Kalau begitu, mengapa engkau hendak mengundurkan diri, Song Ciangkun? Selama ini engkau menjadi panglima muda yang cakap dan setia, bahkan baru-baru ini engkau sudah berhasil memadamkan pemberontakan di pantai timur. Lalu mengapa mendadak engkau ingin berhenti?" "Terus terang saja, Yang Mulia. hamba ingin hidup dalam suasana tenang dan damai bersama anak isteri hamba." "Apakah selama menjadi panglima di sini hidupmu tidak tenang dan tidak damai?" Song Thian Lee memberi hormat. "Memang tidak, Yang Mulia. Terutama sekali kalau hamba melaksanakan tugas, beberapa kali hamba harus berhadapan dan melawan para pendekar yang ikut memberontak. Hamba merasa bersalah dan gelisah." "Hemm, akan tetapi mereka adalah pemberontak yang hanya mendatangkan kekacauan dalam kehidupan negara dan rakyat!" "Memang benar, Yang Mulia. Akan tetapi merekapun merupakan segolongan pendekar." "Kalau......... engkau memihak kepada mereka yang memberontak, Song-ciangkun?" Tiraikasih Website "Sama sekali tidak, Yang Mulia. Biarpun mereka itu pendekar, kalau mereka bersekutu dengan orang-orang asing dan pemberontak seperti di pantai timur itu, hamba akan tetap menentang." "Song-ciangkun, apakah sudah engkau pikir baik-baik keputusanmu ini? Kami akan merasa kehilangan sekali kalau engkau mengundurkan diri. Bukankah selama ini kita bersahabat dan kami bersikap balk kepadamu?" "Ampun, Yang Mulia. Memang Yang Mulia telah memberi anugerah dan kebaikan kepada hamba. Akan tetapi hamba sudah memikirkan dengan matang. Hamba tidak ingin menjadi seorang panglima yang diam-diam membenci pekerjaannya sendiri. Lebih baik hamba berterus terang dan minta berhenti dengan hormat." "Baiklah, Song-ciangkun. Kami dapat menghargai kejujuranmu. Akan tetapi karena pengunduran dirimu merupakan urusan besar dan menyangkut penataan pasukan, kami akan membicarakan derigan Panglima Tua Bouw dan Panglima Coa agar dapat diatur bagaimana baiknya dan siapa yang akan menggantikan jabatanmu. Sesudah itu, baru kami akan memberi surat pelepasan kepadamu." Setelah memberi hormat dan mengucapkan terima kasih, Song Thian Lee mengundurkan diri keluar dari istana. Tak lama setelah Song Thian Lee pergi, Kaisar Kian Liong memanggil Panglima Tua Bouw Kin Sek dan wakilnya, yaitu Panglima Coa Kun. Setelah kedua orang panglima itti menghadap, Kaisar Kian Liong lalu memberitahu kepada mereka. "Baru saja Song-ciangkun menghadap kami dan mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri sebagai panglima. Apakah kalian berdua mengetahui apa sebabnya?" Tiraikasih Website Dua orang panglima itu saling Pandang dan Bouwciangkun segera menjawab. "Sepanjang yang hamba ketahui, tidak ada sebab-sebab yang menyebabkan dia mengundurkan diri, Yang Mulia." "Hemm, akan tetapi dia mengatakan bahwa hatinya tidak merasa nyaman karena dalam pemberantasan pemberontak, seringkali dia harus berhadapan dengan para pendekar. Apakah kalian mengetahui apa artinya itu?" Coa Ciang-kun yang tinggi kurus dan bermuka pucat itu lalu memberi hormat. "Ampun, Yang Mulia. Kalau hamba tidak salah duga, hamba mengetahui sebab-sebabnya." "Coba ceritakan, Coa-ciangkun," kata kaisar. "Ketika Song-ciangkun memadamkan pemberontakan di timur, dia tidak mau mempergunakan pasukan untuk membasmi sebuah keluarga yang sangat benci kepada kerajaan. Keluarga itu adalah Keluarga Cia dan mungkin keluarga Cia yang telah membunuhi pembesar-pembesar yang setia kepada paduka. Akan tetapi panglima Song tidak inelanjutkan pengejaran dan membiarkan mereka itu lolos!" "Wah, itu merupakan kesalahan besar! Membasmi pemberontak haruslah sampai ke akar-akarnya! Kalau keluarga itu tidak dibasmi, tentu mereka lain kali akan mengadakan pemberontakan lagi." "Ampun, Yang Mulia," kata Panglima Tua Bouw Kin Sek yang memang mencari kesempatan. "Kalau begitu, mundurnya Panglima Song tentu ada kaitannya dengan itu. Jangan-jangan dia mundur untuk menyusun kekuatan untuk memberontak bersama Keluarga Cia itu!" "Hamba juga mendengar berita yang mencurigakan, Yang Mulia. Baru baru ini para kang-ouw mengadaka pertemuan di Hong-san untuk memilih ketua baru. Akan tetapi tidak seperti biasanya, mereka tidak mengundang perwira setempat sehingga pemilihan itu gelap bagi kita. Jangan- Tiraikasih Website jangan ini ada hubungannya pula dengan berhentinya Songciangkun. Mereka hendak menyusun kekuatan!" kata pula Coa-ciangkun. Wajah Kaisar Kian Liong menjadi merah dan alisnya berkerut, lalu tangannya mengepal tinju. "Sangat boleh jadi dugaan kalian itu! Kalau begitu kalian harus turun tangan. Setelah dia berhent nanti, kalian harus mengutus orangoran pandai dan mengamati gerak-geriknya dan kalau benar dia mengadakan perhubungan dengan para pemberontak, jangan ragu-ragu lagi, tangkap dan binasakan Songciangkun!" "Baik, Yang Mulia. Hamba akan mengaturnya!" jawab Bouw-ciangkun yang merasa girang karena diam-diam panglima ini membenci Song Thian Lee yang mendapat kepercayaan besar dari Kaisar. Dia merasa iri dan benci. Akan tetapi, orang yang baik dan benar selalu dilindungi oleh Kekuasaan yang tidak tampak. Percakapan antara dua panglima dan kaisar ini didengar oleh seorang thai-kam kasim yang bertugas di situ. Thia-kam ini amat mengagumi Song Thian Lee, dan mendengar itu, diam-diam dia lalu mengirim surat kepada Thian Lee, memberitahu bahwa pendekar itu teramcam dan harus berhati-hati karena tindak-tanduknya akan diamati dengan ancaman mati. Song Thian Lee bercakap-cakap dengan, isterinya tentang permintaannya mundur dari jabatannya. "Apa yang kaulakukan itu aku setuju sekali, Lee-ko. Kalau aku teringat akan orang-orang tua kita yang tewas oleh pasukan pemerintah, sungguh aneh sekali kalau sekarang engkau malah nenjadi panglima pemerintah. Aku sendiri puteri angkat seorang pangeran, maka akupun tidak dapat berkata apa-apa ketika engkau diangkat menjadi panglima. Namun di sudut hatiku, aku merasa tidak enak sekali." Tiraikasih Website "Benar kata-katamu. Bukan hanya mengingat akan orang tua kita, akan tetapi juga mengingat akan saudara-saudara Para pendekar di dunia kang-ouw, mereka tentu tidak senang mendengar aku menjadi panglima kerajaan. Ayahku dulu adalah seorang tokoh Kun-lun-pai yang patriotik yang gagah, akan tetapi anaknya sekarang menjadi panglima kerajaan penjajah. Kalau aku melakukan tugas membasmi pemberontak, aku sering bertemu dengan orang-orang kangouw yang ikut memberontak. Nah, di situ hatiku menjadi tidak senang sekali karena pekerjaanku ini berlawanan dengan batinku." "Lalu, kalau engkau sudah mengundurkan diri, apakah kita juga akan tetap tinggal di kota raja, Lee-ko?" "Tidak, Lan-moi. Kota raja bukan tempat yang tepat untuk kita hidup secara aman dan tenteram. Aku akan tinggal di kampung halamanku, yaitu di dusun Tung-sinbun yang tidak jauh dari kota raja. Aku akan menjauhkan diri dari semua pemberontakan-pemberontakan kecil sambil menanti datangnya saat di mana rakyat yang akan memberontak terhadap penjajah. Aku juga akan menjauhkan diri dari dunia kang-ouw. Aku ingin tinggal di dusun di mana dahulu ayahku tinggal dan hidup sebagai seorang petani." "Akan tetapi kalau sekali waktu aku merasa rindu kepada ibu, bolehkah aku pergi menengoknya di istana ayah?" "Tentu saja boleh." Beberapa hari kemudian, surat keputusan dari Kaisar tiba, yaitu yang menyetujui bahwa Thian Lee mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai panglima. Karena setelah tidak lagi menjali panglima muda dia harus meninggalkan gedung yang sekarang menjadi tempat tinggalnya, maka setelah menerima surat keputusan itu, Thian Lee segera memboyong keluarganya pindah ke dusun Tung-sin-bun. Tiraikasih Website Pangeran Tang Gi Su, ayah tiri Cin Lan, terkejut sekali mendengar akan mundurnya Thian Lee dari jabatannya. Dia segera mengunjungi Thian Lee dan bertanya tentang hal itu. Akan tetapi setelah menerima penjelasan Thian Lee, pangeran yang bijaksana itupun dapat mengerti. Mantunya adalah seorang pendekar besar, tentu saja merasa tidak enak kalau harus bermusuhan dengan sesama pendekar yang mendukung pemberontakan terhadap pemerintah Mancu. Dia hanya menghela napas dan memesan kepada mantunya itu agar jangan melibatkan diri dengan pemberontakan karena dia akan merasa berduka sekali kalau mantunya menjadi musuh kerajaan. Ci Tung-sin-bun, Thian Lee membeli rumah ayahnya yang dulu, membangunnya kembali dan membeli beberapa petak sawah ladang dan selanjutnya dia hidup sebagai petani. Sama sekali dia tidak tahu dan tidak mengira bahwa segala gerak geriknya diawasi dengan tajam oleh orang-orang yang disebar oleh Bouw-ciangkun dan Coa-ciangkun. Dia hidup sebagai seorang petani, mempergunakan tenaga buruh tani untuk menggarap sawah ladangnya, juga dia berusaha untuk memperdagangkan hasil bumi. Thian Lee hidup dengan tenang dan sederhana bersama Tang Cin Lan dan Song Han San, putera mereka yang kini sudah berusia tiga tahun. -oomchoo- Kota Cin-an, amat ramainya.. Kota besar ini menjadi penting karena berada di dekat Sungai Huang-ho yang menghubungkannya sampai ke lautan di Teluk Pohai, dan menghubungkan kota Cin-an dengan barat. Lalu lintas perdagangan melalui Sungai Huang-ho menjadi kota Cin-an makin ramai dikunjungi banyak pedagang dari lain daerah. Untuk menampung dan melayani para pengunjung yang Tiraikasih Website banyak jumlahnya, maka di Cin-an didirikan banyak rumah penginapan yang merangkap sebagai rumah makan. Pada suatu hari, seorang pemuda yang menumpang pada perahu besar yang membawa banyak penumpang yang datang dari barat, turun mendarat lalu nelakukan perjalanan menuju kota Cin-an. Pemuda ini berusia duapuluh satu tahun, berpakaian sebagai seorang pelajar miskin karena pakaiannya terbuat dari kain kasar. Pemuda ini berwajah tampan dan gerak geriknya lembut seperti biasa gerakan seorang pelajar atau sastrawan. Mulutnya yang selalu mengandung senyum ramah dan sabar itu membuat wajahnya selalu tampan cerah gembira dan matanya yang bersinar-sinar menandakan bahwa dia memandang kehidupan ini sebagai sesuatu yang patut disyukuri dan menggembirakan. Pemuda itu bukan lain adalah Cia Tin Han. Seperti kita ketahui, Tin Han adalah putera Cia Kun dan cucu Nenek Cia yang galak. Tidak seperti kakaknya, Cia Tin Siong yang sejak kecil tampa mempelajari ilmu silat dengan tekun Tin Han lebih kelihatan sebagai seorang sastrawan yang suka akan pelajaran sastra. Akan tetapi di luar tahu semua keluarganya, diam-diam Tin Han digembleng oleh seorang pertapa aneh berjuluk Bu Beng Lo-jin sehingga tanpa ada yang mengetahui dia memiliki tingkat ilmu silat yang bahkan lebih tinggi dari pada kakaknya, bahkan tingkatnya hampir menandingi tingkat kepandaian silat neneknya. Akan tetapi, kalau neneknya dan seluruh keluarganya berwatak patriot dan mati-matian membenci Kerajaan Mancu dan berusaha dengan segala daya untuk menentang pemerintahan, sebaliknya Tin Han tidak menyetujui sikap neneknya yang tidak segan bersekutu dengan orang-orang Jepang dan orang-orang sesat. Tin Han memiliki jiwa patriot sejati yang tidak mau dikotori oleh hubungan dengan orangorang dari dunia sesat, apa lagi dengan orang-orang Jepang Tiraikasih Website yang sesungguhnya hanya bajak- bajak laut itu. Dia berjiwa pendekar yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Kalau keluarganya memusuhi semua pembesar walaupun ada di antara mereka yang baik dan bijaksana, Tin Han tidak memusuhi pembesar yang bijaksana, hanya menentang pembesar yang menindas rakyat, pembesar korup yang hanya memperkaya diri sendiri tanpa memperdulikan kesengsaraan rakyat. Terhadap pembesar yang bijaksana, Tin Han hanya memperingatkan agar mereka tidak menjadi antek Mancu menindas rakyat. Ketika keluarganya bersekutu dengan orang-orang Jepang dan para tokoh sesat, membantu pemberontakan yang dilakukan Phoa-ciangkun di pantai timur, Tin Han tidak ikut, bahkan beberapa kali dia menghalangi keluarganya yang menangkap Lee Cin dan juga Thian Lee yang menyamar sebagai orang biasa dalam penyelidikannya. Dalam melakukan hal ini Tin Han mengenakan pakaian dan topeng hitam sehingga dia dikenal sebagai Si Kedok Hitam. Akan tetapi akhirnya dia ketahuan oleh keluarganya dan dalam pertempuran sebagai Kedok Hitam menentang keluarganya dan membebaskan Lee Cin, dia terkena tendangan neneknya dan terjatuh ke dalam jurang yang amat dalam. Baru pada saat itu keluarganya tahu bahwa Si Kedok Hitam adalah Tin Han. Telah diceritakan di bagian depan, betapa Tin Han yang terjatuh ke dalam jurang tertolong oleh Hek-tiauw-ko, burung rajawali hitam yang besar itu dan bertemu dengan gurunya, Bu Beng Lojin dan Thai Kek Cin-jin kakek pertapa pemilik burung rajawali yang berilmu tinggi. Selanjutnya, Tin Han menjadi murid Thai Kek Cin-jin. Walaupun dia diajar ilmu oleh kakek sakti itu selama tiga bulan saja, namun tingkat kepandaiannya telah maju dengan pesat sekali dan kini Tin Han sama sekali berbeda dengan Tin Han sebelum dia terjatuh ke dalam jurang! Dia telah menguasai dua macam ilmu yang diajarkan Thaikek Cin-jin, yaitu pertama Tiraikasih Website Ilmu Silat Hek-tiau-kun Silat Rajawali Hitam, dan cara menghimpun tenaga sin-kang yang disebut Khong-sim Sinkang yang membuat dia dapat bergerak cepat sekali dan tenaganya menjadi amat kuat. Setelah berpisah dari Thai Kek Cin-jin, Tin Han lalu mulai melakukan perjalanan merantau. Pertama-tama dia pergi ke kota Hiu-cu di kaki bukit Lo-sian-san untuk mencari tahu perihal keluarganya. Akan tetapi di tempat ini dia hanya melihat bekas tempat tinggal keluarganya saja dan tidak ada seorangpun mengetahui di mana adanya keluarga Cia sekarang. Dari situ dia lalu melakukan perjalanan merantau, memenuhi pesan gurunya bahwa dia harus bertindak sebagai seorang pendekar pembela kebenaran dan keadilan. Pada suatu hari, dia tertarik untuk menumpang perahu dan setelah perahu tiba di dekat Cin-an, dia mendarat karena hatinya tertarik untuk pergi ke Cin-an, kota yang ramai itu. Perjalanan dari tepi Huang-ho ke Cin-an memakan waktu sehari. Dari tepi sungai itu telah dibangun jalan yang cukup lebar dan para pedagang yang datang berkunjung, biasanya melakuka perjalanan bersama-sama agar lebih aman. Bahkan di Cin-an maupun di tepi sungai itu, banyak piauwsu pengawal bekerja untuk mengawal mereka agar selamat dalam perjalanan. Jarang ada yang berani melakukan perjalanan seorang diri karena dia dapat menjadi korban orang-orang jahat yang suka merampok. Dengan berkelompok mereka dapat menyewa beberapa orang piauwsu untuk mengawal mereka, apa lagi mereka yang membawa barang dagangan dan menggunakan gerobak-gerobak untuk mengangkut barang-barang dagangan mereka itu. Di antara para piauw-su dan para penjahat itu sudah ada kerja sama yang baik. Para piauw-su itu suka memberi uang jalan Tiraikasih Website kepada para penjahat dan mereka tidak akan mengalami gangguan. Akan tetapi Tin Han yang ingin menikmati perjalanan itu, melakukan perjalanan seorang diri saja. Dia melangkah santai sambil menggendong buntalan pakaian di punggungnya, menikmati keindahan pemandangan alam di sepanjang perjalanan. Lembah Sungai Huang-ho di waktu tidak sedang meluap karena banyak turun hujan, merupakan lembah yang subur sehingga pemandangan indah sekali. Ketika Tin Han sedang berjalan seenaknya, terdengar seruan-seruan dari belakang. Dia cepat menengok dan berjalan minggir. Ternyata serombongan pedagang membawa dua gerobak barang dagangan sedang melakukan perjalanan cepat. Mereka dikawal oleh sepuluh orang piauw-su yang membawa golok telanjang di tangan. Tin Han berhenti dan memandang mereka itu. Kenapa orang-orang ini membawa pengawal, pikirnya. Tentu perjalanan di sini kurang aman. Baru saja dia berpikir demikian, dia melihat di depan muncul belasan orang yang menghadang di jalan. Tin Han yang ingin tahu segera mendekat dan menonton dari kejauhan. Dia melihat betapa para piauw-su itu menghampiri mereka yang menghadang di tengah jaIan dan mereka bercakap-cakap, lalu para piauw-su itu menyerahkan barang entah apa kepada mereka. Mereka bercakap sambil tertawa-tawa dan setelah itu, belasan orang itu berloncatan meng hilang ke balik semak-semak. Rombongarr itu lalu melanjutkan perjalanan mereka. Tin Han mengangguk-angguk. Biarpun dia tidak tahu apa yang dibicarakan oleh para piauw-su dan para pedagang tadi, dia dapat menduga. Tentu para piauw-su itu telah memberi "uang jaIan" kepada para perampok itu sehingga rombongan itu dibiarkan lewat dengan aman. Ini merupakan semacam pemerasan pikirnya. Perampok-perampok itu Tiraikasih Website menerima suapan dari para piauw-su dan ini merupakan kerja sama mereka. Tentu para piauw-su itu minta ganti dari para pedagang. Lalu ke mana perginya para petugas keamanan? Di mana-mana dia melihat terjadinya perampokan-perampokan tanpa adanya petugas keamanan untuk membasmi para penjahat itu. Ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang bertugas menjadi komandan pasukan keamanan daerah itu tidak bekerja dengan benar. Kalau mereka itu bijaksana, tentu sudah mendengar akan adanya gangguan ini dan mudah saja bagi mereka untuk membasmi para perampok itu. Sungguh kasihan rakyat, seolah tidak ada yang melindungi, dan terpaksa harus menyuap para perampok. Yang paling menderita tentulah para pembeli barang dagangan itu karena dengan adanya biaya yang banyak dalam perjalanan, tentu barang dagangannya akan dinaikkan harganya. Akhirnya yang menderita adalah rakyat yang membutuhkan barang-barang itu. Tin Han melanjutkan perjalanannya. Ketika dia tiba di tempat di mana para penghadang tadi muncul, dia melihat dua orang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak. Dia tidak menjadi heran atau kaget karena dia sudah tahu bahwa mereka tentulah perampok yang sengaja akan "memungut pajak" kepada setiap orang yang lewat di situ. "Berhenti !" bentak seorang di antara mereka yang bertubuh tinggi besar dan berwajah seram. "Ada apakah kalian menyuruhku berhenti?" tanya Tin Han sambil tersenyum ramah. "Kalau kalian hendak menanyakan jalan, aku sendiri orang yang baru datang di sini dan tidak mengenal jalan." "Hayo bayar dulu pajak jalanan kepada kami!" bentak pula si tinggi besar sambil mengamangkan goloknya yang telanjang. "Pajak jalanan apa yang kau maksud kan? Aku tidak mengerti," kata Tin Han, pura-pura. Tiraikasih Website "Yang lewat di sini harus membayar pajak jalanan kalau ingin selamat sampai di Cin-an!" "Akan tetapi aku tidak mempunyai uang," katanya. "Kalau tidak punya uang, tinggalkan buntalan yang kaugendong itu dan kami akan menggeledah kanttmgkantung pakaianmu!" "Wah, jangan begitu, sobat. Buntalan ini adalah pakaianku untuk berganti pakaian, dan uangku hanya tinggal dua tail." Tin Han mengeluarkan uangnya yang memang hanya tinggal dua tail, lalu menyodorkan kepada mereka. "Untuk apa uang dua tail ? Hayo lepaskan buntalan itu!" Perampok ke dua yang bertumbuh pendek gendut merenggutkan buntalan pakaian itu dari pundak Tin Han. Kemudian, yang tinggi besar menggeledah saku pakaian Tin Han akan tetapi dia tidak menemukan apapun yang berharga. Dia lalu mengantungi uang yang dua tail perak dan mengambil pula buntalan pakaian Tin Han. "Nah, tinggalkan buntalan ini dan kau boleh melanjutkan perjalananmu. Cepat!" Si tinggi besar mengamangkan goloknya. Tin Han cepat melanjutkan perjalanannya. Ketika dia tiba di sebuah tikungan jalan, Tin Han melompat ke dalam hutan di sebelah kanan jalan dan. di balik sebatang potion besar dia menanggalkan pakaian luarnya. Kini dia memakai pakaian dalam yang serba hitam, mengambil pula kain hitam yang tadinya dilibatkan di pinggang dan memasang kain hitam itu di depan mukanya. Yang tampak kini hanya sepasang matanya. Setelah menanggalkan pakaian luarnya dan mengenakan pakaian hitam yang memang sudah dipakainya di sebelah dalam, gerakan Tin Han berubah. Dengan gesit sekali dia lalu melompat dan berlari ke tempat tadi. Dia tidak melalui jalan raya, melainkan menyusup-nyusup dalam hutan itu mencari-ari. Akhirnya dia menemukan gerombolan perampok itu. Tiraikasih Website Ternyata gerombolan itu mempunyai sebuah pondok besar di tengah hutan dan mereka sedang minum minum, bahkan ada yang mabok dan tertawa-tawa. "Ha-ha-ha, hasil kita hari ini cukup memuaskan!" kata seorang di antara mereka. "Wah, lama-lama kita bisa menjadi malas, mendapatkan hasil besar tanpa bekerja sedikitpun." "A-sam! Kenapa sastrawan miskin itu tidak kau biarkan lewat saja? Sialan besar, uangnya hanya dua tail dan buntalan itu hanya terisi pakaian butut!" "Ticlak ada seorangpun yang boleh kita biarkan lewat tanpa membayarkan sesuatu. Terlalu enak bagi sastrawan itu kalau dia lewat tanpa membayarkan apa-apa. Biar dia tahu rasa, datang ke Cin-an tanpa sekepingpun uang di sakunya dan tanpa pakaian pengganti sepotongpun, ha-haha!" Semua orang tertawa geli membayangkan sastrawan miskin itu kebingungan di Cin-an! Tin Han mengerutkan alisnya dan dia segera melompat turun dari atas pohon, tiba di depan pondok. Semua perampok itu terkejut bukan main ketika tiba-tiba ada seorang berpakaian hitam dan bertopeng hitam pula berada di situ. Kepala gerombolan itu seorang tinggi kurus yang wajahnya kekuning-kuningan. Melihat orang bertopeng, dia menjadi marah dan segera maju dan membentak, "Siapa kau dan mau apa datang ke sini?" Sementara itu temantemannya sudah mengambil posisi mengepung Tin Han. "Tidak penting siapa aku! Yang penting, lekas kalian kumpulkan semua barang dan uang hasil rampokan kalian dan serahkan kepadaku!" bentak Tin Han. Tiraikasih Website Kepala gerombolan itu tentu saja menjadi marah bukan main. Mereka adalah perampok-perampok ganas, bagaimana kini ada orang yang berani merampok mereka? "Jahanam busuk, tidak tahukah engkau dengan siapa engkau berhadapan? Aku adalah Toat-beng Ui-houw Harimau Kuning Pencabut Nyawa yang sudah terkenal di wilayah ini. Hayo katakan siapa engkau dan cepat berlutut kalau engkau tidak ingin nyawamu kucabut!" Sambil berkata demikian, kepala gerombolan yang nama julukannya Harimau Kuning Pencabut Nyawa itu telah melolos sebatang golok besar yang tampaknya berat dan tajam sekali. Tin Han tersenyum di balik topengnya. "Engkau yang jahanam busuk! Kalau tidak cepat kalian berikan semua hasil rampasan dan sogokan dari para piauw-su itu, jangan salahkan aku kalau engkau menjadi Bu-thow Ui-houw Hari mau Kuning Tanpa Kepala!" Dimaki dengan ejekan seperti itu, kepala perampok menjadi marah bukan main. "Bunuh jahanam ini!" perintahnya dan limabelas orang anak buahnya sudah menerjang maju sambil menghujankan golok mereka. Mereka mengira bahwa orang bertopeng itu akan roboh dengan tubuh hancur lebur. Akan tetapi, "trang trang-trang!" golok mereka sating beradu dan si kedok hitam sudah tidak berada di tengah-tengah mereka. Mereka memutar tubuh dan melihat betapa si kedok hitam sudah berdiri di sana sambil tertawa-tawa. Dengan marah mereka menerjang lagi. Akan tetapi sekali Tin Han tidak mengelak dan begitu dia menggerakkan kaki tangannya, golok-golok berpelantingan disusul para pengeroyok itu roboh satu demi satu. Melihat ini, Toat-beng Ui-houw menjadi marah sekali dan sambil mengeluarkan bentaka panjang nyaring diapun lari menghampiri dan menyerang Tin Han dengan goloknya. Serangan yang cukup dahsyat itu tampaknya tidak diperdulikan oleh Tin Han. Akan tetapi setelah golok itu Tiraikasih Website mendekat kepalanya, tiba-tiba tangan kirinya menyambar dan menyambut. Dengan tangan telanjang Tin Han menangkap golok itu dan tangan kirinya membabat lengan kanan kepala gerombolan. "Trakk......... ......... aduhhh.....!" Kepala gerombolan menjerit kesakitan karena lengan kanannya patah tulangnya ketika bertemu dengan tangan Tin Ham. Sebelum dia dapat berbuat selanjutnya, sebuah tendangan Tin Han membuat tubuhnya terlempar ke belakang sampai lima meter dan jatuh berdebuk di atas tanah. Para anak buah perampok itu menjadi penasaran dan semakin marah. Mereka menyerang lagi, akan tetapi kini tubuh Tin Han berlompatan ke sana sini membagi-bagi tamparan dan tendangan sehingga dalam waktu singkat limabelas orang anak buah gerombolan itu sudah jatuh tersungkur semua! Bukan main kagetnya Toat-beng Ui houw. Diapun menjadi ketakutan dan maklum bahwa dia bertemu dengan seorang sakti! Maka, tanpa malu-malu la gi dia lalu berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya ke arah Tin Han sambil berkata, "Tai-hiap Pendekar Besar, ampunkan kami semua......... " Dia meratap dan melihat ini, limabelas orang anak buahnya juga segera berlutut sambil menganggukanggukkan kepalanya. Tin Han bertolak pinggang. "Hayo cepat lakukan perintahku. Keluarkan semua uang dan barang rampasan dan suapan yang kalian terima dari para piauw-su itu!" Kepala perampok itu memberi isya rat dan lima orang anak buahnya setengah berlari ke dalam pondok dan mereka keluar lagi sambil membawa banyak barang dan uang, ditumpuk di depan Tin Han. Tin Han mengambil tumpukan uang yang banyaknya tidak kurang dari limapuluh tail perak. Dia mengambil pula Tiraikasih Website buntalan pakaianya, memasukkan uang itu ke dalam buntalannya lalu menggendong lagi buntalan itu di punggungnya. " Aku hanya mengambil uang dan buntalan ini, barang selebihnya boleh kalian miliki. Akan tetapi, mulai saat ini kalian tidak boleh lagi melakukan penghadangan dan perampokan di sini. Kalau kalian masih melakukannya, aku akan datang kembali dan tidak akan memberi ampun kepada kalian semua. Akan kubunuh kalian satu demi satu!" Tin Han membalikkan tubuhnya dan hendak pergi dari situ. "Ampun, tai-hiap. Kami akan menaati perintah tai-hiap, akan tetapi harap tai-hiap memberitahu siapa sebetulnya tai-hiap," kata kepala gerombolan dengan takut-takut. "Hemm, sebut saja aku Hek-tiauw Eng-hiong Pendekar Rajawali Hitam !" setelah berkata demikian, sekali berkelebat Tin Han sudah lenyap dari depan mata mereka. Tin Han kembali ke tempat di mana dia meninggalkan pakaiannya dan dengan cepat dia mengenakan lagi pakaian biasa di sebelah luar itu dan sambil menggendong buntalannya dia melanjutkan perjalanannya menuju Cin-an. Dia tersenyum senang. Uangnya tinggal dua tail dan uang limapuluh tail yang dia rampas dari para perampok itu amat berguna baginya. Untuk biaya perjalanannya. Melakukan perjalanan merantau membutuhkan uang untuk biaya dan dari mana dia dapat memperoleh uang itu? Kalau perlu dia harus mencuri atau mengambil dari tangan para penjahat! -oomchoo- Di kota Cin-an, Tin Han bermalam di sebuah rumah penginapan yang juga merupakan sebuah rumah makan yang besar. Setelah mendapatkan kamar, dia pergi ke depan, Tiraikasih Website bagian rumah makan dan mengambil tempat duduk di meja yang berada di sudut belakang. Selagi dia menanti datangnya pesanan makanan, dia melihat-lihat ke bagian lain dari ruangan rumah makan itu. Dia tertarik ketika melihat seorang laki-laki berusia kurang lebih tigapuluh tahun duduk seorang diri menghadapi meja. Laki-laki ini bertubuh sedang dan wajahnya cukup tampan, pakaiannya sederhana berwarna serba hijau. Yang menarilc perhatian Tin Han adalah sebuah tongkat bambu kuning yang terselip di punggungnya. Aneh sekali orang itu, pikirnya. Agaknya karena tidak berani membawa senjata yang dilarang oleh pemerintah, dia membawa tongkat bambu kuning sebagai pengganti pedang. Rambutnya dikuncir panjang dan berada di belakang punggung lewat pundaknya. Sepasang matanya bersinar tajam dan diam-diam Tin Han dapat menduga bahwa orang itu tentu memiliki ilmu silat yang tangguh. Dari sinar matanya saja dia dapat menduga bahwa dia seorang ahli lweekeh Tenaga dalam yang kuat. Ketika orang itu mengangkat muka dan mereka bertemu pandang, Tin Han mengalihkan pandang matanya dan tidak memperhatikan lagi orang itu, yang mulai makan karena hidangan yang dipesannya sudah diantar oleh seorang pelayan. Pada saat itu, ruangan tamu di rumah makan itu sudah terisi separuhnya. Tiba-tiba masuk dua orang yang membuat Tin Han terkejut sekali karena dia menyangka bahwa seorang di antara mereka adalah Souw Lee Cin! Gadis itu mirip benar dengan Lee Cin. Akan tetapi debar jantungnya menjadi tenang kembali setelah dia mendapat kenyataan bahwa gadis itu bukan Lee Cin, melainkan seorang gadis yang mirip dengan Lee Cin. Setelah diperhatikan, biarpun gadis itu juga cantik, akan tetapi tidaklah secantik Lee Cin. Teman gadis itu juga seorang pemuda yang usianya sekitar duapuluh lima tahun dan tampak gagah dan tampan. Tiraikasih Website Mereka lalu mengambil tempat duduk di meja yang kosong dan memesan makanan. Pada saat itu, orang berbaju hijau itupun mengangkat muka memandang kepada dua orang muda yang baru masuk karena mereka kebetulan duduk di bagian depannya. Dan Tin Han melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. Dari sinar mata orang berbaju hijau itu tampak kebencian dan kemarahan yang amat hebat! Akan tetapi agaknya orang itu menahannya dan tetap melanjutkan makannya. Tin Han juga tidak memperhatikannya lagi. Pertemuannya dengan gadis yang mirip Lee Cin ini membuat Tin Han teringat kepada gadis yang dicintanya itu. Dia mencinta. Lee Cin dan perasaan hatinya ini telah dibisikkannya kepada gadis itu ketika dia menolongnya lari dari tangan keluarganya. Dia sudah mengaku bahwa dia mencinta Lee Cin, sebagai Si Kedok Hitam! Di manakah adanya Lee Cin sekarang? Dan apakah gadis itu melihat dia terjatuh ke dalam jurang? Kalau melihatnya demikian, tentu Lee Cin akan menganggap bahwa dia. telah mati! Tin Han termenung dan teringat bahwa Lee Cin adalah puteri Bengcu Souw Tek Bun di Hong-san. Sekali waktu dia akan mencari Lee Cin di sana. Tentu saja dia tidak dapat mencarinya sebagai Si Kedok Hiram karena Si Kedok Hitam pernah melukai Souw Tek Bun yang tentu akan menganggapnya sebagai musuh. Dia akan mencarinya, sebagai Tin Han! Lee Cin tentu belum mengetahui bahwa dialah Si Kedok Hitam, dan sebagai Tin Han dia dapat menemui gadis itu dengan aman, tidak terganggu oleh ayah gadis itu. Berdebar jantungnya teringat akan Lee Gin. Bagaimana gadis itu akan menyambutnya kalau bertemu dengannya sebagai Tin Han? Sepanjang ingatannya, Lee Cin bersikap baik kepadanya sebagai Tin Han, sikap bersahabat. Entah bagaimana penerimaan gadis itu terhadap dirinya sekarang, apa lagi kalau dia menyatakan cintanya! Tiraikasih Website Lamunannya terganggu dengan datangnya pelayan yang membawa makanan pesanannya. Dia lalu mulai makan dan kembali dia mengerling ke arah pemuda baju hijau. Pemuda baju hijau itu telah selesai makan sekarang, akan tetapi dia masih minum-minum sambil terkadang melirik ke arah muda-mudi yang makan di meja yang berada di depannya. Tin Han merasa curiga. Sinar mata pemuda baju hijau itu selalu ditujukan kepada si gadis, tidak pernah memandang si pemuda kawan gadis itu. Tin Han teringat akan sesuatu dan terkejut. Dia pernah mendengar akan adanya penjahat yang disebut jai-hwa-cat penjahat pemetik bunga yang kerjanya menculik gadisgadis cantik untuk diperkosa. Jangan-jangan pemuda baju hijau itu sebangsa jai-hwa-cat! Ja i-hwa -c at atau bukan, pemuda baju hijau itu bersikap mencurigakan dan dia harus waspada. Biarpun gadis dan pemuda itu juga kelihatan sebagai orang-orang yang tidak lemah, namun kalau perlu mereka harus dilindungi, apalagi gadis itu yang mirip Lee Cin. Tak lama kemudian, ketika pesanan makanan gadis dan pemuda itu diantar oleh pelayan, pemuda baju hijau bangkit berdiri, membayar makanan dan hendak pergi keluar. Dia melewati meja gadis dan pemuda itu,. berhenti dan tiba-tiba bertanya kepada gadis itu. "Maafkan sa ya, bukankah nona ini she Souw?" "Bukan!" jawab gadis itu tak senang karena ada orang laki-laki yang berani mengajaknya bicara. "Ah, maaf," kata pemuda baju hijau dan diapun pergi dari situ. Tin Han yang mendengar pertanyaan itu berdebar-debar. She Souw? Kalau begitu, agaknya pemuda baju hijau itupun mengira bahwa gadis itu adalah Souw Lee Cin! Apa hubungannya dengan Lee Cin? Akan tetapi, jelas bahwa hubungan itu tidak akrab. Buktinya pemuda itu mengira Tiraikasih Website gadis itu Lee Cin. Kalau sudah berhubungan akrab, tentu dapat mengetahui bahwa ia bukan Lee Cin. Tin Han sengaja memperlambat makannya karena dia ingin menanti sampai gadis dan pemuda itu selesai makan. Dia harus membayangi mereka secara diam-diam, untuk melindungi mereka karena dia semakin curiga kepada pemuda baju hijau itu. Setelah dua orang itu selesai makan dan membayar kepada pelayan lalu keluar. dari rumah makan, Tin Han juga ke luar sambil masih menggendong buntalan pakaiannya. Dia tidak meninggalkan buntalan itu di kamarnya karena ada uang limapuluh tail perak dalam buntalan. Diam-diam dia membayangi kedua orang itu yang segera keluar di jalan besar. Belum jauh gadis dan pemuda itu pergi, Tin Han melihat pemuda baju hijau yang tadi keluar dari tikungan jalan dan membayangi mereka berdua. Diam-diam dia tersenyum geli. Orang berbaju hijau itu membayangi pemuda dan gadis sedangkan dia membayangi si pemuda baju hijau! Siapakah pemuda baju hijau yang mencurigakan itu? Seperti telah diduga oleh Tin Han, pemuda itu bukan orang biasa, melainkan seorang jagoan yang tinggi ilmu silatnya. Dia bernama Yauw Seng Kun dan dia adalah murid dari mendiang Jeng-ciang-kwi Chi Sam Ti! Seperti kita ketahui, Jeng-ciang-kwi yang bermusuhan dengan Ang-tok Mo-li Bu Siang, ketika sedang merayakan hari ulang tahunnya, diserbu oleh Ang-tok Mo-li dan Lee Cin. Ibu dan anak ini mengamuk. Ang-tok Mo-li mengamuk dan merobohkan banyak anak buah Jeng ciang-kwi, sedangkan datuk dari Guha Tengkorak itu sendiri dihadapi Lee Cin. Dalam pertandingan satu lawan satu yang amat seru, akhirnya Jeng-ciang-kwi dapat terbunuh oleh Lee Cin. Pada saat itu, Yauw Seng Kun juga berada di antara mereka Akan tetapi melihat betapa gurunya tewas, diapun seperti yang lain-lain Tiraikasih Website menyerah dan tidak melawan lagi. Akan tetapi diam-diam dia mendendam kepada Lee Cin. Setelah Lee Cin dan ibunya pergi, Yauw Seng Kun rajin melatih diri dengan ilmu silat yang dia pelajari dari gurunya. Demikian tekun dia melatih diri sehingga dia memperoleh banyak sekali kemajuan. Setelah merasa dirinya kuat, dia mulai pergi untuk mencari musuh besarnya. Akan tetapi, sebelum dia pergi mencari Lee Cin yang dia tahu bersama Ang-tok Mo-li berada di Bukit Ular. dia kedatangan tamu. Tamu itu adalah utusan Thian-te Mo-ong yang mencari Jeng-ciang-kwi. Oleh Thian-te Mo-ong Jengciang- kwi ditawari kedudukan yang baik kalau mau bekerja sama dan mau datang ke Pulau Naga di mana Beng-cu yang baru berada. Utusan Thian-te Mo-ong dengan jelas memberitahu kepada Yauw Seng Kun bahwa kini kedudukan Beng-cu yang baru amat kuat, mendapat dukungan dari Siang Koan Bhok dan Thian-te Mo-ong. Beng-cu bermaksud untuk mengumpulkan para datuk, diajak bekerja sama untuk menentang pemerintah Mancu dan mengambil alih kekuasaan. Kelak kalau perjuangan mereka berhasil, mereka semua tentu akan memperoleh kedudukan yang tinggi dan mulia. "Sayang, guruku telah tewas terbunuh oleh musuh," kata Yauw Seng Kim. "Aku sedang hendak mencari musuh besar itu untuk membalas dendam atas kematian suhu." Utusan itu bertanya, siapakah musuh besar yang telah membunuh Jeng ciang- kwi?” "Dia adalah Souw Lee Cin dan ibu nya, Ang-tok mo Li.” "Ah, mereka adalah orang-orang yang lihai sekali!" kata utusan itu. "Kalau engkau suka bersekutu dengan kami, tentu akan lebih mudah untuk membalas kematian gurumu." Utusan itu adalah seorang tokoh dunia sesat yang ditugaskan untuk membujuk tokoh-tokoh kangouw lainnya_ Dia bernama Ma Huan dan mempunyai pergaulan yang luas Tiraikasih Website di dunia golongan sesat. Maka, begitu mendengar bahwa Jeng-ciang-kwi telah meninggal dunia, dia membujuk Yauw Seng Kun untuk bergabung dengan Pulau Naga. Dia tahu bahwa sebagai murid Jeng-ciang-kwi, tentu Yauw Seng Kun berkepandaian tinggi pula, apa lagi majikan baru dari Cuba Tengkorak ini juga memiliki anak buah yang hampir limapuluh orang banyaknya. Yauw Seng Kim tertarik sekali. "Baiklah, aku akan berkunjung dulu ke Pulau Naga dan melihat keadaan. Kalau nanti aku merasa tertarik untuk bergabung, aku akan membawa semua anak buahku ke sana." Demikianlah, Yauw Seng Kun lalu mengadakan perjalanan menuju ke Pulau Naga dan kebetulan pada hari itu dia tiba di Cm-an dan bertemu dengan seorang gadis yang mirip sekali dengan Lee Cin. Dia baru satu kali melihat Lee Cin, yaitu ketika gadis itu bertanding melawan gurunya, karena itu melihat gadis yang mirip sekali dengan Lee Cin, dia mengira bahwa gadis itu benar-benar musuh besarnya. Biarpun setelah bertanya apakah gadis itu she Souw dan mendapat jawaban bukan, hatinya masih penasaran dan diam-diam dia menanti di luar rumah makan lalu membayangi gadis dan pemuda itu. Seng Kun sama sekali tidak tahu bahwa. ada orang lain yang membayangi dia! Siapakah gadis yang mirip Lee Cin dan siapa pula pemuda yang melakukan perjalanan bersamanya? Pemuda itu bernama The Siang In, seorang pemuda yang tinggal bersama orang tuanya di Ho-ciu. Adapun gadis yang mirip Lee Cin itu bernama The Kiok Hwa, adik kandungnya. Kakak beradik ini baru saja meninggalkan perguruan mereka di Kun lun-pai dan mereka hendak pulang ke Ho-ciu. perjalanan itu amat jauh, setibanya di Cin-an mereka kehabisan uang. Sebagai pendekar-pendekar Kunlun, mereka pantang melakukan hal tercela untuk mencari uang, Tiraikasih Website maka setelah menghabiskan sisa uang untuk membeli makanan di rumah makan, mereka lalu keluar untuk mencari tempat ramai dengan maksud untuk mencari dana dengan memainkan ilmu silat di depan umum. Setelah kakak beradik ini tiba di sebuah taman umum yang ramai, keduanya lalu berniat untuk memamerkan ilmu silat mereka di tempat itu dan minta bantuan uang dari para penonton. Sesungguhnya mereka berdua masih malu-malu karena belum pernah mereka melakukan hal ini, akan tetapi karena bekal uang yang sedikit sudah habis dan mereka membutuhkan uang untuk pembeli makanan dan penyewa kamar, mereka memberanikan diri. The Siang In dengan muka kemerahan berdiri dan bertepuk tangan memancing perhatian banyak orang. "Saudara-saudara sekalian yang budiman!" teriaknya dan orangpun mulai berdatangan dan membentuk lingkaran menonton apa yang hendak diperbuat pemuda dan gadis cantik itu. "Saudara-saudara yang budiman. Kami kakak beradik she The yang berasal dari Ho-ciu, karena di tengah perjalanan kehabisan uang, kami hendak mempertontonkan ilmu silat dengan harapan saudara sekalian sudi memberi imbalan sekedarnya untuk kami pakai sebagai bekal perjalanan kami yang masih jauh." Setelah berkata demikian, diapun mengangguk kepada Kiok Hwa. Gadis inipun bangkit berdiri, memberi hormat ke empat penjuru sambil berkata, "Harap cu- wi saudara sekalian tidak menertawakan ilmu silat yang masih dangkal!" Setelah berkata demikian, mulailah gadis itu bersilat. Mula- mula gerakannya lambat, makin lama semakin cepat sehingga akhirnya orang hanya melihat bayangannya berkelebat ke sana sini. Ilmu silat Kun-lun-pai memang cepat dan indah sehingga semua orang yang menonton menjadi tertarik sekali dan ramailah orang bertepuk tangan. Keramaian ini menarik perhatian lebih Tiraikasih Website banyak orang lagi sehingga tempat itu penuh dengan penonton. Orang- orang bertepuk tangan ketika Kiok Hwa menghentikan gerakan silatnya dengan sikap manis, lalu memberi hormat ke empat penjuru. "Sekarang tiba giliran saya untuk memperlihatkan sedikit ilmu silat, ha rap cu-wi tidak menertawakannya," kata Siang In dan diapun melolos sabuk dari pinggangnya yang berwarna biru. Setelah memberi hormat ke empat penjuru, diapun lalu bersilat mempergunakan sabuk biru yang panjangnya dua meter itu. Memang indah sekali gerakan pemuda ini. Sabuk yang lembek itu kadang berubah tegak lurus ketika dia memainkannya dan dari putaran sabuk itu terdengar angin menderu seolah yang diputar itu adalah tongkat dari baja saja. Sementara Siang In memperlihatkan kebolehannya, Kiok Hwa berjalan berkeliling sambil mengembangkan ujung bajunya ke mana orang-orang melemparkan uang. Sebentar saja ujung baju yang dikembangkan itu telah penuh dengan uang dan Kiok Hwa menuangkannya ke atas tanah, kemudian berkeliling lagi dengan baju yang kosong dikembangkan seperti tadi. Ketika ia tiba di sebelah kiri, tiba-tiba saja ia berhadapan dengan seorang pemuda baju hijau yang dikenalnya sebagai pemuda yang tadi menegurnya ketika berada di rumah makan. Kiok Hwa berhenti melangkah dan pemuda baju hijau itu berkata dengan suara lantang. "Nona, aku suka menyumbang sebanyak sepuluh tail perak kalau engkau dapat bertahan melawanku selama duapuluh jurus!'' Mendengar ini, semua orang berdiam dan memandang ke arah Yauw Seng Kun. Bahkan The Siang In yang sedang bersilat lalu menghentikan gerakannya dan diapun menghampiri adiknya, dan memandang kepada pemuda baju hijau. Dia juga teringat bahwa pemuda itu adalah pemuda Tiraikasih Website yang tadi bertanya kepada adiknya apakah adiknya she Souw. Dia memandang penuh perhatian. Seorang pemuda yang usianya sekitar tigapuluh tahun, pakaiannya serba hijau dan wajahnya juga tampan bertubuh sedang. Rambutnya yang juga dikuncir panjang itu amat tebal dan tergantung di belakang pundak. Di punggungnya terdapat sebatang tongkat bambu kuning. Siang In segera memberi hormat kepada orang itu dan berkata dengan lembut, "Sobat, kami berdua hanya mencari tambahan bekal uang di jalan dengan mempertontonkan sedikit ilmu silat kami yang tidak ada artinya. Adikku tidak akan bertanding dan bertaruh dengan siapapun juga." "Sobat, apakah engkau takut kalau aku akan melukai atau mencelakakan adikmu ini? Sama sekali tidak, sobat. Aku hanya tertarik melihat ilmu silatnya dan ingin mencobanya. Untuk itu, aku akan memberi bantuan sebanyak duapuluh tail perak. Baik ia kalah atau menang, ia akan kuberi duapuluh tail perak!" "Terima kasih atas kebaikanmu, sobat. Bagaimana kalau aku saja yang mewakili adikku, berlatih sebentar denganmu?" "Tidak bisa, aku tertarik akan permainan silat nona ini, bukan permainan sabukmu tadi. Nah, bagaimana pendapat para saudara yang menonton? Apakah tawaranku tadi tidak patut? Aku ingin bermain-main ilmu silat sebentar dengan nona ini, sukur kalau dapat bertahan sampai duapuluh jurus dengan janji tidak akan melukai dan akan kusumbangkan duapuluh tail perak!" Semua orang bersorak setuju. Tentu saja selain mereka ingin melihat gadis itu menerima duapuluh tail perak, juga mereka ingin menyaksikan pertandingan ilmu silat. Ilmu silat gadis itu cukup tangguh, maka orang berbaju hijau ini tentu memiliki kepandaian sehingga dia berani menawarkan uang duapuluh tail perak. Tiraikasih Website Melihat semua penonton menyetujui, dan pemuda itu berjanji tidak akan mencelakai atau melukai adiknya, Siang in terpaksa tidak dapat menolak lagi. "Baiklah, biar adikku melayanimu selama duapuluh jurus!" katanya dan kepada adiknya dia berkata, "Hwa- moi, berhati- hatilah kau." Kiok Hwa mengangguk dan orang berpakaian hijau itu lalu mengambil uang dari sakunya sebanyak duapuluh tail perak. Dengan gerakan sembarangan dia melemparkan duapuluh potong kecil perak itu ke atas tumpukan uang yang tadi telah dikumpulkan Kiok Hwa dan potongan perak kecil- kecil itu jatuh tepat di atas tumpukan uang dengan rapih membentuk lingkaran seperti ditata dengan tangan saja! Kiok Hwa segera memasang kuda-kuda di depan Seng Kun dan berkata, "Aku telah bersiap!" "Eh, nona. Aku menjadi malu sekali kalau harus menyerang terlebih dulu. Engkau adalah seorang wanita, maka biarlah engkau yang lebih dulu menyerangku," kata Seng Kun dengan sikap sembarangan, tidak memasang kuda-kuda seperti Kiok Hwa. Jilid VI "Lihat seranganku!" gadis itu membentak dan sudah membuka serangan dengan cepat dan kuat. Namun, gerakan gadis ini bagi Yauw Seng Kun tampak lemah dan lamban sehingga dengan mudah saja dia mengelak. Dia sengaja membiarkan gadis itu menyerangnya sampai sepuluh jurus dan semua serangan itu dapat dielakkannya. Yauw Seng Kun merasa kecewa sekali. Tadi dia sengaja memancing dan menantang untuk membuktikan sendiri siapa sebetulnya gadis yang disangkanya Souw Lee Cin itu. Dari seranganserangan gadis itu ia dapat menilai ilmu kepandaiannya dan Tiraikasih Website setelah gadis itu menyerang selama sepuluh jurus dia yakin bahwa gadis ini bukan Souw Lee Cin seperti disangkanya. Kalau gadis itu Lee Cin, tentu serangan-serangannya jauh lebih hebat dari pada ini. Akan tetapi selain dia tadinya mengira bahwa gadis ini Souw Lee Cin, dia juga tertarik akan kecantikan gadis ini dan kini setelah dia tahu bahwa gadis ini bukan musuh besarnya, dia berkeinginan untuk mempermainkan gadis yang menggiurkan hatinya itu. Ketika Kiok Hwa memukul lagi dengan kepalan tangan kanan, Seng Kim dengan sengaja menerima pukulan itu dengan dadanya yang terbuka. "Dukkk. ..... !" Kiok Hwa terkejut bukan main karena ia merasa seperti memukul bantal yang empuk saja yang membuat tenaganya amblas dan lenyap. Sebelum ia dapat menarik kembali tangannya dalam kagetnya, tahu-tahu pergelangan tangan kanannya itu telah ditangkap oleh tangan kiri Seng Kun! Ia meronta dan menarik-narik tangannya, namun tidak berhasil. Dengan penasaran dan marah ia menggunakan tangan kiri untuk menyerang, menusukkan jari tangannya ke arah mata pemuda itu. Akan tetapi kembali Seng Kun menggerakkan tangan kanannya dan menangkap pergelangan tangan kiri Kiok Hwa! Kedua pergelangan tangan gadis itu telah di tertangkap dan Kiok Hwa tidak mampu menggerakkan kedua tangannya lagi. Diperlakukan begini Kiok Hwa men jadi malu dan marah, hampir ia menangis. "Lepaskan tanganku...... !" Katanya sambil meronta-ronta dengan sia sia. Seng Kim tersenyum, "Akan kulepaskan kalau engkau sudah mengakui bahwa engkau kalah dalam pertandingan ini, nova The!" Kiok meronta lagi, sia-sia. Akhirnya The Siang In yang maju dan memberi hormat kepada Seng Kum "Sobat, adikku sudah kalah, harap lepaskan ia." Tiraikasih Website "Tidak, ia harus mengakui dulu kekalahannya." Seng Kim berkata dan berkeras tidak mau melepaskan kedua tangan yang sudah dipegangnya itu. Dia senang sekali melihat gadis itu menjadi kemerahan mukanya dan bersitegang untuk meronta-ronta hendak melepaskan diri dari pegangan namun sia-sia. "Aku.... aku mengaku. ...... kalah....!" Akhirnya Kiok Hwa berkata. Ia tidak mau menyerang lagi dengan tendangan karena kini ia maklum bahwa lawannya adalah seorang yang amat lihai dan ia khawatir kalau terus menyerang dengan tendangan, keadaannya akan lebih parah lagi. Seng Kim melepaskan kedua tangan itu sambil mendorongkan dan Kiok Hwa terhuyung ke belakang. Pemuda itu tersenyum dan berkata, "Ilmu silat nona tidak jelek!" Dia lalu memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan kakak beradik itu. Mereka menghentikan pertunjukan mereka dan orang orangpun bubar meninggalkan tempat itu. Tin Han juga ikut menonton dan dia menyaksikan semua ini. Diam-diam dia terkejut juga. Pemuda berbaju hijau itu benar-benar seorang yang memiliki ilmu silat tinggi dan akan merupakan lawan tangguh baginya. Akan tetapi karena pemuda itu tidak mengganggu kakak beradik she The itu, diapun diam saja. Akan tetapi diam-diam dia masih khawatir. Pandang mata pemuda berbaju hijau terhadap gadis itu, seperti pandang mata seekor harimau kelaparan memandang seekor domba muda yang gemuk! Dia seolah dapat melihat air liur menetes dari mulut pemuda baju hijau itu. Setelah The Siang In dan The Kiok Hwa meninggalkan taman umum itu sambil membawa uang dari hasil sumbangan penonton dan pemberian Yauw Seng Kun, diamdiam Tin Han tetap membayanginya. Hari telah menjelang senja dan kedua kakak beradik itu menuju ke rumah penginapan di mana Tin Han menyewa Tiraikasih Website sebuah kamar. Sungguh suatu hal yang kebetulan sekali. Tak disangkanya bahwa kakak beradik itupun bermalam di situ. Hal ini membuat hatinya menjadi lega. Dengan demikian dia tidak akan bersusah payah untuk menjaga kedua orang itu. Kalau malam ini tidak terjadi sesuatu, berarti kedua kakak beradik itu terlepas dari bahaya. Kalau si baju hijau itu benar seorang jai-hwa cat seperti yang diduganya, tentu dia akan turun tangan malam ini juga untuk menculik gadis cantik yang mempunyai wajah mirip Lee Cin itu. Akan tetapi dua buah kamar yang disewa kakak beradik itu terletak di Ujung belakang, agak jauh dari kamar yang disewanya. Malam itu juga, dia merebahkan diri dengan tetap waspada, mendengarkan kalau-kalau terdengar suara yang mencurigakan. Menjelang tengah malam, lapat-lapat Tin Han mendengar suara langkah orang di atas atap rumah penginapan itu. Dia cepat turun dari pembaringannya dan membuka jendela kamarnya, keluar dari kamar melalui jendela dengan hati hati, kemudian setelah tiba di luar, dia meloncat ke atas genteng. Dia memandang ke arah dua kamar kakak beradik itu, dan benar saja, seperti yang telah dikhawatirkannya, ada sesosok bayangan manusia di atas atap itu. Tin Han cepat turun kembali melepaskan pakaian luarnya dan hanya mengenakan pakaian serba hitam yang memang sudah dipakainya di balik pakaian luarnya, menggunakan sabuk kain hitam untuk menutupi mukanya sebagai topeng dan kembali dia meloncat keluar dari jendela dan terus melayang ke atas genteng. Ketika dia memandang, ternyata di atas genteng itu sudah terjadi perkelahian! Tin Han mendekati dan bersembunyi di batik wuwungan rumah. Dilihatnya bahwa si baju hijau sedang bertanding melawan kakak beradik itu! Kiranya dua orang kakak beradik itu agaknya sudah curiga Tiraikasih Website kepada si baju hijau dan sudah menanti sehingga begitu si baju hijau tiba di atas genteng kamar mereka, keduanya sudah keluar menyambut sehingga terjadi perkelahian. The Siang In, pemuda itu menggunakan senjata sa buk birunya sedangkan The Kiok Hwa menggunakan sebuah pisau panjang. Kakak beradik itu menyerang dengan ganas, akan tetapi Yauw Seng Kun yang telah mencabut tongkat bambu kuningnya dapat menandingi mereka dengan seenaknya. Jelas bahwa dua orang kakak beradik itu sama sekali bukan lawannya. Tiba-tiba tongkat bambu kuningnya bergerak cepat dan kedua orang kakak beradik itu secara beruntun roboh di atas genteng dalam keadaan tertotok! Seng Kun cepat menyambar tubuh Kiok Hwa dan dibawanya lari secepatnya meninggalkan tempat itu. Tin Han tadinya tidak mengira mereka berdua itu akan kalah sedemikian cepatnya. Dia lalu melompat ke arah Siang In, sekali menggerakkan jari tangannya dia membebaskan Sian In dari totokannya, kemudian diapun berkelebat pergi untuk mengejar Seng Kun yang sudah berlari jauh. Siang In yang sudah mampu bergerak lagi, menjadi bingung. Dia melihat betapa adiknya dilarikan si baju hijau, akan tetapi mereka sudah tidak tampak dan dia tidak tahu harus mengejar ke arah mana. Akhirnya dia hanya mengejar dengan ngawur saja dan mencari-cari orang yang telah menculik adiknya. Sementara itu, Yauw Seng Kun yang sudah berhasil menculik Kiok Hwa yang ditotoknya sehingga tidak mampu bergerak atau bersuara, membawa lari gadis itu sampai tiba di luar kota. Dengan kepandaiannya yang sudah tinggi tingkatnya, dia melompati pagar tembok kota Cin-an dan kini tiba di luar kota, di jalan yang sepi. Tiba-tiba dia merasa ada yang mencolek pundaknya dari belakang. Dia terkejut sekali, berhenti berlari dan memutar Tiraikasih Website tubuh. Ketika dia melihat seorang berpakaian hitam yang bertopeng kain hitam, dia makin kaget. "Siapakah engkau? Mau apa engkau mengejar aku?" tanyanya untuk menghilangkan rasa heran dan kagetnya bahwa ada orang yang mampu mengejarnya, bahkan mencolek pundaknya tanpa dia mendengar sama sekali kedatangannya! "Siapa aku tidak penting...... Aku mengejarmu karena engkau telah menculik seorang gadis!" Yauw Seng Kun menduga bahwa orang ini tentu tokoh kang-ouw yang tinggal di daerah Cin-an, maka dia sengaja memperkenalkan diri agar orang itu menjadi gentar. "Apa perdulimu Ketahuilah, aku adalah Yauw Seng Kun, majikan dari Guha Tengkorak di Lembah Iblis, Kwi-san. Harap engkau jangan mencampuri urusanku!" Mendengar orang itu memperkenalkan diri, Tin Han tertawa di balik topengnya. "Aku Hek-tiauw Eng-hiong, tidak perduli engkau datang dari Guha Tengkorak atau Guha Setan dan tentu saja aku akan mencampuri urusanmu selama engkau berbuat kejahatan. Sudah jadi tugasku untuk menentang setiap perbuatan jahat , dan menculik seorang gadis merupakan kejahatan yang besar sekali!" Yauw Seng Kun sudah biasa memandang rendah orang lain dan sangat tinggi hati, mengangkat diri sendiri setinggi mungkin. Juga dia amat membanggakan ilmu kepandaiannya dan mengira bahwa di dunia ini jarang terdapat orang yang mampu menandinginya. Maka, mendengar orang bertopeng hitam yang mengaku sebagai Pendekar Rajawali Hitam itu hendak menentangnya, tentu saja dia menjadi marah sekali. "Kau berani mencampuri urusanku dan hendak menentang aku, jahanam busuk? Apakah engkau sudah bosan hidup?" Tiraikasih Website "Ha-ha-ha, justeru karena masih ingin hidup aku harus menentang orang-orang macam engkau ini. Hayo cepat lepaskan gadis itu atau engkau akan menyesal nanti!" Yauw Seng Kun menjadi semakin marah. Karena kalau dia masih memondong gadis itu gerakannya tentu tidak leluasa, maka dia menurunkan Kiok Hwa di atas tanah. Gadis itu rebah tak berdaya, tidak mampu menggerakkan kaki tangannya dan kini Yauw Seng Kun menghadapi orang bertopeng itu. Karena menduga bahwa orang bertopeng itu tentu memiliki ilmu kepandaian yang bêrarti, dia lalu mencabut tongkat bambu kuning dari punggungnya dan memutar tongkat itu sehingga berubah menjadi segulungan sinar hitam di malam yang remang- remang itu. Bulan sudah condong ke barat, akan tetapi sinarnya masih cukup terang bagi dua orang yang sudah berhadapan dan siap untuk bertanding itu. "Malam ini engkau akan mampus di tanganku!" Bentak Yauw Seng Kun dan segera dia menyerang dengan tongkat bambu kuningnya. Serangannya itu mengeluarkan bunyi mencicit ketika tongkatnya meluncur ke arah tenggorokan Tin Han. Namun dengan mudahnya Tin Han mengelak ke samping dan tongkat itu mengejarnya dengan sabetan ke arah kepala. Bukan main cepatnya gerakan tongkat itu, namun Tin Han lebih cepat lagi mengelak, lalu membalas dengan tamparan tangannya. Tamparannya mendatangkan angin pukulan yang mengejutkan hati Yauw Seng Kim. Makin yakinlah kini dia bahwa dia berhadapan dengan lawan tangguh, maka diapun mengerahkan tenaganya dan menyerang semakin gencar. Kiok Hwa yang rebah telentang dan tidak mampu bergerak itu hanya dapat menonton dengan jantung berdebar tegang. Ia sudah tahu akan kelihaian pe muda yang menculiknya dan ia khawatir kalau si topeng hitam yang menolongnya itu akan kalah. Tiraikasih Website Biarpun yang menjadi senjata Yauw Seng Kun hanya sebatang tongkat bambu kuning, namun di tangan pemuda itu, senjata sederhana itu dapat menjadi senjata yang amat ampuh. Bambu kuning itu dapat dipergunakan sebagai pedang untuk menusuk dan menabas, juga sebagai tongkat untuk menotok jalan darah. Namun Tin Han dapat mengimbanginya dan ketika beberapa kali Tin Han menangkis serangan itu dengan tangannya, Yauw Seng Kun merasa betapa panas dan tergetar tangannya yang memegang bambu kuning. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga sin-kang lawannya amat kuat. Dengan penasaran karena setelah menyerang bertubitubi sampai puluhan jurus tongkatnya tidak pernah menemui sasaran, Yauw Seng Kun menubruk dengan hantaman tongkatnya ke arah kepala lawan. Tin Han menggerakkan tangan kanan, memutarnya dari kiri ke kanan untuk menangkis. "Plakkkkk!" Tangannya berhasil menangkis dan memegang tongkat lawan dan cepat dia mengerahkan untuk merampas tongkat itu! Akan tetapi Yauw Seng Kun mempertahankan. Dua tenaga sin-kang yang kuat bersitegang. "Takk!" Tongkat itu patah menjadi dua potong! Yauw Seng Kun terkejut bukan main dan dia melompat ke belakang, lalu membalik dan melontarkan sepotong tongkat itu ke arah lawannya. Sepotong tongkat itu meluncur seperti anak panah menyerang dada Tin Han. Akan tetapi pemuda ini sudah siap dan dia menggunakan potongan tongkat yang berada di tangannya untuk menangkis sehingga tongkat yang meluncur itu dapat terpukul runtuh. Akan tetapi ketika Tin Han mengangkat muka, ternyata lawannya telah lenyap dalam kemuraman malam, meninggalkan gadis yang masih menggeletak di atas tanah. Tiraikasih Website Menggunakan sepotong tongkat rampasan itu, Tin Han lalu menotok kedua pundak Kiok Hwa gadis itupun dapat bergerak kembali. Begitu dapat bergerak dan bersuara, Kiok Hwa menjatuhkan dirinya berlutut di depan Tin Han. "In-kong tuan penolong, saya The Kiok Hwa menghaturkan banyak terima kasih atas budi pertolongan in-kong. Kalau tidak ada in-kong yang menolong, entah apa jadinya dengan diri saya." Tin Han menyentuh pundak gadis itu dengan tangannya, menyuruhnya bangkit lagi. "Berdirilah, nona dan jangan banyak sungkan. Sudah menjadi tugas kewajiban untuk menentang kejahatan. Lebih baik nona cepat kembali ke Cinan karena kakakmu tentu sedang mencarimu dengan hati gelisah" Kiok Hwa bangkit berdiri, mencoba untuk menatap tajam sepasang mata di batik topeng itu. "Baik, in-kong. Akan tetapi selama hidupku saya tidak akan melupakan budi kebaikan in-kong. BoIehkah saya mengetahui nama in-kong dan bolehkah saya mengenal wajah inkong?" "Nona, kalau engkau boleh melihat wajahku, untuk apa aku menggunakan topeng? Kalau mau mengenal namaku, sebut saja Hek-tiauw Eng-hiong. Sekarang, cepat nona kembali ke Cin-an,' aku membayangi dari jauh." "Baik, in-kong," kata Kiok Hwa dan iapun memutar tubuhnya lalu berlari cepat keluar dari tempat itu menuju kembali ke kota Cin-an. Tin Han membayanginya karena khawatir kalau-kalau penculik tadi akan mengganggunya kembali. Kiok Hwa memasuki kota Cin-an dengan melompati pagar tembok seperti ketika ia dibawa keluar oleh penculik tadi dan langsung saja kembali ke rumah penginapan. Ia mendapatkan kakaknya sedang duduk termenung dengan gelisah. Tiraikasih Website The Siang In terkejut ketika melihat adiknya membuka pintu dan masuk ke kamarnya. "Hwa-moi, engkau sudah kembali? Bagaimana engkau dapat kembali?" Dia meloncat bangun sambil memegang tangan adiknya. Kiok Hwa berkata, "Aku hampir celaka di tangan penculik itu, koko. Aku dibawa sampai keluar kota Cin-an. Untung datang seorang Bintang penolong. Seorang laki-laki bertopeng menolongku. Orang bertopeng itu lihai bukan main. Setelah bertanding dengan penculik jahanam itu, dia dapat mengalahkannya dan penculik itupun melarikan diri. Aku lalu dibebaskan dari totokan dan in-kong itu minta kepada agar segera kembali ke sini." "Ah, terima kasih kepada Tuhan yang masih melindungimu, moi-moi! Siapakah namanya in-kong itu?" "ltulah yang mengecewakan hatiku, koko. Dia memakai topeng hitam dan ketika kutanya namanya, mengaku bernama Hek-tiauw Eng-hiong. Dia tidak mau memperkenalkan mukanya. Ah, aku berhutang nyawa kepadanya, koko. Kalau tidak ada dia, tentu aku mati, andaikata tidak dibunuh penculik laknat itu tentu aku akan membunuh diri." “Sudahlah, Hwa-moi. Bagaimanapun juga; Tuhan masih melindungimu. Kita tidak pernah melakukan kejahatan, maka bagaimanapun tentu ada saja yang menolong kita. Penculik itu memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi, kalau penolongmu itu dapat mengalahkannya, tentu dia seorang sakti." "Wah, kepandaian in-kong itu hebat sekali, koko. Bayangkan saja, dia meng hadapi penculik jahanam itu yang meng gunakan tongkatnya, dengan tangan kosong saja! Dan akhirnya dia dapat mematahkan tongkat itu sehingga penculik menjadi ketakutan dan kabur. Aku berhutang nyawa kepadanya, entah bagaimana dapat membalasnya." Tiraikasih Website "Kita dapat membalas budinya dengan bersembahyang kepada Tuhan semoga in-kong itu mendapat berkah yang berlimpahan dari Tuhan, sesuai dengan budi kebaikannya, moi-moi." Kakak beradik itu membicarakan Hek-tiauw Enghiong tiada habisnya, sama sekali mereka tidak mengira bahwa orang yang mereka bicarakan itu hanya beberapa meter saja dari kamar mereka, di sebuah kamar lain di rumah penginapan itu. Pada keesokan harinya, pagi-pagi benar Tin Han berangkat meninggalkan rumah penginapan. Baru saja dia membayar sewa kamarnya. muncul Siang In dan Kiok Hwa yang juga hendak membayar sewa kamar dan meninggalkan rumah penginapan itu pagi-pagi benar. Mereka hanya bertukar pandang dan Tin Han cepat mengalihkan pandang matanya ketika pandang matanya bertemu dengan sinar mata Kiok Hwa yang memandangnya. Akan tetapi gadis itu tidak mengenalnya, sungguhpun sejenak ada keraguan di hati gadis ini yang merasa pernah bertemu dengan Tin Han akan tetapi ia lupa lagi bilamana dan di mana. -oomchoo- Tin Han meninggalkan kota Cin-an. Dia bermaksud pergi ke Hong-san untuk mencari Lee Cin. Di dalam hatinya dia merasa tegang kalau membayangkan pertemuannya dengan Lee Cin dan juga dengan Souw Tek Bun. Bagaimanapun juga, dia pernah melukai Souw Tek Bun walaupun ketika dia melakukan itu dia berpakaian sebagai Si Kedok Hitam. Bagaimana sambutan Lee Cin kalau dia muncul di sana? Dan apakah kedua orang tua gadis yang dicintanya itu akan suka menerimanya sebagai mantu? Dia menjadi tegang, karena dia belum yakin benar bahwa Lee Cin akan membalas cintanya, dan membayangkan dia ditolak pula oleh ayah-ibu Lee Cin membuat jantungnya berdebar. Tiraikasih Website Mengapa takut akan bayangan, pikirnya. Yang penting dia harus menemui Lee Cin dan bagaimana nanti sajalah akibatnya! Dia sudah merasa rindu sekali kepada Lee Cin. Kalau dia terkenang saat perjumpaannya dengan Lee Cin, pada saat terakhir. Dia sebagai Tin Han dan dia sebagai Si Kedok Hitam sudah menyatakan cintanya kepada Lee Cin! Dan ketika dia sebagai Tin Han menyatakan cintanya terhadap gadis itu, Lee Cin tidak menolaknya, walaupun juga tidak mengatakn bahwa gadis itu membalas cintanya!. $ekarang, kalau dia bertemu lagi dengan Lee Cin, dia akan berterus terang meminangnya sebagai calon isterinya. Keputusan ini sudah tetap di hatinya. Dia harus berani, berani meminang dan berani ditolak. Lee Cin pernah menyatakan sayang bahwa dia tidak pandai silat. Kalau kemudian gadis itu mengetahui bahwa dia pandai silat, bagaimana? Akan tetapi tentu Lee Cin akan tahu bahwa dialah Si Kedok Hitam! Serba salah jadinya. Sebaiknya kalau dia menyembunyikan kepandaiannya dari gadis itu. Tin Han berjalan seenaknya keluar dari kota Cin-an. Ketika dia sedang berjalan melenggang seenaknya, tiba-tiba dari belakangnya terdengar seruan nyaring. "Minggir! Minggir!" dan terdengar derap. kaki kuda. Tin Han cepat minggir dan memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang membalapkan kuda di pagi hari itu. Ternyata dia seorang yang berpakaian perwira tinggi bersama duabelas orang pengawalnya. Tin Han jadi tertarik. Dia memang merasa tidak senang kepada perwira penjajah Mancu yang suka bertindak sewenang-wenang. Karena hatinya tertarik maka dia lalu membayangi mereka dengan menggunakan ilmu berjalan cepat. Di sepanjang jalan itu masih sepi, akan tetapi karena dia tidak ingin dilihat orang berjalan cepat sekali, dia mengambil jalan dalam hutan di sebelah jalan. Tiraikasih Website Dari jauh dia melihat betapa tigabelas orang berkuda itu kini menyeberangi Sungai Huang-ho dengan menggunakan perahu besar. Mereka menyeberang bersama kuda-kuda mereka. Tin Han jadi semakin tertarik dan diapun segera menyewa perahu kecil dan minta kepada tukang perahu agar menyeberangkannya. Setelah tiba di seberang, para penunggang kuda itu melanjutkan perjalanan mereka. Tin Han juga mendarat lalu melakukan pengejaran dengan mempergunakan ilmu berlari cepat. Akhirnya dia dapat menyusul rombongan berkuda itu yang ternyata memasuki sebuah hutan di Lembah Sungai Huang-ho. Tin Han terus mengikuti pasukan selosin pengawal yang dipimpin oleh seorang perwira yang bertubuh tinggi kurus dan bermuka pucat itu. Pasukan itu adalah pasukan pengawal Kerajaan Mancu yang dipimpin oleh Panglima Coa Kun, yaitu wakil dari Panglima Tua Bouw Kin. Setelah berloncatan turtm dari atas kuda, Coa-ciangkun lalu menghampiri pondok dan muncullah seorang kakek tinggi kurus yang berpakaian hitam putih dan ada gambar lm-yang di dadanya. Usianya mendekati enampuluh tahun dan kakek ini bukan lain ada lah Thian-te Mo-ong. Melihat kakek ini, Coa-ciangkun memberi hormat yang dibalas oleh Thian-te Mo-ong. "Kebetulan sekali Coa-ciangkun sudah datang," kata Thian-te Mo-ong. 'Kami sedang mengadakan pertemuan di sini.' Coa-ciangkun dipersilakan lalu masuk dan di ruangan belakang yang cukup luas telah duduk Hek-bin Mo-ko, Sinciang Yauw Seng Kun, Ma Huan dan beberapa orang lain lagi. Hek bin Mo-ko adalah seorang tokoh sesat yang bertubuh tinggi besar dan semua anggauta ttibuhnya tampak besar dan bundar, perutnya gendut dan kulitnya hitam. Hek-bin Mo-ko Iblis Muka Hitam ini bersenjatakan sebatang ruyung berduri yang besar dan berat. Orang kedua Tiraikasih Website yang bernama Sin-ciang Mo-kai Pengemis Iblis Tangan Sakti adalah seorang tokoh kang-ouw golongan sesat pula yang bertubuh tinggi kurus dan mukanya kekuningan seperti orang berpenyakitan, matanya sipit sekali. Seusia dengan Hek-bin Mo-ko, kurang lebih limapuluh tahun dan Pengemis Iblis ini bersenjatakan sebatang tongkat yang beracun. Yauw Seng Kun telah kita kenal, yaitu pemuda dari Guha Tengkorak di Lembah Iblis murid mendiang Jengciang- kwi, dan Ma Huan yang berusia empatpuluh tahun adalah seorang utusan dari Pulau Naga, nembantu Siang Koan Bhok dan Ouw Kwan Lok. Empat orang lain yang duduk di situ kesemuanya adalah tokoh-tokoh sesat yang sudah dihubungi oleh Thian-te Mo-ong dan mau diajak bersekutu. Bagaimana Thian-te Mo-ong dapat mengadakan pertemuan rahasia dengan Panglima Coa di tempat itu? Bukankah Thian-te Mo-ong pernah membantu pemberontakan dan pernah dihukum buang, bahkan kemudian menjadi pelarian yang diburu pemerintah Kerajaan Mancu? Ternyata setelah Song Thian Lee mengundurkan diri dan semua kekuasaan atas pasukan berada sepenuhnya di tangan Panglima Tua Bouw Kin Sek, maka panglima ini telah mengubah siasatnya. Dia menyebar orang-orangnya, termasuk Panglima Coa untuk menghubungi orang-orang kang-ouw golongan sesat dan membujuk mereka untuk bekerja sama dengan pasukan pemerintah memusuhi kaum pendekar dan patriot! Karena Panglima Bouw bukan hanya menjanjikan, melainkan juga dengan royal membagi-bagi hadiah, maka golongan sesat menjadi terpikat. Karena inilah maka Thian-te Mo-ong seperti telah diampuni oleh kerajaan, asalkan dia mau membantu pemerintah untuk membasmi kaum pendekar dan patriot. Kebijaksanaan baru ini lebih menguntungkan, baik bagi pemerintah maupun bagi golongan sesat, maka banyaklah tokoh kang-ouw yang Tiraikasih Website termasuk golongan sesat dapat terpikat, termasuk Thian-te Mo-ong tentu saja karena diampuni dan tidak lagi menjadi orang buruan pemerintah. Bahkan Thian-te Mo-ong berjanji kepada Panglima Coa untuk menghubungkannya dengan Beng-cu baru, yaitu Ouw Kwan Lok yang tinggal di Pulau Naga. Panglima Coa masuk ke pondok dan dipersilakan duduk di ruangan belakang di mana telah berkumpul teman-teman Thian-te Mo-ong. "Silakan duduk, ciangkun. Saudara-saudara sekalian, perkenalkan inilah Panglima Coa dari kota raja yang menjadi wakil dari Panglima Tua yang menguasai seluruh pasukan pemerintah." Thian-te Mo-ong memperkenalkan panglima itu kepada rekan-rekannya. Dia lalu memperkenalkan pula tujuh orang tokoh kangouw yang sudah hadir di situ. Panglima Coa saling memberi hormat dengan mereka semua dan dia lalu duduk berhadapan dengan mereka. "Mo-ong, sekarang ceritakan lebih dulu tentang pengangkatan Beng-cu baru itu, siapa dia dan bagaimana kedudukannya," kata Panglima Coa. "Beng-cu Souw Tek Bun telah mengundurkan diri dari jabatan beng-cu, ciangkun, dan ini kebetulan sekali karena diapun berhaluan menentang pemerintah. Penggantinya adalah seorang pemuda yang gagah perkasa, dan terhitung muridku juga, bernama Ouw Kwan Lok. Dia menangkan pertandingan pemilihan beng-cu dan sekarang tinggal di Pulau Naga, bersama Siang Koan Bhok yang juga menjadi gurunya." "Dan bagaimana pendapatnya tentang ajakan kami untuk bekerja sama menentang golongan pendekar yang bermaksud menentang pemerintah Kerajaan Ceng?" " Aku sudah menyampaikan ke padanya, dan dia menjawab bahwa hal itu akan dipertimbangkan melihat Tiraikasih Website kesungguhan pemerintah yang mengajak bekerja sama. Dan juga beng-cu kami itu mengatakan bahwa setelah diadakan kerja-sama, biarlah beng-cu tetap bersikap mendekati para pendekar dan pemberontak, dengan demikian dia akan tahu siapa yang harus ditentang." "Ha-ha-ha, dia ingin melihat kesungguhan hati kami? Tunggu sebentar!" Panglima Coa lalu bangkit dan memanggil pengawalnya yang masih berada di luar. Seorang pengawal datang dan membawa sebuah kantung sebesar kepala manusia, dan dia menyerahkan kantung kepada Coaciangkun. "Nah, inilah hadiah pertama untuk disampaikan kepada beng-cu. Kalau kerja sama sudah menghasilkan, akan lebih banyak pula hadiah dikirimkan kepadanya." Coa-ciangkun membuka kantung itu dan memperlihatkan isinya kepada semua yang hadir. Tampak emas permata berkilauan dalam kantung itu. Sungguh merupakan hadiah yang berharga sekali! "Baik, kami menerimanya, ciangkun. Akan tetapi kamipun ingin mendengar penjelasan dari ciangkun mengapa sekarang, pihak pimpinan pasukan mengajak kami bekerja sama? Apa yang mendorong para pimpinan ciangkun melakukan kerja sama ini? Kami harus mengetahui latar belakang perubahan sikap ini agar kami tidak ragu-ragu lagi. "Hemm, kalian ingin mengetahui sebabnya? Dahulu, di waktu Song Thian Lee masih menjadi panglima muda dan dipercaya oleh kaisar, dia selalu menentang orang-orang kang-ouw sehingga banyak orang kang-ouw memberontak atau menentang pemerintah kerajaan. Kami menganggap sikap itu keliru sama sekali. Seharusnya orang kang-ouw didekati dan diajak bekerja sama sehingga tidak timbul pemberontakan, kecuali dari pihak para pendekar yang menganggap diri mereka patriot. Nah, dengan bekerja sama dengan orang-orang kang-ouw, kita tentu akan lebih mudah Tiraikasih Website untuk membasmi para pendekar itu. Setelah kini Song Thian Lee mengundurkan diri dan tidak menjadi panglima lagi, semua kekuasaan terjatuh ke tangan Panglima Tua Bouw Kin Sek maka perubahan sikap kami ini dapat dilaksanakan. Mengertikah kalian?" Tujuh orang itu mengangguk-angguk. "Sekarang, untuk membuktikan bahwa kalian memang sungguh hati berniat untuk bekerja sama, kami minta kalian membantu kami untuk menangkap atau membunuh bekas panglima Song Thian Lee dan isterinya. Sanggupkah kalian?" Tujuh orang kang-ouw itu saling pandang dan Yauw Seng Kun yang belum mengenal orang macam apa adanya Song Thian Lee, sudah menyanggupi, "Tentu saja kami dapat membantu ciangkun!" "Akan tetapi, Song Thian Lee dan isterinya itu merupakan lawan yang tangguh," kata Thian-te Mo-ong, agak ragu. "Hemm, biarpun dia tangguh, kalau menghadapi kita semua, dia akan mampu berbuat apakah? Aku membawa surat perintah Kaisar untuk menangkapnya dengan tuduhan bahwa dia sengaja membantu pemberontak Keluarga Cia, dan aku membawa selosin pengawal pilihan. Ditambah lagi dengan kalian bertujuh, apa dia akan mampu melawan?" Thian-te Mo-ong mengangguk-angguk. "Kalau kita semua maju, aku merasa yakin kita akan mampu menangkap atau membunuh mereka berdua. Baik, kapan kita akan berangkat dan di mana mereka tinggal ?" "Mereka tinggal di dusun Tung-sinbun tak jauh dari kotaraja dan kita berangkat sekarang juga. Kami akan menyediakan tujuh ekor kuda untuk kalian. Selain itu, apakah engkau tahu di mana adanya Keluarga Cia, Mo-ong?" "Tentu saja aku tahu di mana mereka bersembunyi. Ketika Beng-cu menawarkan kepada mereka untuk tinggal di Tiraikasih Website Pulau Naga, mereka menolak dan mereka untuk sementara tinggal di Bukit Cemara." "Bagus! Tugas kalian, setelah kita menyerbu rumah Song Thian Lee, adalah untuk membasmi Keluarga Cia itu. Mereka adalah orang-orang yang amat membenci pemerintah Kerajaan, merupakan orang-orang berbahaya. Bagaimana, sanggupkah kalian bertujuh untuk membasmi Keluarga Cia?" Thian-te Mo-ong tertawa. "Ha-ha-ha, membasmi mereka adalah urusan mudah, ciangkun. Yang paling lihai di antara mereka adalah Nenek Cia, dan nenek itu pernah dikalahkan oleh Bengcu yang baru. Kalau kami melaporkan permintaan ciangkun ini kepada Beng-cu, tentu akan mudah membasmi mereka." "Baiklah, kami percaya kepada kalian. Sekarang, mari kita berangkat. Para pengawalku akan menyediakan kuda untuk kalian." Tak seorangpun di antara mereka mengetahui bahwa semua percakapan mereka itu didengar dengan jelas oleh Tin Han! Ketika mendengar bahwa mereka hendak menyerbu rumah bekas panglima Song Thian Lee, dia mendengarkan dan kurang tertarik. Akan tetapi alangkah terkejut hatinya ketika dia mendengar bahwa mereka hendak menyerbu dan membasmi Keluarga Cia! Tidak, dia tidak dapat tinggal diam saja. Juga dia harus melindungi keluarga Song Thian Lee yang pernah didengarnya sebagai seorang panglima muda yang bijaksana. Dari percakapan itu tahulah dia bahwa pemerintah Kerajaan Mancu telah mengubah taktiknya. Kini mereka hendak menyuap kepada para tokoh kang-ouw dari golongan sesat untuk membantu pemerintah menghancurkan para pendekar dan patriot. Hatinya menjadi panas mendengar ini dan dia bermaksud untuk menghalangi tindakan mereka yang akan membunuh bekas panglima Tiraikasih Website Song Thian Lee dan juga hendak membasmi keluarganya, Keluarga Cia! Karena sudah mendengar bahwa mereka akan pergi ke dusun Tung-sinbun dekat kota raja dan mereka semua hendak menunggang kuda, Tin Han lalu mendahului mereka melakukan perjalanan ke arah kota raja. Ketika hari menjadi malam dan dia bermalam di rumah penginapan yang sama! Tin Han mendapatkan pikiran yang dianggapnya bagus. Malam itu, diam-diam dia menyelinap ke kandang kuda dari penginapan itu dan mencari seekor kuda yang dipilihnya paling baik dari semua kuda yang ada. Pada keesokan harinya, tentu saja keadaan menjadi geger ketika Coa-ciang kun mengetahui akan lenyapnya seekor kuda yang terbaik, yaitu kuda yang menjadi tunggangannya. Dia memaki- maki para petugas rumah penginapan akan tetapi tidak ada seorangpun tahu ke mana perginya kuda yang hilang itu. Tin Han pura-pura ikut resah seperti para tamu lain dan dengan hati geli dia melihat perwira tinggi itu menyuruh anak buahnya mencari dan membeli seekor kuda lain yang baik. Setelah mendapatkan seekor kuda, berangkatlah mereka. Tin Han juga meninggalkan rumah penginapan itu dan melepaskan kuda curiannya yang diikat pada sebuah pohon di luar kota Kan-lok, lalu membayangi rombongan itu dengan berkuda. Akhirnya, rombongan itu tiba di dusun Tung-sin-bun. Ketika itu, senja telah tiba dan agaknya rombongan itu tidak mau berhenti dulu, langsung saja menuju ke rumah Song Thian Lee, setelah mendapat keterangan di mana rumah bekas panglima itu. Pada sore hari itu, Song Thian Lee sedang duduk dengan isterinya di serambi depan. Tang Cin Lan sedang bermainmain dengan puteranya yang baru berusia tiga tahun. Ketika mendengar bunyi kaki kuda mendatangi rumah mereka, Tiraikasih Website suami isteri ini tidak mengira bahwa merekalah yang kedatangan tamu. Baru setelah belasan orang berkuda itu memasuki halaman rumahnya, mereka tahu bahwa rombongan orang itu datang untuk berurusan dengan mereka. Yang membuat Thian Lee terheran-heran adalah ketika dia melihar Panglima Coa dan Thian Lee masih mengenal Thian-te Mo-ong yang di tangkapnya ketika datuk ini membantu pemberontakan beberapa tahun yang lain, kemudian Thian-te Mo-ong berhasil meloloskan diri ketika dikirim ke tempat pembuangan. Heran dia mengapa Panglima Coa dapat datang bersama Thian-te Mo-ong yang menjadi orang buruan pemerintah? Namun dia menekan keheranannya dan segera bangkit bersama isterinya yang menggendong Hong San. "Kiranya Coa-ciangkun yang datang berkunjung! Entah kepentingan apa yang membawa ciangkun datang berkunjung ke rumah kami?" Akan tetapi Coa-ciangkun tidak turun dari atas kudanya, bahkan tidak membalas penghormatan Thian Lee, sebaliknya dia mengambil surat perintah Kaisar dan berkata lantang, "Song Thian Lee, atas perintah Kaisar kami datang untuk menangkap engkau dan seluruh keluargamu! Karena itu menyerahlah sebelum kami mempergunakan kekerasan!" Thian Lee dan Cin Lan terkejut bukan main mendengar ucapan itu. "Coa-ciangkun! Kesalahan apakah yang kami perbuat maka Kaisar memerintahkan untuk menangkap kami?" "Ketika engkau melakukan pembersihan di timur, engkau sengaja memberi kebebasan kepada para pemberontak Keluarga Cia. Karena itu engkau dianggap pemberontak!" "Bohong semua itu! Suamiku ketika memegang jabatan panglima, sudah berjasa besar menumpas pemberontakpemberontak dan orang-orang jahat! Dia bukan pemberontak dan tahukah engkau siapa aku? Aku adalah Tiraikasih Website puteri Pangeran Tang Gi Su. Beranikah kalian berkurang ajar untuk menangkap aku?" "Ini perintah Kaisar. Kami hanya menjalankan tugas. Hayo kalian cepat berlutut menyerah daripada kami harus menggunakan kekerasan!" bentak lagi Coa-ciangkun. Thian Lee menjadi marah sekali. Dia dapat menduga bahwa semua ini bukan keluar dari lubuk hati Kaisar. Tentu Kaisar telah dihasut dan mungkin yang menghasut adalah Panglima Coa dan Panglima Bouw yang dia tahu memang merasa iri dan tidak suka kepadanya. "Coa-ciangkun! Engkau tahu bahwa kini aku bukan lagi seorang pejabat pemerintah yang harus tunduk atas semua perintah Kaisar. Aku tidak merasa bersalah dan aku tidak mau menyerah!" "Engkau hendak melawan Kaisar?" "Bukan Kaisar yang kulawan, melainkan kalian! Engkau membawa pula pemberontak Thian-te Mo-ong, padahal dia orang buruan pemerintah! Engkaulah yang berbuat jahat, Coa-ciangkun!" "Serbu!" bentak Coa-ciangkun kepada anak buahnya. Duabelas orang pengawal itu lalu mencabut golok mereka dan berlompatan turun dari atas kuda. Demikian pula tujuh orang tokoh kangouw itu berlompatan turun dari kuda. Hekbin Mo-ko sudah mengayun ruyungnya yang berduri, besar dan berat, sedangkan Sin-ciang Mo-kai juga mempergunakan tongkatnya yang beracun untuk menyerang Thian Lee. Thian-te Mo-ong tidak mau ketinggalan. Song Thian Lee adalah musuh besarnya, maka diapun su dah mengeluarkan sepasang pedangnya dan menyerang dengan dahsyat. Thian Lee menyambar Jit-gwat-kiam Pedang Matahari dan Bulan yang berada di atas meja dan diapun menyambut penyerangan banyak orang itu. Sementara itu, Yauw Seng Tiraikasih Website Kun yang melihat betapa cantiknya Tang Cin Lan, sudah menggunakan tongkat bambu kuningnya untuk menyerang wanita itu, dengan maksud untuk menangkapnya hiduphidup. Serangannya ini dibantu pula oleh Ma Huan dan empat orang tokoh kang-ouw lainnya. Cin Lan tidak menjadi gentar. Dia sudah menggendong Hong San di punggungnya dan memutar sebatang tongkat, memainkan ilmu tongkat Hok-mo-tang Tongkat Penaluk Iblis dan mengamuk. Thian Lee dan Cin Lan adalah suami isteri yang lihai ilmu silatnya. Cin Lan adalah murid Pek I Lo-kai dan tubuhnya kebal racun karena pernah digigit ular merah dan ular putih yang racunnya berlawanan. Ilmu tongkatnya Hok-mo-tang amat dahsyat, dan iapun seorang yang pemberani dan tabah berkat pengalamannya ketika ia masih gadis dan suka merantau mencari pengalaman. Terutama sekali Thian Lee. Ilmunya lebih tinggi dibandingkan isterinya. Pendekar ini pernah menjadi murid Liok-te Lo-mo, kemudian pernah pula menjadi murid Jeng-ciang-kwi, kemudian menjadi murid Kim Sim Yok-sian si Dewa Obat dan murid Tan Jeng Kun. seorang pertapa sakti yang mengasingkan diri dari dunia ramai. Semua itu masih ditambah lagi ketika dia menemukan pedang Jitgoat-kiam dan dua kitab, yaitu Thian-te Sin-kang dan Jit-goat Kiam-sut. Ilmu kepandaiannya pada masa itu jarang menemukan tandingan. Akan tetapi dia sekali ini menghadapi pengeroyokan banyak orang pandai, dan dia tidak dapat memusatkan perhariannya karena perhatiannya terbagi kepada isteri dan anaknya yang juga dikeroyok banyak orang pandai. Hanya dengan ilmu pedangnya yang luar biasa, dia dapat mencegah desakan para pengeroyoknya dan selalu berusaha mendekat isterinya untuk melindunginya. Tin Han menyaksikan ini semua dan dia terbelalak kagum. Suami isteri itu sungguh hebat, pikirnya. Apa lagi Tiraikasih Website ilmu pedang Song Thian Lee. Dia hanya melihat sinar pedang bergulung-gulung menyelimuti suami isteri itu sehingga tidak ada senjata lawan yang mampu menembusnya. Akan tetapi, suami isteri itu kini hanya dapat bertahan saja dan kalau dilanjutkan perkelahian seperti itu, akhirnya mereka akan terancam bahaya. Cepat dia melepaskan pakaian luarnya dan menutupi mukanya dengan kain hitam, lalu mengambil sebatang pedangnya yang selalu disimpan dalam buntalan. Itulah pedang Pekkong- kiam Pedang Sinar Putih pemberian Bu Beng Lo-jin, gurunya yang pertama. Setelah menyembunyikan buntalan dan pakaiannya, dia lalu melompat memasuki gelanggang pertempuran dan tanpa banyak cakap lagi dia lalu membantu suami isteri itu menghadapi pengeroyokan belasan orang yang rata-rata memiliki ilmu silat yang tangguh. Pedang di tangan Thian Lee sudah merobohkan empat orang pengawal, sedangkan tongkat di tangan Cin Lan juga sudah merobohkan tiga orang pengawal. Biarpun para jagoannya belum ada yang roboh, sedikitnya robohnya tujuh orang pengawal itu membuat para pengawal lainnya menjadi jerih dan menambah semangat mereka. Ketika mereka melihat seorang berkedok hitam memasuki gelanggang perkelahian dan membantu mereka, Thian Lee segera mengenal Si Kedok Hitam yang pernah menolongnya ketika dia dan Lee Cin ditawan oleh Keluarga Cia. Baca Kisah Si Dewi Ular . "Terima kasih, sobat. Engkau kembali menolongku!" kata Thian Lee kepada Si Kedok Hitam yang begitu masuk sudah merobohkan dua orang pengawal. Tiga orang pengawal lain lalu mundur dan tidak berani lagi maju mengeroyok. Kini Thian Lee menghadapi Thian-te Mo-ong, Hek-bin Mo-ko dan Sin-ciang. Yauw Seng Kun berhadapan dengan Cin Lan dan dia dibantu oleh Ma Huan dan empat orang tokoh kang-ouw Tiraikasih Website lainnya. Kalau Thian Lee dapat mengimbangi pengeroyokan tiga orang lawan itu, sebaliknya Cin Lan mulai terdesak hebat. Hal ini adalah karena para pengeroyoknya mulai bermain curang, yaitu serangan mereka ditujukan kepada anak yang berada dalam gendongan di punggungnya. Melihat nyonya muda itu terdesak dan anaknya terancam bahaya, Tin Han segera menyerang Yauw Seng Kim yang dia lihat paling berbahaya di antara para pengeroyok Cin Lan. Begitu diserang oleh pedang di tangan Tin Han, Yauw Seng Kun menangkis dengan tongkatnya. Dia sudah merasa jerih menghadapi Si Kedok Hitam yang pernah bertanding dengannya ketika Si Kedok Hitam itu menolong Kiok Hwa terlepas dari tangannya. "Trangggg..... !" Tongkat bambu kuning di tangan Seng Kun putus tinggal sepotong. Hal ini membuatnya amat terkejut dan Ma Huan segera menolong dan membacokkan goloknya kepada Si Kedok Hitam. Akan tetapi goloknya terpental ketika bertemu dengan Pek-kongkiam dan sebuah tendangan dari Tin Han membuat Yauw Seng Kun terhuyung ke belakang. Melihat bantuan yang amat kuat itu, Cin Lan mengamuk dan tongkatnya menotok roboh dua orang tokoh kang-ouw yang bantu mengeroyok! Melihat kini Cin Lan tidak terancam bahaya, Tin Han menubruk dengan pedangnya menyerang Thian-te Mo-ong. "Sing..... ..... tranggg..... !" Sepasang pedang Thian-te Moong dipergunakan untuk menangkis sinar putih pedang di tangan Tin Han dan akibatnya, Thian-te Mo-ong harus melompat mundur karena kedua tangannya tergetar hebat. Agaknya Coa-ciangkun dapat melihat gelagat buruk. Dia lalu melompat ke atas kudanya, melarikan diri untuk mencari bala bantuan. Melihat ini, Thian-te Mo-ong kehilangan nyalinya. Diapun berseru kepada semua rekannya. Tiraikasih Website "Kita mundur!" Karena memang kini sudah terdesak, para pengeroyok itu lalu berloncatan ke belakang, melompat pula ke atas punggung kuda mereka dan mereka melarikan diri tunggang langgang. Thian Lee dan Cin Lan tidak melakukan pengejaran. Thian Lee menjura kepada Tin Han dan berkata, "Sobat, kembali engkau menyelamatkan kami. Terima kasih atas budimu." "Tidak perlu berterima kasih, Song taihiap. Sudah menjadi kewajiban kita untuk saling menolong dari ancaman antek-antek Mancu itu. Yang penting sekarang sebaiknya engkau dan isterimu cepat pergi meninggalkan dusun ini karena kalau mereka datang lagi membawa bala bantuan pasukan besar, bagaimana kalian akan dapat melawan mereka?" "Kata-katamu benar, sobat. Setidaknya, beri kami tahu siapa namamu agar kami mengetahui siapa yang menolong kami." "Sebut saja Hek-tiauw Eng-hiong. Nah, selamat berpisah!" Tin Han segera melarikan diri dari tempat itu dan kembali mengenakan pakaiannya, dan menunggang kudanya. Thian Lee sekeluarga telah selamat dan sekarang dia harus menyelamatkan keluarganya sendiri yang juga terancam oleh antek-antek Mancu. Thian Lee bersama isterinya bergegas mengumpulkan pakaian dan uang, lalu keduanya pergi meninggalkan dusun Tung-sin-bun, memberi pesangon kepada para pembantu mereka dan menyuruh mereka cepat pergi pula karena dikhawatirkan mereka akan tersangkut urusan mereka. Benar saja seperti yang di khawatirkan Tin Han, pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali duaratus orang pasukan memasuki dusun Tung-sin-bun dan mereka menyerbu Tiraikasih Website rumah Thian Lee. Akan tetapi mereka tidak menemukan siapapun juga di rumah itu, maka isi rumah lalu dirampas oleh mereka dan dalam hal mengamankan barang- barang milik Thian Lee ini, ulah mereka tiada ubahnya seperti segerombolan perampok! -oomchoo- Tin Han dapat menemukan tempat persembunyian keluarganya. Ternyata keluarganya membuat tiga buah pondok kayu di puncak Bukit Cemara dan tempat itu terkurung hutan yang lebat dan mengandung banyak pohon cemara di samping pohon-pohon liar. Akan tetapi dia tidak berani menghadap keluarganya. Dia sudah ketahuan bahwa dialah Si Kedok Hitam yang selalu menentang mereka ketika mereka hendak membunuh Lee Cin dan Thian Lee. Bahkan neneknya sendiri telah menendangnya masuk ke dalam jurang. kalau kini dia menghadap, bagaimana penerimaan mereka? Tentu dia dianggap sebagai pengkhianat. Hatinya merasa rindu sekali kepada ayah dan ibunya, juga kepada kakaknya, kedua pamannya dan neneknya. Dia rindu untuk bertemu dan bercakap-cakap dengan mereka semua. Akan tetapi dia merasa ngeri membayangkan mereka akan menerimanya sebagai seorang musuh! Dia tidak akan dapat mencari alasan mengapa dia membela Lee Cin dan Thian Lee. Keluarganya membenci penjajah Mancu dan membeci semua orang yang bekerja kepada pemerintah Mancu. Bahkan untuk melakukan pemberontakan, keluarganya tidak segansegan untuk bersekutu dengan perwira yang memberontak, dan lebih lagi malah, bersekutu dengan golongan sesat dan dengan orang Jepang! Pendirian seperti itu berbeda jauh dengan pendiriannya, bahkan bertentangan. Bagai mana mungkin dia menyadarkan keluarganya, terutama sekali neneknya bahkan melakukan perjuangan bersekutu dengan Tiraikasih Website golongan sesat dan dengan orang asing adalah keliru sama sekali ? Dia mengenal neneknya sebagai seorang yang keras hati, yang membenci penjajah sampai ke tulang sumsumnya, melebihi kebenciannya kepada golongan sesat. Sampai sepekan lamanya dia hanya berkeliaran saja di daerah pegunungan Cemara itu, tidak berani Iangsung menemui keluarganya. Dia mencari kesempatan kalau-kalau dapat melihat ibunya seorang diri meninggalkan puncak. Hanya kepada ibunya saja dia akan mampu berhadapan. Ibunya amat mencintanya dan tentu dapat memaafkannya. Akan tetapi ditunggu sampai sepekan, tidak tampak ibunya menuruni puncak atau keluar dari pondok. Selagi Tin Han kesal menunggu, tiba-tiba pada saat pagi dia melihat serombongan orang menunggang kuda mendaki bukit itu. Ada orang-orang yang datang, jumlahnya ada enam orang. Cepat Tin Han bersembunyi dan mengintai, untuk melihat siapa yang datang mendaki bukit Cemara. Setelah mereka tiba dekat, dia mengenal beberapa orang di antara mereka, yaitu orang-orang yang baru-baru ini menyerbu rumah Song Thian Lee. Mereka adalah Thian-te Mo-ong, Hek-bin Mo- ko, Sin-ciang Mo-kai, Yauw Seng Kun, Ma Huan dan ditambah seorang kakek lagi yang tidak dikenalnya. Kakek ini tampak gagah perkasa, tinggi besar bermuka merah dan dia memegang sebatang dayung baja. Melihat wajah dan senjata itu, teringatlah Tin Han akan cerita neneknya. Neneknya seringkali bercerita kepadanya tentang para datuk persilatan di dunia kang-ouw dan melihat wajah dan perawakan kakek itu, juga melihat senjatanya, dia menduga bahwa tentu kakek ini yang berjuluk Tung-hai-ong Raja Lautan Timur, datuk wilayah timur yang bernama Siang Koan Bhok dan menjadi majikan Pulau Naga! Dia pernah mendengar neneknya bercerita bahwa di antara Empat Datuk Besar di empat penjuru, kepandaian Siang Koan Bhok inilah yang paling tinggi. Tiraikasih Website Jantung Tin Han berdebar tegang. Tidak salah lagi, mereka ini tentu akan melaksanakan rencana mereka untuk membasmi Keluarga Cia seperti yang diperintahkan oleh panglima yang bersekongkol dengan Thian-te Mo-ong itu. Keparat, pikirnya. Kalian tidak akan dapat membasmi Keluarga Cia selama aku masih hidup! Akan tetapi dia menahan kesabarannya dan hendak melihat dulu apa yang akan terjadi. Dia lalu tersembunyi di balik semak belukar dan mengintai. Enam orang itu telah tiba di depan tiga pondok yang berdiri berjajar. Mereka turun dari atas kuda mereka dan mengikatkan kuda-kuda itu di batang pohon, lalu Thian-te Mo-ong dengan su ara lantang berteriak, "Haiiii, Keluarga Cia, keluarlah kami hendak bicara!" "Thian-te Mo-ong, mau apa engkau di sini?" terdengar bentakan dari dalam pondok di tengah dan muncullah Nenek Cia yang memegang tongkat kepala naganya. Ia memandang kepada Thian-te Mo-ong dengan alis berkerut ketika melihat bahwa Thian-te Mo-ong datang bersama banyak orang. Mendengar teriakan Thian-te Mo-ong tadi, kini bermunculanlah Cia Kim dan isterinya, Cia Tin Siong dan kedua saudara Cia Hok dan Cia Bhok. Lengkaplah Keluarga Cia kini berada di depan pondok menyambut kedatangan enam orang itu. Jumlah pihak tuan rumah juga ada enam orang dan agaknya hal ini sudah diperhitungkan oleh Thian-te Mo-ong maka diapun datang berenam untuk mengimbangi pihak keluarga Cia. "Nenek Cia, kebetulan sekali keluargamu lengkap, atau masih kurang seorang lagi? Ah, cucumu yang seorang lagi itu tidak masuk hitungan, bukan?" "Katakan apa keperluanmu datang berkunjung ke tempat tinggal kami?" kata pula Nenek Cia dengan ketus. Ia tahu orang macam apa adanya Thian-te Mo-ong, maka baru bertemu saja ia sudah merasa tidak senang, akan tetapi Tiraikasih Website diam-diam ia juga terkejut melihat Siang Koan Bhok datang bersama Thian te Mo-ong. "Keluarga Cia sejak dahulu terkenal sebagai orang-orang yang membenci pemerintah Kerajaan Ceng. Akan tetapi kalian lihat sendiri betapa bodohnya memusuhi Kerajaan yang amat kuat. Kini ternyata Kerajaan Ceng mengulurkan tangan persahabatan kepada kalian, maukah kalian menerimanya?" "Apa? Jadi engkau sekarang sudah menjadi anjing peliharaan Mancu, Thia te Mo-ong? Engkau membujuk kami untuk bersahabat dengan penjajah Mancu? Tidak sudi! Katakan kepada majikanmu di kota raja bahwa selama kami masih bernapas, kami akan selalu menentang dan memusuhi penjajah Mancu!" "Ha-ha-ha, sudah kuduga engkau nenek kepala batu akan menjawab begitu. Apa engkau tidak takut terhadap kekuatan kami? Kami diberi wewenang untuk membasmi keluarga Cia kalau kalian membangkang!" "Jahanam busuk! Kalian akan mengerahkan tenaga pasukan Mancu. Biar ada seribu orang dari mereka, kami tidak takut dan tidak akan mundur!" "Nenek sombong! Kami tidak perlu menggunakan tenaga pasukan untuk membasmi kalian. Kita boleh bertanding dengan adil dan jujur, satu lawan satu! Siapa di antara kalian yang menjadi jagoan pertama, silakan maju, akan kami lawan dengan seorang di antara kami." Cia Tin Siong, Cia Hok dan Cia Bhok melangkah maju, akan tetapi Nenek Cia membentak. "Mundur kalian! Aku sendiri yang akan maju lebih dulu!" Nenek Cia melompat ke depan dan memalangkan t ongkat nya di depan dada, lalu menghardik kepada Thian-te Mo-ong. "Nah, aku yang maju. Kalian maju satu demi satu atau semua, aku tidak akan mundur!" Tiraikasih Website "Nenek sombong! Akulah lawanmu dan dayungku akan melumatkan kepalamu yang keras itu!" Siang Koan Bhok membentak dan diapun melompat maju sambil memutar dayungnya. Hal ini memang sudah diatur oleh Thian-te Moong yang sudah mengetahui tingkat kepandaian Keluarga Cia. Yang paling lihai adalah Nenek Cia maka sebelumnya dia sudah mengatur agar Siang Koan Bhok yang menghadapi nenek tangguh itu. "Bagus, Siang Koan Bhok, aku tidak takut kepadamu!" bentak Nenek Cia dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, tongkat naganya diputar cepat dan dia menyerang dengan dahsyatnya. "Trangg! Trakk!" Dayung menangkis bertemu dengan tongkat naga dan nenek itu terhuyung ke belakang sedangkan Siang Koan Bhok hanya mundur dua langkah. Dari akibat pertemuan dua senjata ini saja sudah dapat dilihat bahwa dalam hal tenaga sin-kang, Siang Koan Bhok masih menang setingkat. Namun nenek itu memang seorang yang amat berani. Walaupun ia tahu pula bahwa tenaganya kalah kuat, namun ia menyerang lagi dengan hebatnya. Tongkatnya menyambar-nyambar ganas mengeluarkan angin pukulan yang mengeluarkan bunyi berciutan. Akan tetapi Siang Koan Bhok yang tidak berani memandang rendah kepada nenek itu dan diapun mengimbangi dengan permainan keras, mengandalkan tenaga sin-kangnya yang memang lebih kuat. Pertandingan itu berlangsung seru dan dahsyat sekali. Angin pukulan tongkat dan dayung baja itu terasa oleh semua yang hadir di situ, terasa menyambarnyambar. Tin Han yang menonton dari tempat sembunyinya, mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa neneknya kalah tenaga dan mulailah neneknya itu terdesak. Gerakan tongkatnya tidak setangkas tadi. Setelah bertandingan Tiraikasih Website selama seratus jurus lebih, neneknya yang seringkali tergetar ketika senjatanya bertemu dengan senjata lawan itu mulai kehabisan tenaga. Kekhawatiran Tin Han segera terbukti. Ketika itu, Nenek Cia mengerahkan seluruh tenaganya menghantamkan tongkat naganya, agaknya dengan nekat hendak mengadu tenaga. Tongkatnya menyambar seperti seekor naga yang menyerang dan melihat ini, Siang Koan Bhok juga mengerahkan tenaga pada dayung bajanya, menyambut hantaman itu dengan tangkisan yang amat kuat. Tak dapat dicegah lagi, adu tenaga melalui senjata itupun terjadilah. Dua senjata panjang itu bertemu di udara. "Darrr. . . .!!!" Terdengar seperti ledakan ketika dua buah senjata itu bertemu di udara. Siang Koan Bhok terdorong mundur tiga langkah, akan tetapi Nenek Cia terhuyunghuyung dan tongkatnya hampir terlepas dari pegangannya. Pada saat ia kehilangan tenaga dan keseimbangannya itu, mulutnya juga mengeluarkan darah segar tanda bahwa nenek ini telah menderita luka dalam yang parah, Siang Koan Bhok masih mengayun dayung bajanya, mengirim hantaman ke arah kepala Nenek Cia. Agaknya dia hendak memenuhi ancamannya tadi hendak melumatkan kepala nenek itu dengan dayung bajanya. Pada saat itu tampak sesosok bayangan menyambar dan dayung baja yang sudah menyambar itu tertahan di udara. Siang Koan Bhok terkejut sekali dan menarik kembali dayungnya. Pada saat itu, Tin Han sudah menyambar tubuh neneknya yang terhuyung sehingga tidak sampai terjatuh. "Nek, bagaimana keadaanmu nek?" tanya Tin Han dan segera dia memegang nadi tangan neneknya. Nadinya berdenyut lemah sekali dan Nenek Cia hanya menggeleng kepalanya, lalu melepaskan diri dari rangkulan Tin Han, duduk bersila mengatur pernapasan. Tiraikasih Website Thian-te Mo-ong segera melangkah maju dan dengan gembira dia berkata lantang. "Nah, Keluarga Cia, pihakmu telah kalah. Apakah ada lagi yang berani mencoba-coba untuk maju?" Sebelum lain orang menjawab, Tin Han sudah melompat berdiri dan dia yang menghadapi Thian-te Mo-ong sambil berkata, "Akulah yang maju mewakili Keluarga Cia!" Melihat pemuda itu, Thian-te Moong berkata, "Siapakah engkau, orang muda?" "Aku bernama Tin Han, cucu dari Nenek Cia." Melihat Tin Han yang mereka kira telah tewas itu maju, Cia Kun cepat berkata, "Tin Han, jangan sembrono. Biarkan aku yang maju!" bentaknya. Tin Han menghibur ayahnya, "Ayah, kalau Nenek saja kalah, apakah ayah kira mampu menandingi Siang Koan Bhok? Biarkan aku yang maju untuk mencoba-coba, hitunghitung aku menebus dosa dan kalau aku kalah olehnya, barulah ayah yang maju sendiri," kata-kata Tin Han ini terdengar demikian meyakinkan. Diam-diam Cia. Kun, ayahnya berpikir. Mereka semua telah tahu bahwa Tin Han ternyata Si Kedok Hitam yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Siapa tahu pemuda itu benar-benar akan dapat menandingi Siang Koan Bhok! Maka dia mengangguk lalu mundur. Ketika Cia Tin Siong hendak maju melarang adiknya, Cia Kun memberi isyarat agar Tin Siong membiarkan Tin Han main lebih dulu. Akan tetapi Thian-te Mo-ong tertawa bergelak. Kini dia tahu bahwa Tin Han adalah seorang cucu lain dari Nenek Cia yang dikabarkan tidak memiliki ilmu silat, melainkan hanya pandai sastra, maka dia mengambil keuntungan ini dan berkata, "Saudara Siang Koan Bhok telah menangkan pertandingan, harap beristirahat dulu. Biarkan aku sendiri yang akan menghadapi pemuda ini!" Berkata demikian, Tiraikasih Website Thian-te Mo-ong melangkah maju menghadapi Tin Han tanpa mencabut sepasang pedangnya. Jelas bahwa dia memandang ringan lawannya. Tagcersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Share
Serial Gelang Kemala. Dewi Ular merupakan seri kedua dalam Serial Gelang Kemala karangan Kho Ping Hoo. Berkisah tentang Souw Lee Cin, seorang pendekar wanita dan seorang pawang ular yang sangat mahir mengendalikan ribuan ular berbisa. Souw Lee Cin adalah putri dari Souw Tek Bun, seorang Beng-cu Kang-Ouw (Ketua dunia persilatan), namun sejak
Dewi Ular merupakan seri kedua dalam Serial Gelang Kemala karangan Kho Ping tentang Souw Lee Cin, seorang pendekar wanita dan seorang pawang ular yang sangat mahir mengendalikan ribuan ular berbisa. Souw Lee Cin adalah putri dari Souw Tek Bun, seorang Beng-cu Kang-Ouw Ketua dunia persilatan, namun sejak kecil ia tinggal bersama gurunya, yaitu Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah . Ketika Lee Cin berusia tujuh belas tahun, ia diperintahkan menghabisi musuh besarnya, yaitu Souw Tek Bun! Untunglah Souw Tek Bun mengenali putrinya dan Ang-Tok Mo-li yang ternyata adalah istrinya sendiri alias ibu kandung Souw Lee Cin!Lee Cin menguasai ilmu Ang-coa-kiamsut, ilmu pedang ular merah dan memiliki pedang ular merah Ang-coa-kiam! Asal mula ilmu ini bisa dibaca dalam buku Pedang Ular Merah Ang-coa-kiam dalam serial Jago Pedang Tak Bernama Bu-beng Kiam-hiap.Pada masa itu, Panglima Phoa yang dibantu oleh orang-orang jepang yang ingin membuat pemberontakan , mereka juga dibantu oleh perkumpulan hitam yang menamakan diri mereka Pek-lin-pai dan Souw Lee Cin, Souw Tek Bun dan kalangan persilatan sanggup mengatasi pemberontakan itu? Bagaimana pula nasib Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah? Dan dalam cerita ini, Souw Lee Cin jatuh cinta kepada seseorang, siapakah dia? Apakah kali ini ia beruntung dalam kisah cintanya? Semoga tidak seperti pada waktu ia jatuh cinta pada Thian Lee dalam kisah Gelang Kemala.. Loading....
Singkatcerita , Dewi ular tak akan bisa mengusik kandungan dalam perut Rayo Pasca. Mau tidak mau ia harus memenuhi undangan. Pihak Kahyangan, dan menerima jemputan Dewa Jenaka. Semakin cepat semakin baik, karena jika misi itu terlalu lama selesainya, maka Rayo akan melahirkan seorang bayi, entah bagaimana caranya.
Uploaded byGoldy Senior 100% found this document useful 4 votes8K views2 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document100% found this document useful 4 votes8K views2 pagesSerial Dewi UlarUploaded byGoldy Senior Full descriptionJump to Page You are on page 1of 2Search inside document You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
KopingHo,DEWI ULAR,RAJAWALI HITAM, GELANG KUMALA ,tamat. di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Gadis Penyelamat BumiSerial Dewi UlarOleh Tara ZagitaGambar Sampul oleh Fan SardyPenerbit Sinar Matahari, JakartaEbook by Dewi KZSinopsis Bumi dan seisinya sebentar lagi akan hancur. Badai halilintar akan menyapu habis benda-benda yang tergabung dalam susunan galaksi kita. Tak akan ada sisa organik yang tertinggal jika badai halilintar sudah melanda kehidupan di muka bumi. Tanda-tanda kehadiran badai halilintar sudah ada. Langit terbakar, dentuman dahsyat berkali-kali mengguncangkan bumi, dan seekor kucing bisa bicara. Bahkan kucing itu bisa bercinta dengan pemuda imut-imut yang bernama Alvan. Pemuda itulah yang datang menemui Dewi Ular alias Kumala Dewi, membawa pesan keramat bagi Kumala. Konon, badai halilintar hanya dapat ditangkal oleh kesaktian Kumala Dewi. Tetapi ketika Kumala ingin menggunakan kesaktiannya, ternyata yantung Kumala mengalami luka akibat kekuatan gaibnya membentur inti gaibyang ada dalam diri titisan anak Dewa Zeus. Sementara itu nanti malam badai halilintar akan datang menyapu bumi. Lalu apa yang harus dilakukan Kumala dalam keadaan yang serba berbahaya itu ? Dapatkah seekor kucing membantunya menyelesaikan tugasnya sebagai gadis penyelamat bumi ?Link download pdf
SerialDewi Ular I 01. Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta 02. Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib 03. Dewi Ular 46 Misteri Bocah Jelmaan 04. Dewi Ular 47 Mahluk Seberang Zaman 05. Dewi Ular 48 Perempuan Penghisap Darah 06. Dewi Ular 57 Asmara Mumi Tua 07. Dewi Ular 58 Manusia Meteor 08. Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi
Kode D2 Stok Tersedia 2 pcs Detail Produk Dewi Ular Dewi Ular karya Kho Ping Hoo Terdiri dari 15 buku cetak Harga yang tercantum adalah harga buku dari nomor 1 s/d 15 Dewi Ular adalah buku ke-2 atau lanjutan dari cerita silat Gelang Kemala dan pendahulu dari cerita silat Rajawali Hitam Dewi Ular adalah serial cerita silat Mandarin karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo Dewi Ular mengisahkan tentang Souw Lee Cin, seorang pendekar wanita dan seorang pawang ular yang sangat mahir mengendalikan ribuan ular berbisa. Souw Lee Cin adalah putri dari Souw Tek Bun, seorang Beng-cu Kang-Ouw Ketua dunia persilatan, namun sejak kecil ia tinggal bersama gurunya, yaitu Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah . Ketika Lee Cin berusia tujuh belas tahun, ia diperintahkan menghabisi musuh besarnya, yaitu Souw Tek Bun! Untunglah Souw Tek Bun mengenali putrinya dan Ang-Tok Mo-li yang ternyata adalah istrinya sendiri alias ibu kandung Souw Lee Cin! Lee Cin menguasai ilmu Ang-coa-kiamsut, ilmu pedang ular merah dan memiliki pedang ular merah Ang-coa-kiam! Asal mula ilmu ini bisa dibaca dalam buku Pedang Ular Merah Ang-coa-kiam dalam serial Jago Pedang Tak Bernama Bu-beng Kiam-hiap. Pada masa itu, Panglima Phoa yang dibantu oleh orang-orang jepang yang ingin membuat pemberontakan , mereka jugaa dibantu oleh perkumpulan hitam yang menamakan diri mereka Pek-lin-pai dan Pek-kwa-pai. Apakah Souw Lee Cin, Souw Tek Bun dan kalangan persilatan sanggup mengatasi pemberontakan itu? bagaimana pula nasib Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah? Dan dalam cerita ini, Souw Lee Cin jatuh cinta kepada seseorang, siapakah dia? apakah kali ini ia beruntung dalam kisah cintanya? semoga tidak seperti pada waktu ia jatuh cinta pada Thian Lee dalam kisah Gelang Kemala. Tags Cerita Silat Mandarin, dewi ular, gelang kemala Ditambahkan pada 19 June 2013
4Serial Dewi Ular Eps Rahasia Anak Neraka Dewi Ular -- Rahasia Anak Neraka Cersil Dewi Ular Rahasia Anak Neraka Perubahan itu adalah sebuah rahasia besar yang dipertahankan agar jangan sampai
- menjawab pertanyaan pemuda itu. Ia melangkah keluar dan melihat betapa Siangkoan Tek sudah berganti pakaian baru dan nampak tampan sekali pagi itu. Ketika bertemu pandang, Hwe Li menundukkan mukanya dan ia membiarkan saja ketika tangannya dipegang dan digandeng oleh Siangkoan Tek. "Kita makan di ruangan belakang," kata pemuda itu dan Hwe Li hanya menurut saja digandeng menuju ke ruangan belakang. Hidangan untuk makan pagi ternyata telah disiapkan. Siangkoan Tek lalu membimbingnya duduk menghadapi meja dan mereka lalu makan pagi. Kalau Siangkoan Tek makan pagi dengan penuh semangat dan tampak gembira sekali, sebaliknya Hwe Li makan dengan lambat. sampai saat itu ia masih merasa bingung sekali. sebagian dari perasaannya mendorongnya untuk menyambut uluran hati pemuda itu, akan tetapi sebagian lagi masih sangsi. DewiKZ 176 Baru saja mereka selesai makan, terdengar ribut-ribut dan derap kaki banyak kuda di luar kuil. Dua orang anak buah bergegas masuk dan melaporkan dengan suara gemetar, Tiraikasih Website "Kongcu, tempat kita diserbu banyak sekali perajurit. Kita telah dikepung dari semua penjuru" Tentu saja Siangkoan Tek merasa terkejut. "Siapkan semua anak buah. Lawan mati-matian" perintahnya. Dua orang itu cepat pergi dan Siangkoan Tek lalu bertanya kepada Hwe Li, "Hwe Li, bagaimana Kim-liong-pang dapat mendatangkan pasukan pemerintah?" "Ini tentu perbuatan suheng Lai Siong Ek. Dia adalah putera jaksa di Pao-ting dan tentu ayahnya yang mengerahkan pasukan dengan maksud untuk menolong aku, Tek-ko. Karena itu, sebaiknya engkau menyerah. Akulah yang akan menanggung agar engkau tidak dihukum. Akan kuceritakan bahwa engkau memperlakukan aku dengan baik sekali." Akan tetapi Siangkoan Tek cepat memegang tangan Hwe Li dan dia pun berkata, suaranya tegas, "Mari kita melihat keluar" DewiKZ 177 Setelah mereka tiba di luar kuil, Siangkoan Tek melihat anak buahnya telah terlibat dalam pertempuran yang tidak seimbang melawan puluhan orang perajurit, bahkan mungkin ada seratus orang perajurit yang sudah mengepung kuil itu. sekali pandang saja maklumlah Siangkoan Tek bahwa tidak mungkin anak buahnya menang, dan kalau terlambat akan sukar pulalah dia untuk dapat melarikan diri dari kepungan sekian banyak prajurit. Maka, secepat kilat dia menotok pundak Hwe Li yang menjadi lemas dan dia lalu memanggul tubuh gadis itu ke atas pundak kirinya dan setelah mencari bagian yang agak lemah penjagaannya atau kepungan para perajurit itu, yaitu di sebelah kiri, dia lalu melompat ke situ dan dengan pedangnya dia merobohkan setiap perajurit yang berani menghadangnya. Tiraikasih Website -oo0dw0oo- Jilid 06 "LEPASKAN Sumoi" terdengar bentakan dan ternyata Lai Siong Ek sudah berada di situ dan menyerang Siangkoan Tek dengan pedangnya. "Trang-tranggg......" Dua kali pedang siong Ek bertemu dengan pedang Siangkoan Tek dan pedang di tangan Siong Ek terpental. Dua orang perwira pasukan datang membantunya. Akan tetapi mereka tidak berani menyerang dengan serampangan karena Siangkoan Tek memanggul tubuh Hwe Li, khawatir kalau serangannya mengenai tubuh gadis itu. Kesempatan ini dipergunakan oleh Siangkoan Tek untuk melompat jauh dan dia melarikan diri dengan cepat. Siong Ek dan dua orang perwira, diikuti oleh belasan orang perajurit mengejar, akan tetapi mereka ini kalah jauh dalam hal lari cepat oleh Siangkoan Tek sehingga sebentar saja pemuda itu sudah lenyap ke dalam hutan lebat. Siangkoan Tek masuk ke dalam semak belukar dan agar dia tidak terganggu oleh berat badan Hwe Li, dia membebaskan totokannya pada gadis itu. "Sstt, jangan mengeluarkan suara, Li-moi. Kalau kita ketahuan, terpaksa aku akan membunuh suhengmu itu" DewiKZ 178 Hwe Li menjadi serba salah, kalau ia menjerit, tentu mereka akan dikepung dan la tidak ingin melihat Siangkoan Tek dikeroyok sampai tewas. Akan tetapi kalau ia diam saja, ia akan dibawa pergi oleh pemuda itu Ia merasa serba salah dan ia pun diam saja, akan tetapi kedua matanya menjadi basah, apalagi ketika ia mendengar teriakan ayahnya, Tiraikasih Website "Kejar dan cari sampai berhasil ditemukan" Demikian terdengar suara souw Can yang juga ikut datang bersama semua anak buah Kim-liong-pang. Setelah para pencari itu lewat, Siangkoan Tek lalu menarik tangan Hwe Li dan diajaknya gadis itu lari ke lain jurusan. Akhirnya mereka meninggalkan bukit itu. Siangkoan Tek tidak mempedulikan lagi keadaan anak buahnya yang terbasmi oleh pasukan yang menyerbu kuil itu. Mereka sudah jauh meninggalkan para pengejarnya dan tiba di sebuah padang rumput. "Kenapa engkau berhenti Li-moi? Kita lanjutkan perjalanan menjauhi bukit agar tidak dapat dikejar lagi." Tempat itu sunyi, jauh dari pedusunan dan Hwe Li memandang ke sekelilingnya. "Tek-ko, aku akan kembali ke rumah orang tuaku." "Kenapa, Li-moi? Bukankah engkau sudah ikut denganku melarikan diri?" "Akan tetapi ke mana engkau hendak membawaku pergi, Tek-ko? Aku takut, orang tuaku tentu akan mencariku. Aku harus pulang" Hwe Li membalikkan tubuhnya dan hendak berlari kembali ke bukit itu agar dapat pulang ke Pao-ting. Akan tetapi Siangkoan Tek dengan sekali lompatan sudah menghadang di depannya. "Li-moi, dalam keadaan seperti ini engkau hendak meninggalkan aku? Bukankah kita sudah menjadi sahabat baik? Dan engkau belum menjawab pertanyaanku kemarin. Maukah engkau mempererat lagi hubungan persahabatan klta dan menjadi kekasihku?" DewiKZ 179 Wajah Hwe Li berubah merah dan ia menjadi serba salah. Jelas bahwa pemuda ini bukan perampok. dan buktinya juga tidak membela para perampok ketika diserbu Tiraikasih Website pasukan. Akan tetapi, ia masih tetap sangsi walaupun ia tertarik sekali kepadanya. Akan mudah sekali untuk jatuh cinta kepada pemuda seperti Siangkoan Tek. akan tetapi hatinya masih diliputi keraguan. –dewi-kz- Apakah ayahnya akan dapat menerima pemuda ini sebagai calon suaminya kalau mengetahui bahwa pemuda ini yangpernah memimpin gerombolan perampok merampas dua buah kereta? Tentu Lai siong Ek akan mengenalnya. "Aku.. aku tidak tahu, Tek-ko...." jawabnya lirih. "Li-moi, aku cinta padamu.." Siangkoan Tek merangkul lalu mencium wajah yang cantik itu. semula Hwe Li mandah saja dan tenggelam ke dalam kemesraan, akan tetapi ia lalu teringat bahwa ia bukan tunangan pemuda itu, maka ia meronta. Apalagi ketika tangan Siangkoan Tek meraba-raba dengan berani. ia meronta sehingga terlepas dari rangkulan pemuda itu. "Jangan, Tek-ko....jangan......" "Li-moi, aku tahu bahwa engkau juga mencintaiku" kata Siangkoan Tek yang meraih kembali dan merangkul gadis itu. Hwe Li meronta dan pada saat itu terdengar bentakan halus dan nyaring, "Lepaskan gadis itu" DewiKZ 180 Mendengar bentakan suara wanita ini, Siangkoan Tek melepaskan rangkulannya dari tubuh Hwe Li dan cepat membalikkan tubuhnya. Dia melihat bahwa yang membentak tadi adalah seorang gadis yang cantik jelita dan yang berdiri tegak dengan sepasang mata mencorong marah. Pakaian gadis itu berkembang cerah dan wajahnya cantik sekali. Wajah itu berbentuk bulat telur, mulutnya kecil dengan bibir mungil merah membasah. Hidungnya mancung dengan ujungnya agak menjungat ke atas, nampak lucu menantang. Di kedua ujung mulutnya tampak lesung pipit yang manis. sebatang pedang tergantung Tiraikasih Website dipunggung dan di pinggangnya terselip sebatang suling membuat ia selain nampak cantik jelita juga gagah perkasa. Terutama sekali matanya yang mencorong itu, sungguh berwibawa. Dan seketika Siangkoan Tek teringat akan gadis ini dan wajahnya berseri. Dia segera mengenal wajah ini. "Kau. kau. Nona Lee Cin murid Ang-tok Mo-li.... Ah, sudah lama aku mencarimu, adik manis" "Hemm, Siangkoan Tek. engkau manusia jahanam. Di mana-mana engkau mengejar gadis-gadis cantik. Aku tidak mempunyai urusan denganmu, kecuali untuk menghajarmu. Ada urusan apa engkau mencariku?" "sejak pertemuan kita dahulu, aku selalu teringat kepadamu, Cin-moi. siang malam aku teringat kepadamu. Marilah ikut aku pulang ke Pulau Naga. Ayahku juga setuju kalau engkau menjadi.." "Tutup mulutmu yang kotor" Bentak Lee Cin dan secepat kilat ia sudah menyerang pemuda itu. Tangan kanannya meluncur seperti seekor ular yang mematuk ke arah leher pemuda itu. DewiKZ 181 Siangkoan Tek maklum benar betapa lihainya gadis ini, maka dia pun tidak berani main-main dan sudah mencelat ke belakang untuk menghindarkan serangan itu. Akan tetapi Lee Cin tidak memberi kesempatan lagi kepadanya untuk banyak cakap karena gadis itu sudah menyerang lagi, lebih hebat kini karena ia mainkan jurus ampuh dari Ang-coa-kun silat Ular Merah yang ia warisi dari gurunya atau juga ibunya. serangan ini ampuh sekali. Bukan saja kuat dan cepat, akan tetapi ilmu pukulan ini juga mengandung hawa beracun yang amat berbahaya. Menghadapi serangan yang datangnya bertubi ini, Siangkoan Tek segera terdesak. Dia maklum akan bahaya yang mengancamnya, maka dia meraba punggungnya dan di lain saat dia telah mencabut Tiraikasih Website sebatang pedang yang berkilauan saking tajamnya. Dengan pedang ini dia membalas serangan Lee Cin sampai tiga kali berturut-turut. Lee Cin juga sudah tahu bahwa lawannya adalah putera Datuk Besar dari timur, maka ia cepat mengelak tiga kali sambil berlompatan mundur. Ketika ia maju kembali, ia sudah memegang Ang-coa-kiam. "Trang-cring-trang....." berkali-kali kedua pedang itu bertemu di udara dan bunga api berpijar ketika dua pedang yang sama kuatnya ini berbenturan. Keduanya segera terlibat dalam perkelahian pedang yang amat seru. sementara itu, sejak tadi Hwe Li memandang dengan mata terbelalak. Bermacam perasaan teraduk dalam hatinya. Jantungnya masih berdebar kalau ia teringat akan ciuman-ciuman yang diterimanya dari Siangkoan Tek tadi. Masih terasa hangatnya ciuman itu. Dan hatinya terasa panas sekali ketika mendengar betapa pemuda itu seolah-olah tergila-gila kepada gadis cantik yang kini bertanding dengan Siangkoan Tek. la merasa cemburu. Akan tetapi kenyataan bahwa gadis itu datang untuk menolongnya, membuatnya menjadi ragu. kemudian ia melihat betapa gadis itu lihai sekali dan seolah mendesak Siangkoan Tek dengan pedangnya yang menjadi gulungan sinar merah. Timbul rasa khawatir dalam hati Hwe Li, Jangan-jangan Siangkoan Tek akan kalah dan terluka, atau terbunuh. Mendadak ada dorongan dari dalam hatinya, dan ia lalu mencabut pedangnya dan melompat maju menyerang Lee Cin, membantu Siangkoan Tek. DewiKZ 182 "Eh.....??" Lee Cin terkejut dan merasa heran sekali ketika melihat betapa gadis yang ditolongnya itu tiba-tiba membantu Siangkoan Tek mengeroyoknya. Biarpun ilmu pedang gadis itu tidak sehebat ilmu pedang Siangkoan Tek. akan tetapi kepandaian gadis itu sudah cukup tinggi Tiraikasih Website sehingga Lee cin segera terdesak ketika dikeroyok dua. juga ia ragu-ragu untuk melukai gadis yang tidak dikenalnya itu. Maka ia lalu memutar pedangnya dengan cepat untuk melindungi dirinya. Ingin ia membunuh Siangkoan Tek yang ia tahu merupakan seorang pemuda mata keranjang, cabul dan jahat. Akan tetapi dengan majunya Hwe Li, Lee Cin tidak melihat kesempatan untuk merobohkan Siangkoan Tek, bahkan sebaliknya ia menjadi terdesak sekali. Ia merasa jengah sendiri kalau mengingat betapa ia tadi hendak menolong gadis itu, padahal kenyataannya gadis itu sama sekali tidak membutuhkan pertolongan. Gadis itu tidak dipaksa atau terancam oleh Siangkoan Tek. sebaliknya malah, gadis itu kini membantu pemuda itu yang menunjukkan bahwa gadis itu bersahabat erat dengan Siangkoan Tek. Dan kini malah ia yang terancam bahaya. Kalau tidak disudahi perkelahian itu, akhirnya ia tentu akan terkena senjata lawan. Berpikir demikian, Lee Cin lalu menyerang dengan hebat ke arah Hwe Li yang membuat gadis ini terpaksa meloncat mundur ke belakang dan kesempatan itu dipergunakan oleh Lee cin untuk melompat jauh dan melarikan diri secepatnya. Ia pikir bahwa yang akan mampu mengejarnya hanya Siangkoan Tek dan belum tentu gadis itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang dapat menandinginya sehingga dapat mengejarnya. Kalau hanya Siangkoan Tek yang mengejar sendiri, setelah jauh ia akan menghadapi pemuda jahat itu. DewiKZ 183 Akan tetapi Siangkoan Tek adalah seorang pemuda yang cerdik. Dia tidak terpancing dan tidak melakukan pengejaran. Untuk apa mengejar Lee Cin kalau hal itu bahkan akan membahayakan? Dia mendapat kenyataan betapa Lee Cin bahkan lebih lihai daripada dahulu. Biarlah, sekali ini dia terpaksa membiarkan Lee Cin kabur, akan tetapi lain kali dia harus berusaha untuk dapat menangkap Tiraikasih Website Lie Cin. Hanya gadis itu yang dia anggap pantas untuk menjadi isterinya. "Tek-ko." Siangkoan Tek memutar tubuhnya, memandang Hwe Li sambil tersenyum dan menyimpan pedangnya. Gadis itu sudah menyimpan pedangnya dan kini memandang kepadanya dengan marah "Li-moi, terima kasih. Engkau telah membantuku" "Tek-ko, siapakah gadis itu?" tanya Hwe Li sambil cemberut karena hatinya dicekam cemburu. "Ah, ia? la bernama Lee Cin, dan ia murid seorang tokoh besar dunia persilatan yang berjuluk Ang-tok Mo-li. Ilmu kepandaiannya hebat, akan tetapi dengan bantuanmu, kita dapat mendesaknya dan kalau ia tidak melarikan diri, kita tentu akan dapat merobohkannya. " "Hemm, kalau dapat merobohkannya selanjutnya akan kau apakah?" "Ia? Ah.. akan kubunuh tentu saja" "Benarkah itu? Aku tadi mendengar betapa engkau selalu teringat kepadanya Tek-ko, engkau.. engkau cinta kepadanya" "Hushh...., engkau ngawur, Li-moi. Kalau aku mencintanya, mengapa kami bertanding mati-matian? Aku memang selalu teringat kepadanya karena diantara kami pernah terjadi permusuhan" "Akan tetapi engkau bilang tadi bahwa kalau ia mau ikut denganmu ke Pulau Naga, ayahmu akan....." DewiKZ 184 "Akan memaafkan kesalahannya dan menyudahi permusuhan antara kami. Ia lihai sekali, tidak enak bermusuhan dengan lawan selihai itu, maka aku Tiraikasih Website membujuknya untuk menghabisi permusuhan. Jangan menyangka yang tidak-tidak, Li-moi. Aku hanya mencinta engkau seorang" setelah berkata demikian, Siangkoan Tek lalu merangkul dan menciumi gadis itu Hwe Li seperti mabok dan membiarkan dirinya dibelai dan ia hanya memejamkan matanya dan tenggelam ke dalam rangkulan Siangkoan Tek. Kita tinggalkan dahulu Hwe Li yang tenggelam ke dalam lautan nafsu berahi, terbakar oleh berahi Siangkoan Tek dan gadis yang kurang pengalaman hidup dan yang memiliki pandangan sempit itu terbuai dan pasrah saja ke tangan pemuda yang menarik hatinya dan yang dianggapnya sebagai manusia terbaik di dunia ini. Lee Cin melarikan diri dan ia mengerutkan alisnya, hatinya merasa penasaran sekali melihat sikap gadis yang ditolongnya itu. Kalau tidak ada gadis itu yang membantunya, ia hampir yakin akan dapat membunuh pemuda jahat itu Ia teringat betapa dahulu, dua tahun yang lalu, ia bertemu dengan Siangkoan Tek dan ayahnya, Siangkoan Bhok. Ia bertanding dengan mereka Can akhirnya tertotok roboh oleh dayung Siangkoan Bhok yang lihai. Ketika itu, Siangkoan Tek membawanya ke balik semak-semak dan hendak memperkosanya, dibiarkan saja oleh ayah pemuda itu. Untung baginya, pada saat yang amat gawat itu Ia tertolong oleh Thio Huisan murid In Kong Thaisu. baca Kisah Gelang Kemala. DewiKZ 185 Karena amat membenci Siangkoan Tek. setelah peristiwa itu, ia mengambil keputusan untuk membunuh pemuda itu apabila bertemu kembali. Ketika melihat Hwe Li meronta- ronta dalam pelukan Siangkoan Tek. Lee Cin mengira bahwa pemuda itu hendak memperkosanya maka ia lalu membentak dan turun tangan menyerang Siangkoan Tek. Tiraikasih Website Akan tetapi siapa kira, setelah ia mulai mendesak Siangkoan Tek. gadis itu terjun dalam perkelahiun dan malah membantu Siangkoan Tek mengeroyoknya. Padahal ia beranggapan bahwa ia telah menyelamatkan gadis itu dari tangan Siangkoan Tek yang hendak memperkosanya. Benar-benar membuat ia penasaran sekali. Kalau dulu, di waktu ia masih berada di bawah bimbingan gurunya atau ibu kandungnya, Ang-tok Mo-li, ia tidak akan lari menghadapi perkelahian. Biarpun ia terdesak oleh keroyokan dua orang, dahulu seperti gurunya ia tidak pernah mengenal takut, tidak pernah mau mundur apalagi melarikan diri. Ia tentu akan kembali lagi dan menggunakan segala daya, kalau perlu memanggil ular-ularnya, untuk membalas dan berhasil membunuh Siangkoan Tek. Akan tetapi semenjak ia tinggal bersama ayah kandungnya dan menerima bimbingan ayahnya, ia mendapat banyak nasihat dan di antaranya, agar ia tidak sembarangan membunuh orang dan tidak menjadi nekat walaupun keadaannya kalah kuat. Tidak suka melarikan diri walaupun sudah terhimpit dan kewalahan, bukan sikap seorang yang gagah perkasa, melainkan perbuatan orang bodoh yang sama seperti ingin mati konyol atau membunuh diri sewaktu ada kesempatan, orang harus menyelamatkan diri lebih dulu, membebaskan diri dari ancaman maut agar dapat bertindak lebih jauh. DewiKZ 186 Bagaimana Lee Cin tiba-tiba dapat muncul di situ bertemu dengan Siangkoan Tek dan Hwe Li? Gadis ini melakukan perjalanan bersama Thio Hui san, menuju ke Kwi-su di mana terdapat kuil siauw-lim-si. Kebetulan sekali ketika mereka tiba di kuil itu, Hui sian Hwesio sedang berada di situ sehingga Lee cin dapat menghadap wakil ketua siauw-lim-pai ini dan menyampaikan pesan ayahnya kepada Huisan Hwesio. Tiraikasih Website Ketika itu, Hui sian Hwesio sedang duduk dengan in Kong Thaisu, ketua siauw-lim-pai. Mendengar pesan Souw Tek Bun yang disampaikan Lee Cin bahwa bengcu ini mengundurkan diri, kedua orang hwesio itu mengerutkan alisnya. "omitohud....." kata Hui sian Hwesio. "Akan tetapi mengapa ayahmu Souw Tek Bun hendak mengundurkan diri sebagai bengcu? Padahal menurut pinceng saya, pada waktu ini tidak ada orang lain yang lebih pantas untuk menjadi bengcu. Kenapa ada keputusan yang tiba-tiba ini?" "Ayah mengambil keputusan ini setelah dia terluka oleh pukulan seseorang yang menggunakan pukulan telapak tangan hitam dan pukulan merontokkan jalan darah." "omitohud.. siapa yang melakukan pukulan keji itu?" In Kong Thaisu berkata sambil merangkap sepuluh jari tangannya ke depan dada. "Teecu murid tidak tahu, juga Ayah tidak tahu karena penyerang itu berkedok hitam. Teecu berhasil menyelamatkannya dengan totokan-totokan it-yang-ci dan Ayah sudah minum obat pembersih darah. Akan tetapi Ayah masih harus menggunakan waktu sedikitnya sebulan untuk memulihkan tenaganya." Hui sian Hwesio mengerutkan alisnya. "Apakah hanya karena serangan itu souw Bengcu hendak mengundurkan diri? setiap orang pendekar selalu tentu menghadapi bahaya serangan musuh-musuh dari golongan sesat, bukan hanya kalau menjadi bengcu saja. Alasan souw Bengcu hendak mengundurkan diri sungguh tidak kuat dan tidak masuk akal." DewiKZ 187 "susiok, Ayah sama sekali bukan hendak mengundurkan diri karena takut menghadapi musuh. Akan tetapi ada suatu hal yang meresahkan hati Ayah, yaitu kalau dia dianggap Tiraikasih Website sebagai bengcu antek Kerajaan Mancu. Karena dia diangkat bengcu dengan restu dari Kerajaan Mancu, maka para patriot dan pendekar yang anti penjajah tentu akan memusuhinya dan Ayah tidak senang kalau dia hares bermusuhan dengan para patriot karena dalam sudut hati Ayah sendiri, dia tidak suka kepada penjajah Mancu." "omitohud..., kiranya itukah sebabnya?" kata Hui sian Hwesio. "Kalau itu alasannya, sungguh masuk akal. Akan tetapi karena souw- bengcu menjadi bengcu setelah dipilih semua pihak. maka tidak bisa dia meletakkan kedudukan begitu saja. Dia harus mengundurkan diri di depan semua pihak dan mengingat bahwa pada bulan lima semua orang gagah kami undang ke Hong-san untuk mengadakan rapat membicarakan gerakan orang-orang gagah dipantai timur yang terbujuk orang-orang Jepang untuk mengadakan pemberontakan, maka sekalian ayahmu mengajukan pernyataan berhenti menjadi bengcu dalam rapat besar itu." "Kalau begitu halnya, sebaiknya kalau susiok mengutus suheng Thio Hui san memberi kabar kepada Ayah, karena saya hendak melanjutkan perjalanan saya untuk mencarisi Kedok Hitam yang telah melukai ayah. Mohon petunjuk kepada suhu dan susiok, siapakah kira-kira si Kedok Hitam yang masih muda dan yang menggunakan pukulan penghancur jalan darah yang bertapak tangan hitam itu?" Dua orang hwesio itu saling pandang, kemudian in Kong Thaisu menoleh kepada Thio Hui san. "Hui san, engkau yang banyak berkelana di dunia kang-ouw, apakah engkau tidak dapat menduga siapa orang yang memiliki ilmu tapak tangan hitam penghancur jalan darah seperti itu?" tanyanya sambil menatap wajah muridnya. DewiKZ 188 "Teecu teringat bahwa memang ada sebuah keluarga yang namanya terkenal di dunia kang-ouw dengan ilmu silat tangan kosong mereka. Keluarga itu adalah keluarga Tiraikasih Website Cia yang tinggal di Hui-cu, di kaki Bukit Lo-sian Dewa Tua. Keluarga itu terkenal sekali dengan ilmu tapak tangan hitam mereka. Akan tetapi tokoh-tokohnya telah meninggal dunia dan yang tinggal hanya seorang nenek. Kabarnya Nenek Cia ini yang mewarisi semua ilmu keluarga cia. selanjutnya teecu tidak tahu, suhu." "Hemm, keluarga Cia di Hui-cu kaki Bukit Lo-sian?" Lee Cin menyambung sambil mengerutkan alisnya. "Biarpun petunjuk itu samar dan mungkin keluarga Cia sama sekali tidak ada hubungannya dengan si Kedok Hitam, akan tetapi baik juga kalau aku menyelidiki ke sana, suheng." "Memang sebaiknya begitu, Lee Cin. Akan tetapi ingat, engkau hanya menyelidiki saja, jangan sampai terjadi kesalah-pahaman sehingga engkau menjadi bermusuhan dengan keluarga itu. Jangan sekali- kali mudah menuduh orang sebelum engkau melihat buktinya. Eh, Hui san- keluarga Cia itu termasuk golongan apakah? Mudah-mudahan mereka bukan golongan sesat," kata In Kong Thaisu. "Sama sekali bukan, suhu. Menurut yang teecu dengar, keluarga itu malah terkenal sebagai keluarga yang menentang kejahatan, keluarga yang gagah perkasa akan tetapi tidak suka menonjolkan diri di dunia kang-ouw sehingga tentang mereka, tidak banyak orang mengetahuinya," jawab pemuda itu. DewiKZ 189 Setelah menerima banyak nasihat dari in Kong Thaisu, Lee Cin lalu meninggalkan kuil siauw-lim-si untuk melanjutkan perjalanannya. Kini tugasnya ada dua. Pertama, menyelidiki keluarga Cia dan kedua, mencari ibunya dan membujuk ibunya agar suka berbaik kembali dengan ayahnya. Tiraikasih Website Sementara itu, Hui san juga meninggalkan kuil siauw-lim-si untuk memberi kabar kepada souw- bengcu tentang rapat pertemuan yang akan diadakan di Hong-san, tempat tinggal souw- bengcu. dalam hatinya, pemuda ini merasa kecewa bahwa dia harus melakukan perjalanan seorang diri. Alangkah beda rasanya melakukan perjalanan seorang diri dengan berjalan bersama Lee Cin. Dia tahu bahwa dia sudah jatuh cinta untuk kedua kalinya kepada Lee cin. Demikianlah, ketika melakukan perjalanan menuju ke kota Hui-cu di kaki Bukit Lo-sian, di tengah perjalanan Lee Cin bertemU dengan Siangkoan Tek dan souw Hwe Li. sama sekali ia tidak pernah mimpi bahwa antara ia dan Hwe Li terdapat tali persaudaraan yang tidak begitu jauh. Mereka berdua sama-sama bermarga souw dan souw Tek Bun masih terhitung saudara sepupu dari souw can, sungguhpun keduanya sejak muda sekali tidak pernah lagi saling berhubungan. Kalau saja ia mengetahui, tentu tidak begitu mudah ia membiarkan Hwe Li berdua saja dengan pemuda yang ia ketahui amat keji itu. Kota Bi-ciu merupakan kota yang cukup besar dan ramai karena kota itu menjadi pusat perdagangan. Daerah itu merupakan gudang rempah-rempah dan juga penduduknya hidup makmur sehingga banyak barang dagangan dibawa para pedagang memasuki kota itu. Karena banyaknya tamu yang setiap hari mendatangi kota Bi-ciu, di situ tumbuh rumah makan dan rumah penginapan seperti jamur di musim hujan. Banyak restoran dan hotel, dari yang kecil sederhana sampai yang besar mewah. DewiKZ 190 Pada suatu siang, disebuah restoran yang cukup besar penuh dengan tamu yang hendak makan siang. Karena restoran besar ini juga merangkap sebagai hotel yang memiliki puluhan kamar, maka restoran itu selalu penuh tamu dari luar ataupun tamu yang bermalam di situ. siang Tiraikasih Website itu hawanya panas sekali. Apalagi dalam restoran yang penuh orang itu, hawanya lebih panas lagi. Ketika para pelayan sedang sibuk melayani para tamu, masuklah seorang pemuda yang menarik perhatian orang. Pemuda ini berwajah tampan dan pakaiannya serba putih dari sutera halus, potongannya seperti yang biasa dipakai para siucai pelajar. Akan tetapi walaupun pakaiannya seperti sastrawan, namun dipunggungnya tergantung sepasang pedang dan dipinggangnya terselip pisau pisau belati kecil sehingga tahulah orang bahwa pemuda itu tidak selembut tampaknya, melainkan seorang pemuda yang biasa berkelana di dunia kang-ouw. Memang sebenarnya demikianlah, karena pemuda itu bukan lain adalah ouw Kwan Lok, murid Thian-te Mo-ong dan mendiang Pak-thian-ong itu. Pengalamannya yang pertama amat pahit. Ketika dia sudah berhasil melarikan Liu Ceng atau Ceng Ceng dan hendak memaksa gadis cantik itu menjadi kekasihnya, muncul Thian-tok Gu Kiat Seng dan terpaksa dia lari meninggalkan Ceng Ceng karena Thian-tok merupakan lawan yang amat tangguh, apalagi dibantu Ceng Ceng. Pengalaman ini membuat Kwan Lok berhati-hati dan membuka matanya bahwa betapapun banyak ilmu yang telah diperolehnya dari kedua orang gurunya, di dunia kang-ouw banyak terdapat tokoh yang dapat menandinginya . siang itu tibalah dia di kota Bi-ciu dan karena sejak pagi dia belum makan, dia memasuki rumah makan yang ramai dan disambut seorang pelayan dengan hormat. DewiKZ 191 "Kongcu hendak makan? Kebetulan sekali masih ada meja yang kosong, hanya tinggal satu meja itulah. Mari silakan, Kongcu." Tiraikasih Website Kwan Lok mengikuti pelayan itu dan duduk menghadapi meja kosong yang letaknya di sudut. Meja itu barusaja ditinggalkan tamu yang makan. Pelayan segera menggunakan kain lapnya untuk membersihkan meja itu sambil bertanya, "Kongcu hendak memesan masakan apa?" Kongcu itu menatap ke sebelah kirinya. Terpisah tiga meja dari mejanya agak ke tengah, dia melihat seorang gadis makan seorang diri dan dilihat dari situ, gadis itu cantik sekali dan makan dengan gerakan halus dan sopan, namun kelihatan nikmat sekali. "Aku hendak memesan nasi dan masakan seperti yang dimakan nona di sana itu." Dia menunjuk ke arah gadis itu dan si pelayan mengangguk-angguk mengerti. "Dan minumnya?" "Arak seguci kecil dan air teh." Pelayan pergi untuk mempersiapkan pesanan Kwan Lok dan pemuda ini sengaja duduk menghadap ke arah gadis itu sehingga dia dapat melihat gadis itu dari samping. Dia kagum dan tertarik,. Di atas meja depan gadis itu terdapat sebatang pedang Hal ini menunjukkan bahwa gadis itucun bukan orang lemah. Kalau seorang gadis sudah berani metakukan perjalanan seorang diri membawa-bawa pedang, setidaknya ia tentu pernah belajar silat pedang dan melihat sikapnya yang demikian lembut namun tidak malu-malu dan penuh kepercayaan pada diri sendiri, Kwan Lok dapat menduga bahwa gadis itu tentu memiliki ilmu kepandaian silat yang berarti. DewiKZ 192 Gadis itu dilihat dari samping amat cantik menarik. Ketika gadis itu kebetulan menoleh ke arahnya, Kwan Lok dapat melihat wajah itu dari depan dan dia terpesona. Bukan main cantik jelitanya gadis itu. Aku harus dapat mendekatinya dan berkenalan dengannya, pikirnya. Akan Tiraikasih Website tetapi gadis itu berada di tempat umum dan menegur gadis itu begitu saja merupakan perbuatan yang kasar dan tidak sopan. Kwan Lok tidak mau mendatangkan kesan buruk di hati gadis itu. Kwan Lok sama sekali tidak pernah menduga bahwa gadis itu justru merupakan seorang di antara tiga orang musuh besar gurunya, yang harus dibunuhnya. Thian-te Mo-ong, gurunya, berpesan kepadanya agar dia mencaritiga orang di dunia kang-ouw, yaitu pertama song Thian Lee, ke dua, seorang gadis bernama Tang cin Lan puteri Pangeran Tang Gi su dan ke tiga seorang gadis pula bernama Lee Cin murid Ang-tok Mo-li. Dia tidak pernah menduga bahwa gadis itu adalah souw Lee cin. Lee Cin melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Hui-cu untuk menyelidiki keluarga Cia yang kabarnya memiliki ilmu pukulan tapak tangan hitam dan pada hari itu ia tiba di kota Bi-ciu. Melihat kola yang ramai itu, Lee Cin ingin tinggal beberapa hari lamanya untuk bertanya-tanya barang kali ibunya berada di kota itu. Biarpun ibunya tinggal di Bukit Ular di lembah sungai Huang- ho, akan tetapi ibunya suka merantau dan sebelum mencari ibunya diBukit Ular, ia harus mendengar-dengar dan mencari keterangan disetiap tempat yang ramai kalau- kalau ibunya berada di situ. Maka Lee Cin lalu mencari rumah penginapan yang juga mernbuka rumah makan besar di depan rumah penginapan- siang hari itu ia makan di rumah makan, tidak tahu bahwa ada orang yang sejak tadi memperhatikannya. DewiKZ 193 Setelah pesanan makannya dihidangkan, Kwan Lok segera makan sambil kadang-kadang melirik ke arah gadis itu yang makan dengan perlahan. Tiba-tiba tiga orang pria memasuki rumah makan itu. Melihat pakaian mereka mudah diketahui bahwa mereka adalah tiga orang pria yang kaya dan melihat lagak mereka dapat diduga pula bahwa Tiraikasih Website mereka tentulah orang-orang yang merasa berkuasa. Dua orang pelayan segera menyambut mereka dan dua orang pelayan itu membungkuk-bungkuk penuh hormat. Tiga orang yang usianya sekitar tiga puluh sampai empat puluh tahun itu bertolak pinggang dan memandang kesana-sini, melihat meja meja yang penuh tamu. "Mohon maaf sebesarnya, sam-wi Kongcu Tiga orang Tuan muda, akan tetapi rumah makan kami penuh tamu dan tidak ada sebuah pun meja yang kosong. silakan menunggu sebentar sampai ada tamu yang selesai makan dan meninggalkan mejanya." Tiga orang itu memandang ke sekeliling dan tiba-tiba seorang di antara mereka menunjuk ke arah meja yang dihadapi Lee cin, lalu berkata kepada pelayan itu, "Kami lihat di sana itu, satu meja hanya dipakai makan seorang saja. Kami dapat mengajak nona itu makan bersama" Dua orang temannya juga memandang dan mereka mengangguk sambil tersenyum simpul. kemudian bergegas mereka menghampiri meja Lee cin, diikuti oleh seorang pelayan yang kelihatan gelisah. Setelah tiba di situ, mereka lalu menarik tiga buah bangku yang masih kosong lalu duduk menghadapi meja Lee Cin yang masih makan. Tentu saja gadis itu merasa heran dan memandang dengan alis berkerut kepada tiga orang itu "Nona, bangku- bangku ini masih kosong bukan?" tanya seorang. "semua tempat penuh, kami dapat duduk disini, bukan?" kata orang kedua. DewiKZ 194 "Daripada Nona makan seorang diri tiada teman, biarlah kami bertiga menemani Nona makan minum. Hei, pelayan, cepat sediakan arak terbaik dan keluarkan masakan yang Tiraikasih Website termahal dan paling lezat untuk kami. Nona ini makan bersama kami dan semua kami yang akan bayar" kata orang he tiga dengan gembira. Lee cin minum air tehnya lalu berkata lembut, "Harap kalian bertiga mencari meja lain dan jangan mengganggu aku. Aku tidak ingin ditemani." "Aih, kenapa, Nona? Kami tidak akan mengganggu, bahkan hendak menjamu dengan hidangan termahal." "Kami akan menjadi teman makan yang menyenangkan, Nona." "Kami adalah tiga orang muda paling terkenal di kota ini, undangan kami merupakan kehormatan besar bagi Nona." Lee Cin menjadi jengkel. Lenyap selera makannya oleh gangguan itu Kalau ia menjadi marah dan menghajar tiga orang laki-laki tidak sopan ini, tentu ia akan menggemparkan rumah makan yang penuh tamu itu, juga tentu akan ada prabot yang rusak dan para tamu tentu akan meninggalkan tempat itu. Ia tidak menghendaki terjadi keributan. Akan tetapi kalau didiamkan saja, tiga orang laki-laki ini tentu menjadi semakin kurang ajar. Ia mengukur dengan pandang matanya jarak di antara mereka dan ia. Jari tangannya tidak akan sampai ke tubuh mereka, akan tetapi kalau disambung sumpit, tentu sampai. "sekali lagi, kuminta kalian bertiga cepat meninggalkan aku seorang diri, atau aku akan menghajar kalian" katanya perlahan akan tetapi penuh wibawa. DewiKZ 195 Tiga orang laki-laki itu tersenyum lebar. "Akan enak sekali kalau dihajar oleh Nona yang cantik ini," kata seorang di antara mereka dan yang dua orang menyeringai kurang ajar. Tiraikasih Website Dengan kecepatan yang tidak dapat diikuti dengan mata, tangan kanan Lee Cin yang masih memeggng summit itu bergerak tiga kali dan tiga orang pria itu seolah berubah menjadi patung, duduk tidak bergerak dan tidak dapat bersuara lagi, hanya matanya saja yang memandang dengan kaget dan ketakutan- Lee Cin sudah tidak berselera lagi. Ia menaruh sumpitnya dan menggapai seorang pelayan. Pelayan itu bergegas menghampiri dan Lee Cin membayar harga makanan. Tadinya pelayan itu tidak tahu bahwa tiga orang muda yang tidak sopan itu berubah menjadi patung. Akan tetapi setelah Lee Cin bangkit dan pergi membawa pedangnya, tiga orang itu masih duduk seperti patung, dan pelayan itu memandang keheranan. Akan tetapi dia pun tidak berani mengganggu dan meninggalkan tiga orang itu yang telah memesan arak terbaik dan makanan paling mahal. semua pelayan mengenal siapa tiga orang pria itu. Mereka adalah putera seorang bangsawan dan dua orang hartawan, dan terkenal amat royal, akan tetapi juga selalu menghendaki agar perintah mereka ditaati. Tentu saja Kwan Lok yang sejak tadi memperhatikan Lee Cin, dapat melihat apa yang dilakukan gadis itu kepada tiga orang pria kurang ajar itu. Diam- diam dia terkejut sekali. Cara Lee Cin menotok ketiga orang pengganggunya menunjukkan bahwa gadis itu seorang ahli totok yang lihai sekali. Maka cepat dia pun membayar harga makanan dan mengikuti gadis itu keluar rumah makan. Kwan Lok membayangi dari kejauhan sehingga Lee Cin tidak menaruh curiga. DewiKZ 196 Setelah pelayan datang membawa arak dan hidangan ke meja tiga orang pria tadi, barulah pelayan merasa heran dan curiga. Tiga orang itu tetap duduk diam saja. Tiraikasih Website "sam-wi Kongcu, makanan telah saya hidangkan," katanya. Tidak ada yang menjawab. "silakan sam-wi makan," katanya lagi sambil memandang wajah mereka. Dan melihat mata mereka yang bergerak-gerak ketakutan itu barulah pelayan itu menjadi sadar bahwa tiga orang laki-laki itu tidak mampu bergerak. Yang bergerak hanya biji mata mereka. Tentu saja dia menjadi panik dan segera memberi tahu para pelayan lain. Keadaan menjadi ribut ketika para tamu mengetahui bahwa ada hal yang tidak beres dengan tiga orang itu Pemilik rumah makan yang juga mengenal baik para pemuda itu, menjadi khawatir. Pemuda-pemuda yang menjadi kaku itu diurut-urut, digosoki minyak. namun tetap saja tidak bergerak. Akhirnya seorang yang terkenal sebagai tukang pukul datang mendekati. Dia adalah seorang yang pandai ilmu silat dan melihat keadaan tiga kongcu itu, dia pun menotok dan menekan sana sini, mencari jalan-jalan darah terpenting dan akhirnya dia berhasil secara kebetulan memunahkan totokan dan tiga orang itu pulih dan dapat bergerak kembali. setelah dapat bergerak kembali, tiga orang itu mencak-mencak. "Keparat!! Di mana adanya gadis siluman tadi?" mereka membentak-bentak. akan tetapi tidak ada pelayan yang mengetahui. Tukang pukul itu pun mengenal Lu- kongcu, seorang di antara tiga pemuda itu, karena dia adalah putera Kepala Daerah kota Bi-ciu. Melihat kesempatan baik ini untuk menonjolkan jasanya, dia lalu bertanya kepada Lu- kongcu, DewiKZ 197 "Gadis siluman mana yang telah mengganggu Kongcu? saya yang akan menangkap dan menyeretnya ke depan kaki Kongcu" Tiraikasih Website Mendengar ini, Lu- kongcu lalu mengajak dua orang kawannya dan tukang pukul itu untuk berlari keluar dari rumah makan. setibanya di luar, dia berkata kepada tukang pukul yang bernama Coa Gu itu, "Cepat kumpulkan kawan-kawanmu dan sebar mereka untuk mencari seorang gadis berpakaian cerah berkembang, ada lesung pipit di kedua pipinya dan ia membawa sebatang pedang. Kalau bertemu cepat memberitahu padaku, akan kukerahkan perajurit menangkapnya" "Baik, Lu- kongcu" si Tukang Pukul lalu cepat pergi untuk melaksanakan perintah itu dan tiga orang pemuda itu lalu pulang ke rumah Lu- kongcu. setibanya di rumah, pemuda putera Kepala Daerah itu lalu minta kepada kepala jaga agar mempersiapkan dua losin perajurit untuk menangkap "penjahat". Tak lama kemudian, tukang pukul itu sudah berlari menghadap dan mengatakan bahwa anak buahnya telah menemukan gadis itu yang sedang berjalan-jalan di taman umum di tengah kota Bi-ciu. Mendengar ini, Lu-kongcu dan dua orang kawannya, diiringkan dua losin perajurit, mengikuti tukang pukul Coa Gu dan berlari-lari menuju ke taman bunga umum yang dimaksudkan itu. DewiKZ 198 Lee Cin memang memasuki taman bunga yang cukup indah dari kota Bi-ciu. Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam ikan yang cukup luas dan terdapat banyak ikan emas berenang di antara bunga teratai yang sedang berkembang. Banyak orang yang menonton keasyikan ikan-ikan itu berkejaran. Lee Cin tidak tahu bahwa di antara mereka terdapat Kwan Lok yang terus membayanginya sejak dari rumah makan tadi juga ia tidak tahu bahwa ia dicari banyak orang yang kemudian seorang dari mereka mcnemukan ia di taman itu Tiraikasih Website Disekeliling kolam ikan itu terdapat bangku-bangku panjang, memang disediakan kepada mereka yang suka menonton ikan. Lee Cin duduk di atas sebuah bangku, pedangnya sudah ia ikatkan dipunggung. ia membeli roti kering yang dijual tak jauh dari situ dan memberi makan ikan dengan roti kering. sungguh asyik dan menggembirakan melihat betapa ikan-ikan itu berduyun-duyun berenang dan memperebutkan makan itu. Lee cin tidak merasa bahwa waktu cepat berlalu dan sudah cukup lama ia duduk di bangku itu Roti kering sudah habis diberikan kepada ikan-ikan, akan tetapi ia masih duduk termenung. Melihat ikan yang berkelompok dan hilir mudik berenang berbarengan itu, ia merasa bahwa ia bagaikan seekor ikan tunggal yang tiada kawan. satu-satunya kawan dalarn hidup ini baginya hanyalah ayah kandungnya. Ia merasa rindu kepada ibunya, dan rindu kepada kawan- kawan yang dahulu sempat dikenalnya. Ia rindu kepada Tang cin Lan, rindu kepada song Thian Lee. Alisnya berkerut dan ia merasa bersedih. Pernah ia jatuh cinta mati-matian kepada Thian Lee, akan tetapi ia melihat kenyataan yang menyedihkan bahwa pemuda pujaannya itu tidak membalas cintanya, bahwa Thian Lee telah mencinta gadis lain, yaitu Cin Lan. Mereka kini telah menikah dan tinggal di kota raja. Thian Lee menjadi seorang panglima besar dan hidup berbahagia dengan cin Lan. Diam-diam ia merasa iri kepada Cin Lan dan makin iba kepada diri sendiri la tenggelam ke dalam lamunan yang menyedihkan sehingga lupa bahwa ia telah lama sekali duduk termenung di tempat itu, kini tidak lagi memandang kepada ikan-ikan. Pandang matanya kosong dan menerawang jauh. Tiba-tiba ia mendengar bentakan- bentakan di sekelilingnya. "Itu dia orangnya" DewiKZ 199 "Tangkap siluman betina itu" Tiraikasih Website "Kepung, jangan sampai lolos" Lee Cin tadinya tidak menyadari apa artinya seruan-seruan itu, akan tetapi ketika ia melihat banyak orang berpakaian perajurit mengepungnya, baru ia menyadari bahwa ia yang akan ditangkap. Tentu saja ia merasa heran dan bangkit memandangi para perajurit itu dengan alis berkerut, akan tetapi ketika ia melihat tiga orang muda yang berteriak-teriak mengomando para perajurit itu, tahulah ia mengapa ia akan ditangkap. Kiranya tiga orang pemuda yang mengganggu di rumah makan dan yang ditinggalkannya dalam keadaan tertotok yang memimpin pasukan itu untuk menangkapnya sekitar dua puluh orang lebih perajurit mengepungnya dengan golok di tangan dan sebagian besar dari mereka bersikap ragu-ragu. Tentu saja para perajurit itu merasa ragu. Haruskah mereka yang berjumlah dua losin perajurit itu mengeroyok seorang gadis muda yang cantik jelita? Api kemarahan menyala di hati Lee Cin. Akan tetapi segera terngiang di telinganya akan nasihat-nasihat ayah kandungnya bahwa ia tidak boleh sembarangan membunuh orang. Dan ia teringat pula kepada Thian Lee, pendekar yang juga pantang membunuh orang begitu saja. Para perajurit ini tidak bersalah. Mrmang pekerjaan mereka untuk mematuhi perintah atasan. Yang bersalah adalah tiga orang muda itu. sudah bersikap kurang ajar kepadanya masih tidak menyadari kesalahan bahkan mengerahkan perajurit untuk menangkapnya. Tiga orang itulah yang patut dihajar. DewiKZ 200 Ketika para perajurit mengepung semakin dekat, ia tidak mencabut pedangnya, melainkan mencabut sulingnya. suling itu pun merupakan sebuah senjata yang ampuh, akan tetapi hanya untuk menotok lawan, bukan untuk melukai Tiraikasih Website atau membunuh walaupun ada beberapa macam totokan yang merupakan totokan maut. "Kalian mau apa?" teriaknya di antara gemuruh suara para pengepung. Tiga orang pemuda itu kini menjadi berani karena mereka mengandalkan dua losin perajurit. Mereka melangkah maju menghadapi Lee Cin dan putera Kepala Daerah itu menudingkan telunjuknya kepada Lee cin. "Gadis sombong.. Engkau telah berani menghinaku, menghina kami bertiga. Kami akan menyeretmu untuk diberi hukuman" setelah berkata demikian, pemuda itu memberi isyarat dengan tangannya kepada para perajurit untuk menyerbu. Akan tetapi Lee cin sudah bergerak cepat sekali. Tubuhnya berkelebat ke depan dan hampir tidak dapat dilihat gerakannya, akan tetapi tiba-tiba terdengar teriakan beruntun tiga kali, disusul suara air tertimpa benda berat dan tiga orang pemuda itu sudah gelagapan di dalam kolam ikan sialnya mereka tidak dapat berenang sehingga megap-megap dan berteriak minta tolong. para perajurit segera menolong mereka dan sebagian lagi sudah mengeroyok Lee cin. Gadis itu menggerakkan sulingnya menangkis golok-golok yang menyambarnya dari segala penjuru. Ia harus memutar sulingnya menjadi segulung sinar hitam yang menyelimuti dirinya sehingga tidak dapat dilukai golok. tangan kirinya menampar-nampar dan kakinya menendang-nendang merobohkan para pengeroyok. DewiKZ 201 Pada saat itu terdengar suara lembut, "Jangan khawatir, Nona. Aku membantumu menghajar orang-orang tidak tahu malu ini" Tiraikasih Website Dan muncullah Kwan Lok yang segera terjun ke dalam pertempuran. Melihat bayangan putih berkelebat dan seorang pemuda berpakaian serba putih yang tampan mengamuk membantunya, Lee cin mengerutkan alisnya. Apalagi melihat betapa pemuda itu walaupun tidak menggunakan pedang yang berada dipunggungnya, namun melakukan pukulan keras yang membuat beberapa orang perajurit roboh pingsan, ia khawatir kalau pemuda itu membunuh orang. "Aku tidak butuh bantuanmu" katanya dan Lie cin segera melompat jauh dan melarikan diri dari pengeroyokan para perajurit. Melihat gadis itu melarikan diri, Kwan Lok khawatir kehilangan gadis itu, maka dia pun menendang roboh dua orang perajurit, lalu dia meloncat melakukan pengejaran. Para perajurit berteriak-teriak melakukan pengejaran, akan tetapi gadis dan pemuda baju putih itu sudah menghilang di antara keramaian banyak orang. Mereka terpaksa kembali ke taman dan mengawal tiga orang yang basah kuyup dan terengah-engah itu kembali ke rumah kediaman Kepala Daerah. Akan tetapi putera Kepala Daerah tentu saja menjadi semakin sakit hati dan dia memerintahkan para perajurit untuk mencari gadis dan pemuda berpakaian putih itu. Bahkan dia juga menggerakkan para tukang pukul dan para berandalan yang berada di kota Bi-ciu untuk bantu mencari. Sementara itu, Lee cin berhasil menyelinap di antara banyak orang dan setelah melihat bahwa tidak ada yang mengejarnya, ia langsung pergi ke rumah penginapan. Ia tidak tahu bahwa dari jauh ia dibayangi Kwan Lok. DewiKZ 202 Karena peristiwa pengeroyokan di taman itu membuat tubuhnya berkeringat, Lee Cin lalu minta disediakan air lalu mandi. Baru saja ia berganti pakaian, daun pintu kamarnya Tiraikasih Website diketuk orang. ia terkejut dan mengira bahwa yang mengetuk pintu itu adalah perajurit-perajurit yang mengejar dan mencarinya. "siapa?" tanyanya dengan suara tegas. "saya Nona. saya pelayan." Lee Cin membuka daun pintu dan benar saja. seorang pelayan berdiri di luar pintu dan membungkuk dengan hormatnya. "Ada apa?" "Nona, di luar terdapat seorang yang minta bertemu dan bicara dengan Nona." "suruh tunggu di luar, akan kutemui dia," kata Lee Cin sambil menduga-duga siapa gerangan orang yang hendak bertemu dan bicara dengannya itu. setelah membereskan rambutnya, Lee Cin keluar dan di ruangan tengah yang dipergunakan sebagai ruang tamu, duduk seorang pemuda yang dikenalnya sebagai pemuda berpakaian serba putih yang tadi membantunya menghadapi pengeroyokan para perajurit. Ia mengerutkan alisnya akan tetapi terus melangkah menghampiri. Pemuda itu adalah Kwan Lok. Melihat Lee cin, dia cepat berdiri dan memberi hormat. "selamat slang, Nona. Maafkan kalau aku mengganggumu." Pemuda yang bicara lembut dan bersikap hormat, pikir Lee Cin dan ia pun membalas penghormatan orang. DewiKZ 203 "siapakah engkau dan ada keperluan apa ingin bertemu dan bicara denganku." suara Lee Cin datar saja dan pemuda itu lalu menoleh ke kanan kiri. Kebetulan pada siang hari itu di ruangan itu tidak terdapat orang lain, juga pintu-pintu kamar yang berderet itu semua tertutup, Tiraikasih Website "Aku ingin menyampaikan berita penting sekali, Nona. Namaku ouw Kwan Lok dan aku tidak berniat buruk terhadap Nona. sebaliknya aku malah hendak menyampaikan suatu bahaya yang besar bagi keselamatanmu." Lee Cin tidak mengenal nama itu dan sepanjang ingatannya, belum pernah ia bertemu dengan pemuda yang bernama ouw Kwan Lok itu, kecuali tadi dalam taman umum. "Bahaya apakah itu?" Lee Cin bertanya, suaranya tenang saja sehingga diam-diam Kwan Lok menjadi semakin kagum. sungguh seorang gadis yang amat cantik jelita dan juga amat gagah perkasa, pikirnya. "Aku melihat dijalan raya banyak terdapat perajurit, Nona, juga gerombolan orang berandalan yang sengaja mencarimu. Tentu ada hubungannya dengan perkelahian di taman umum tadi. Agaknya mereka masih penasaran- Ketahuilah bahwa seorang di antara tiga orang pemuda, itu adalah putera Kepala Daerah." "Hemm, kalau mereka mencari karena urusan perkelahian tadi, mereka tentu juga akan mencarimu karena engkau mencampurinya pula dan merobohkan beberapa orang perajurit." "Kalau aku sudah siap untuk itu, Nona." "Hemm, apa kau kira yang siap itu hanya engkau? Aku pun sudah siap menghadapi mereka dan aku tidak takut. Pula, aku tidak minta bantuanmu, karena itu, sobat tinggalkan aku sendiri" DewiKZ 204 Pemuda itu tersenyum. Koangkuhan yang menunjukkan kegagahan, pikirnya. "Aku mengerti bahwa engkau mampu melindungi diri sendiri, Nona. Akan tetapi maksudku, aku Tiraikasih Website siap bukan untuk melawan mereka. Kita tidak mungkin melawan pasukan pemerintah Nona. Yang kumaksudkan dengan slap adalah ini." Kwan Lok mengambil sesuatu dari sakunya dan begitu tangannya menempel di mukanya, ketika tangannya turun Lee Cin melihat pemuda itu sudah berubah wajahnya. Kini dia memakai kumis yang tebal dan janggot yang panjang. Tentu saja wajahnya menjadi berubah sama sekali. Ia sendiri tentu tidak akan mengenalnya kalau bertemu dijalan. Hampir saja Lee cin tertawa melihat wajah yang berubah itu. Lucu nampaknya. "Apa kau maksudkan bahwa aku harus pula menyamar?" "Begitulah, Nona. Demi menjaga keselamatan dan menjauhkan pertempuran melawan pasukan, sebaiknya kalau Nona menyamar sebagai pria. Dengan begitu kita akan mudah saja keluar dari kota ini tanpa dicurigai dan diketahui." Sebuah gagasan yang bagus, pikir Lee Gin. "Akan tetapi.." "Nona maksudkan pakaian?jangan khawatir aku sudah mempersiapkan untukmu." Kwan Lok menyerahkan sebuah bungkusan- "sekarang berdandanlah dan aku menanti Nona di luar restoran di depan itu." DewiKZ 205 Lee Cin menerima bungkusan itu karena pada saat itu ia tidak melihat jalan yang lebih baik daripada apa yang diusulkan pemuda bernama ouw Kwan Lok itu. Ia membawa bungkusan masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudian dia sudah berdandan sebagai seorang pemuda yang tampan sekali. Lee Cin tersenyum sendiri melihat bayangannya di cermin dan setelah membawa buntalan pakaiannya, memasang pedang Ang-coa-kiam sebagai Tiraikasih Website sabuknya, menyelipkan suling dipinggang, dia lalu melangkah keluar dengan langkah gaya seorang pemuda Di luar sudah menunggu Kwan Lok yang memakai kumis dan jenggot. Tanpa bicara Kwan Lok lalu berjalan berdampingan dengan Lee Cin. sikap kedua orang ini biasa dan wajar saja sehingga tidak menarik perhatian orang. siapa yang akan memperhatikan seorang setengah tua dan seorang pemuda berpakaian aneka warna kalau yang dicari itu seorang gadis dan seorang pemuda berpakaian serba putih? Lee Cin melihat betapa jalan-jalan raya penuh dengan perajurit kerajaan dan diam- diam ia bersukur dan memuji akal Kwan Lok untuk dapat keluar dari kota itu tanpa gangguan. Kalau ia harus melawan pasukan sebanyak itu, sungguh repot sekali. Mereka berlenggang keluar dari kota Bi-ciu dan setelah mereka meninggalkan kota itu sejauh belasan mil, barulah hati mereka merasa lega. Kwan Lok menanggalkan jenggot dan kumis palsunya, akan tetapi Lee Cin tetap memakai pakaian pria itu. Untuk berganti pakaian ia harus mencari tempat yang sunyi dan tidak tampak oleh siapapun juga . "Nah, sekarang kita telah selamat dari pencarian pasukan- Karena itu kita berpisah di sini, saudara Kwan Lok, dan kita mengambil jalan masing-masing. Terima kasih atas bantuanmu sehingga aku dapat menghindari perkelahian dengan pasukan." Kwan Lok memandang dengan mata terkejut. sama sekali tidak disangkanya bahwa dia harus berpisah sedemikian cepatnya dari gadis yang dikaguminya ini. "Kenapa.. kita harus berpisah?" tanyanya gagap. DewiKZ 206 Lee Cin memandang tajam. "Kenapa tidak? Kita mempunyai urusan masing-masing dan harus berpisah" Tiraikasih Website "Eh, maksudku, mengapa kita berpisah begitu saja, tanpa aku mengetahui namamu, Nona? Bukankah dengan pengalaman ini kita telah menjadi sahabat dan aku sudah memperkenalkan namaku?" Lee Cin tersenyum. Memang keterlaluan kalau ia tidak memperkenalkan diri Bagaimanapun juga , pemuda ini sudah membantunya ketika dikeroyok pasukan dan memberi isyarat yang baik sekali sehingga ia dapat keluar dari Bi-ciu tanpa perkelahian- "Baiklah kalau engkau ingin mengetahui. Namaku adalah souw Lee Cin dan aku datang dari Hong-san-" Mendengar nama ini, Kwan Lok menelan kembali rasa kagetnya sehingga di wajahnya tidak nampak sesuatu. Tentu saja dia terkejut bukan main mendengar nama itu, karena nama itulah yang disebut suhunya sebagai seorang di antara musuh-musuh gurunya yang harus dibunuhnya semua musuh gurunya ada tiga orang yang harus dicari dan dibunuhnya, yaitu souw Lee Cin- song Thian Lee dan Tang cin Lan- sungguh tidak disangkanya sama sekali bahwa gadis cantik yang menarik hatinya ini adalah seorang di antara mereka bertiga. Akan tetapi, dengan cepat dia dapat menekan perasaannya yang tegang dan dengan suara biasa dia bertanya. "Dari Hong-san dan she souw? Aku jadi teringat akan souw Tek Bun, bengcu yang tinggal di Hong-san. Apakah ada hubungan antara engkau dengan bengcu itu?" "Dia adalah ayahku," kata Lee Cin- DewiKZ 207 "Ah, pantas saja engkau memiliki ilmu silat yang tinggi, Adik Lee Cin, kiranya engkau adalah puteri Bengcu souw Tek Bun yang terkenal dengan julukan sin-kiam Hok-mo Pedang sakti Penaluk lblis Aku telah bersikap kurang hormat." Pemuda itu lalu memberi hormat kepada Lee Cin Tiraikasih Website yang dibalas dengan sepantasnya. "Kalau aku boleh bertanya, Cin-moi, engkau hendak ke manakah dan ada urusan apakah? siapa tahu, aku dapat membantumu." Kwan Lok bersikap akrab sekali sehingga Lee Cin merasa tidak enak kalau sikapnya terlalu dingin terhadap pemuda itu. juga ia teringat bahwa pemuda ini agaknya mempunyai banyak pengalaman. Siapa tahu dia dapat memberi keterangan tentang si Kedok Hitam yang dicarinya. "Aku sedang merantau untuk memperluas pengalaman, ouw-twako Akan tetapi aku ingin sekali tahu tentang keluarga Cia di Hui-cu di kaki Bukit Lo-sian. Apakah engkau tahu tentang mereka dan adakah tokoh mudanya yang menonjol di antara mereka? juga aku ingin tahu tentang ilmu silat mereka yang kabarnya amat tinggi." "Keluarga cia di Hui-cu? Aku hanya mendengar bahwa keluarga itu amat terkenal di daerahnya dan mereka memiliki ilmu silat yang tangguh. Kalau tidak salah, mereka menguasai ilmu pukulan semacam Hek-tok ciang tangan Racun Hitam, akan tetapi aku sendiri tidak pernah bertemu dengan mereka. Ada urusan apakah engkau menyelidiki keadaan mereka, cin-moi?" "Ah, tidak ada apa-apa, hanya ingin tahu karena mendengar nama besar mereka," kata Lee cin- "Nah, sekarang kita harus berpisah, ouw-twako, aku hendak melanjutkan perjalananku merantau." "Akan tetapi, bagaimana kalau kita merantau bersama, Cin-moi? Aku juga sedang merantau." DewiKZ 208 Lee Cin mengerutkan alisnya dan menatap wajah pemuda itu dengan sinar mata tajam menyelidik. "Tidak bisa, Twako. Tidak pantas bagi seorang gadis melakukan perjalanan bersama seorang pemuda. selamat berpisah" Tiraikasih Website Ia memberi hormat lalu membalikkan tubuh dan melompat jauh dan melarikan diri secepatnya. Kwan Lok mengikuti bayangan gadis itu dan dia pun cepat berlari mengejar. Lee Cin berjalan biasa setelah ia berlari cepat beberapa mil jauhnya. Ia lari hanya untuk cepat meninggalkan Kwan Lok. Biarpun ia melihat bahwa Kwan Lok serang pemuda yang baik dan sopan, akan tetapi hal itu masih belum membuat ia percaya untuk melakukan perjalanan berdua saja dengan pemuda itu. Ia telah berganti pakaian biasa, pakaian wanita dan meninggalkan pakaian pria pemberian Kwan Lok itu di dalam hutan- Sore hari itu hawanya panas sekali. Ketika tiba di sebuah tikungan di luar hutan yang ditinggalkannya, Lee Cin melihat sebuah warung minuman yang didirikan di tepi jalan. Ada tulisan "Teh Harum" yang besar di depan kedai minuman itu. Ia tertarik dan melihat bahwa kedai itu sepi tidak ada pengunjungnya. Dua orang yang menjaga kedai itu menganggur. Karena merasa haus, Lee Cin lalu menghampiri kedai itu. seorang di ahtara penunggu kedai itu lalu bangkit menyambutnya. "Nona hendak menghilangkan haus? silakan, Nona, teh kami amat harum dan lezat, tentu akan dapat menghilangkan haus di sore yang panas ini." DewiKZ 209 Lee Cin memandang kepada mereka dan diam- diam hatinya menaruh kecurigaan. Kedai itu hanya terdiri dari tenda yang dipasang di situ dan agaknya belum lama dipasang. Dan dua orang itu kelihatan kokoh kuat berusia kurang lebih empat puluh tahun, tidak pantas menjadi penjual minuman, pantasnya menjadi pekerja kasar yang menggunakan tenaga. Apa lagi orang ke dua yang berkumis itu memiliki pandang mata yang mencurigakan, seperti Tiraikasih Website pandang mata seorang yang bermaksud jahat. Akan tetapi Lee Cin tidak peduli. Ia memang sedang haus dan ia tidak membawa bekal minuman- "Sediakan sepoci air teh yang harum dan hangat," kata Lee Cin. Kalau sedang kepanasan seperti itu, minum air teh hangat akan dapat menghilangkan haus. Biarpun ada kecurigaan dalam hatinya, namun Lee Cin tidak memperlihatkannya dan duduk di atas bangku menghadapi meja dengan tenang. ia tidak dapat melihat kedua orang itu, akan tetapi pendengarannya yang tajam dapat menangkap keduanya berbisik-bisik. Tahulah ia bahwa ia harus waspada. Kalau dua orang bicara berbisik-bisik seperti itu tentu mengandung niat yang kurang baik, "Ini tehnya, Nona. silakan minum." Lee Cin mengangkat muka dan melihat pelayan yang tadi datang membawa sepoci teh yang masih mengepul panas berikut sebuah cawan kecil yang biasa dipakai untuk minum teh. DewiKZ 210 Dengan sikap biasa Lee Cin menuangkan air teh dari poci ke dalam cawan- Air teh hijau kekuningan itu tampak jernih dan tercium bau harum sekali. Harus diakui bahwa teh itu memang bermutu baik. setelah meniup-niup air teh dalam cawan sehingga menjadi berkurang panasnya, mulailah Lee Cin minum air teh itu sedikit-sedikit. Rasanya memang lezat sekali dan kehangatan air teh membuat dada dan perutnya terasa hangat pula. Ia mengangguk-angguk. memuji dalam hatinya. seperti lenyap rasa lelahnya, juga baru habis secawan saja, lehernya tidak merasa haus lagi. Ia menuangkan lagi secawan, diminumnya habis, menuangkan lagi. setelah habis tiga cawan, Lee Cin tampak memejamkan kedua matanya, memijit-mijit kening dan pelipisnya, kemudian tiba-tiba lehernya terkulai dan ia Tiraikasih Website merebahkan kepalanya di atas meja di depannya, seperti orang tertidur atau pingsan- Melihat ini, dua orang pelayan itu berloncatan menghampiri "Ia sudah terbius, sudah pingsan- Ha-ha-ha, tidak kusangka semudah itu" kata pelayan yang menghidangkan air teh tadi. "Ini membuktikan bahwa obat bius pemberian Kongcu itu benar-benar manjur. Aduh cantiknya" Dengan gerakan, kurang ajar pelayan yang berkumis itu menyentuh dagu Lee Cin dengan telunjuk jarinya. "Hush, apa engkau sudah bosan hidup?" tegur orang pertama. "Kita harus membawa Nona ini kepada Kongcu, tanpa cacat dan jangan engkau berani menyentuhnya. Cepat, kau gulung tenda dan singkirkan meja dan bangku, aku akan membawa Nona ini sekarang juga kepada Kongcu" setelah berkata demikian orang pertama ini lalu memanggul tubuh Lee cin di pundaknya sambil membawa buntalan pakaian Lee Cin yang tadi diletakkan di atas meja oleh pemiliknya. Dan ternyata orang itu kuat sekali. Dia memanggul tubuh Lee Cin lalu berlari cepat menuju ke bukit kecil yang berada takjauh dari situ. Di atas bukit itu terdapat sebuah pondok kecil dan orang itu mengetuk daun pintu yang tertutup, "Kongcu, saya sudah berhasil membawa Nona ini ke sini seperti yang Kongcu perintahkan-" "Bawa masuk saja dan rebahkan di kamar," terdengar jawaban suara laki-laki yang lembut. DewiKZ 211 Orang yang tadi berpura-pura menjadi pelayan itu lalu mendorong daun pintu terbuka, dan membawa Lee Cin memasuki pondok. Pondok kecil itu hanya mempunyai Tiraikasih Website sebuah kamar. Dibukanya pintu kamar dan dia lalu merebahkan tubuh Lee Cin di etas sebuah dipan bambu, kemudian meletakkan buntalan pakaian di atas meja kecil lalu dia keluar lagi. Lee Cin masih dalam keadaan tidur atau pingsan, menggeletak telentang di atas dipan. suara yang lembut tadi berkata lagi, "Sekarang keluarlah dan kalian berdua berjaga di luar pondok. Cepat beritahu kalau ada orang datang mendaki bukit dan menuju ke sini." "Baik, Kongcu," jawab orang tadi. Daun pintu kamar itu terbuka dan masuklah seorang pemuda berpakaian serba putih ke dalam kamar itu. Melihat tubuh Lee cin menggeletak telentang di atas dipan, dia tertawa, "Ha- ha- ha, sayang sekali engkau yang cantik ini bernama souw Lee Cin yang harus kubunuh demi membalas kan sakit hati suhu Thian-te Mo-ong dan mendiang suhu Pak-thian-ong. Akan tetapi sebelum engkau kubunuh, aku ingin lebih dulu bersenang-senang denganmu. Amat sayang kalau dibunuh begitu saja Ha-ha-ha" Pemuda itu adalah ouw Kwan Lok. setelah tertawa-tawa dia minum arak dari guci kecil yang dibawanya memasuki kamar itu, lalu duduk dengan wajah gembira sekali. Dia memandang lagi kepada Lee Cin yang masih rebah telentang di atas pembaringan kayu itu. DewiKZ 212 "suhu Thian-te Mo-ong, sayang sekali suhu berada begitu jauh dari sini. Kalau tidak, tentu souw Lee Cin ini akan kuserahkan kepada suhu agar suhu dapat puas memberi hukuman sendiri. Biarlah sekarang aku mewakili suhu untuk bersenang-senang kemudian membunuhnya." setelah berkata demikian Kwan Lok menaruh guci di atas meja dan Tiraikasih Website membuka baju luarnya. kemudian ia menghampiri Lee Cin sambil tertawa-tawa senang. "Wuuutt.." Tiba-tiba kaki Lee Cin mencuat dalam sebuah tendangan yang amat kuat menyambar ke arah dada Kwan Liok. Tentu saja pemuda ini terkejut bukan main, akan tetapi dia masih dapat melompat ke belakang menghindarkan diri dari serangan mendadak itu. Lee Cin lalu melompat turun dari pembaringan, berdiri tegak sambil memandang pemuda itu dengan sepasang mata bersinar-sinar penuh kemarahan- Biarpun Kwan Lok merasa terkejut dan heran sekali, namun dia masih tersenyum-senyum penuh kepercayaan diri, hatinya bertanya-tanya bagaimana Lee Cin dapat sadar sedemikian cepatnya. Tentu saja Lee Cin dapat sadar dengan cepat karena ia tidak pernah pingsan atau tertidur Lee Cin adalah murid tersayang dan juga puteri Ang-tok Mo-li, seorang datuk wanita ahli racun, maka tubuhnya sudah kebal terhadap racun. Apalagi kalau hanya racun pembius, biarpun minum berapa banyakpun ia tidak akan terpengaruh. -oo0dw0oo- Jilid 07 DewiKZ 213 KALAU ia tadi tampak pingsan tak berdaya dipanggul oleh penjaga kedai minuman, hal itu adalah karena ia sengaja berpura-pura pingsan karena ia ingin tahu apa yang akan dilakukan dua orang itu atas dirinya, dan ingin pula tahu siapa yang berdiri di balik siasat untuk memancingnya itu. Dapat dibayangkan betapa heran dan juga marahnya ketika ia melihat bahwa yang mengatur semua itu adalah Ouw Kwan Lok! Akan tetapi keheranannya lenyap setelah Tiraikasih Website Kwan Lok bicara sendiri mengaku bahwa dia membalaskan sakit hati Thian-te Mo-ong dan Pak-thian-ong. Kedua orang datuk sesat itu memang pernah bermusuhan dengannya bahkan ia yang menggagalkan pemberontakan mereka sehingga Pak-thian-ong membunuh diri dan Thian-te Mo-ong ditangkap pasukan kerajaan. Kiranya sekarang ada murid mereka yang hendak membalaskan dendam itu. "Ouw Kwan Lok jahanam busuk!" Lee Cin mendamprat sambil menudingkan telunjuk kirinya ke muka orang. "Engkau boleh saja membalas dendam, akan tetapi caramu licik dan curang sekali. Engkau ternyata hanyalah seorang pengecut kecil!" Lee Cin cepat melompat ke atas, gerakannya seringan burung walet ketika ia melompat tinggi ke atas itu dan selagi tubuhnya masih di atas Lee Cin sudah mengeluarkan pedangnya yang tadinya dipakai sebagai sabuk yang melilit pinggangnya yang ramping. Ketika tubuhnya melayang turun, Kwan Lok sudah menyambutnya dengan serangan sepasang pedangnya. Lee Cin memutar Ang-coa-kiam yang bersinar merah. "Trang…..! Trangg.....!" Sepasang pedang di tangan Kwan Lok terpental ketika bertemu dengan Ang-coa-kiam yang digerakkan dengan kandungan tenaga yang amat kuat itu. Kini mereka berhadapan. Kwan Lok dengan sepasang pedang di kedua tangannya sedangkan Lee Cin memegang Ang-coa-kiam di tangan kanan dan suling di tangan kiri. Karena kamar itu sempit, Kwan Lok melompat keluar kamar. DewiKZ 214 "Hendak lari ke mana engkau, jahanam!" Lee Cin mengejar keluar dan ternyata Kwan Lok sudah lari keluar dari pondok itu. Tiraikasih Website "Jangan lari!" Lee Cin membentak dan mengejar keluar pondok. Ternyata Kwan Lok tidak lari, melainkan menanti di depan pondok sambil tersenyum mengejek. Dua orang yang tadi menyamar sebagai penjaga kedai sudah berada di sebelahnya, masing-masing memegang sebatang golok besar. Mereka itu sebenarnya adalah dua orang perampok yang merampok Kwan Lok akan tetapi dapat ditundukkan oleh pemuda itu dan dijadikan anak buahnya untuk memancing dan menangkap Lee Cin. DewiKZ 215 "Ha-ha-ha, Souw Lee Cin, sekaranglah tiba saatnya engkau menebus dosamu terhadap kedua orang guruku!" Kwan Lok berkata sambil memberi isyarat kepada dua orang pembantunya untuk bergerak. Dua orang pembantunya itu adalah perampok-perampok jahat dan kejam yang sudah biasa mempergunakan kekerasan untuk memaksakan kehendaknya. Mereka belum mengenal Lee Cin maka memandang rendah gadis ini, apalagi karena mereka masih beranggapan bahwa gadis itu pernah pingsan oleh obat bius, sama sekali tidak mengetahui bahwa Lee Cin hanya berpura-pura pingsan. Kini dengan golok mereka, kedua orang itu menyerbu Lee Gin dengan galak dan ganas. Sebetulnya mereka hanya mengandalkan tenaga dan keberanian saja. Dalam ilmu silat, mereka sama sekali bukan tandingan Lee Cin. Maka begitu mereka menyerbu, Lee Cin menggerakkan pedangnya beberapa kali untuk menangkis dan balas menyerang dan di lain saat, hanya dua gebrakan saja, mereka berteriak kesakitan, golok mereka terlepas dari tangan mereka dan mereka terpelanting dengan menderita luka tusukan pedang di pundak mereka! Luka yang cukup parah, membuat mereka tidak berani dan tidak dapat melanjutkan perkelahian dan memandang Lee Cin dengan mata terbelalak, lalu mereka mengambil langkah seribu melarikan diri. Tiraikasih Website Melihat ini, Kwan Lok marah sekali. Dua kali tangan kirinya bergerak, dua batang pisau gagang hitam meluncur dan dua orang perampok itu mengaduh lalu roboh dan tewas karena pisau itu menancap di punggung menembus jantung mereka! Lee Cin menjadi semakin marah menyaksikan kekejaman ini, ia lalu menerjang dengan pedangnya, menyerang dengan gerakan cepat dan kuat sekali. Kwan Lok memang tidak berani memandang ringan kepada gadis ini. Kalau kedua orang gurunya pernah kalah menghadapi gadis ini, maka tentu gadis ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Akan tetapi dia merasa yakin akan dapat membunuh Lee Cin, karena dalam hal kepandaian, tingkatnya kini sudah melampaui tingkat kepandaian Pak-thian-ong atau Thian-te Mo-ong, atau setidaknya seimbang. Dengan cepat dia pun menyambut serangan Lee Cin dan membalas serangan itu dengan gerakan sepasang pedangnya yang cepat. Terjadilah pertandingan yang amat hebat antara Lee Cin dan Ouw Kwan Lok. Kedua orang muda ini memang memiliki ilmu kepandaian yang setingkat. Namun, setelah pertandingan berlangsung selama lima puluh jurus lebih, tiba-tiba Lee Cin mengubah gerakan silatnya. Kalau tangan kanan yang memegang pedang masih memainkan Ang-coa-kiamsut, maka tangan kirinya yang memegang suling kini membantu dengan serangan totokan yang dilakukan dengan ilmu totok It-yang-ci yang amat lihai dari Siauw-lim-pai! Kwan Lok menjadi terkejut sekali. Hampir saja pundaknya terkena totokan yang amat lihai itu! Terpaksa ia menjatuhkan diri ke belakang lalu berjungkir balik tiga kali untuk menghindarkan diri dari pengejaran Lee Cin. DewiKZ 216 Gadis itu menjadi semakin ganas. Setelah melihat betapa lawannya jerih menghadapi totokan nya, ia malah semakin Tiraikasih Website gencar menyerang dengan totokan suling di tangan kirinya. Sebetulnya tingkat kepandaian Kwan Lok telah setingkat dengan ilmu kepandaian Lee Cin, akan tetapi ketika dia harus menghadapi ilmu totok It-yang-ci, dia menjadi terdesak. Lee Cin lalu menyelipkan sulingnya di ikat pinggangnya dan kini melanjutkan It-yang-ci menggunakan jari tangannya. Tentu saja serangannya menjadi semakin berbahaya karena ilmu totok itu memang harus menggunakan jari tangan. Dari jari tangannya meluncur hawa totokan yang amat kuat dan Kwan Lok terpaksa mengelak ke sana sini. Akhirnya dia maklum bahwa keadaannya amat berbahaya kalau dia melanjutkan perlawanannya terhadap gadis yang lihai itu. Maka ketika mendapat kesempatan setelah dia menyambitkan sisa pisau-pisau terbangnya ke arah Lee Cin dan gadis ini terpaksa berloncat ke belakang sambil memutar pedangnya, dia lalu melompat ke belakang dan melarikan diri. DewiKZ 217 "Jahanam pengecut!" teriak Lee Cin akan tetapi ia tidak mau mengejar. Ia tahu bahwa lawannya itu seorang yang selain tinggi ilmunya, juga amat curang dan licik. Ia menyimpan kembali pedangnya dan segera meninggalkan tempat itu, mengingat-ingat bahwa kini ia mempunyai seorang musuh yang berbahaya, yang bernama Ouw Kwan Lok dan murid mendiang Pak-thian-ong dan Thian-te Mo-ong. Ia lalu melanjutkan perjalanannya menuju ke Bukit Ular di lembah Huang-ho, tempat tinggal ibunya karena tempat itulah yang terdekat dari situ. Niatnya untuk menyelidiki keluarga Cia di Hui-cu ditundanya karena tempat itu masih terlampau jauh dari situ. Setelah bertemu dengan ibunya dan berusaha membujuk ibunya agar suka memaafkan ayahnya dan mau hidup bersama mereka di Hong-san, baru ia akan melakukan penyelidikan terhadap keluarga Cia di Hui-cu dan mencari Si Kedok Hitam yang telah menyerang dan melukai ayahnya. Tiraikasih Website oood0wooo Di sepanjang lembah Huang-ho bagian barat terdapat banyak sekali perbukitan bagaikan naga yang panjang berbelak-belok. Di antara ratusan buah bukit itu terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan sebutan Bukit Ular Merah. Agaknya pernah ada orang melihat seekor ular merah di bukit ini, maka selanjutnya bukit itu diberi nama demikian. Entah benar atau tidak ada ular merah di tempat itu, akan tetapi yang jelas di bukit itu memang terdapat hutan-hutan yang dihuni banyak macam ular dari yang kecil beracun sampai yang sebesar paha orang yang panjangnya sampai sepuluh meter. Karena adanya banyak ular di situ, tidak ada orang berani mendaki bukit dan memasuki hutan di bukit itu. Bahkan pemburu yang paling tabah pun segan memasuki hutan di bukit itu, karena yang paling berbahaya adalah ular-ular yang berbisa dan berbahaya sekali. DewiKZ 218 Di tempat yang berbahaya ini, jauh di puncak tertutup pohon-pohon besar, berdiri sebuah pondok kayu yang mungil dan pondok itu adalah tempat tinggal seorang datuk wanita yang terkenal sekali dengan julukan Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah. Datuk wanita ini terkenal dan ditakuti orang karena selain memiliki ilmu silat tinggi, ia pun seorang ahli dalam hal racun. Bahkan ia selalu membawa seekor ular kecil bersisik merah yang disebut Ang-hwa-coa Ular Kembang Merah. Ia juga ahli dalam menjinakkan ular, seorang pawang ular yang lihai. Ia dapat memanggil semua ular dan ular-ular itu dapat diperintahnya melakukan hal-hal yang membuat ia ditakuti lawan. Ia dapat mengerahkan ular-ular untuk mengeroyok lawannya, maka ia merupakan lawan yang amat berbahaya. Tiraikasih Website Sebetulnya, ketika masih mudanya ia merupakan seorang gadis yang cantik sekali. Bahkan sekarang pun, setelah berusia empat puluh tujuh tahun ia masih cantik dan bertubuh ramping. Dan ia suka sekali memakai pakaian serba merah sehingga sesuai dengan julukannya. Ketika ia masih seorang gadis muda, banyak pria yang tergila-gila kepadanya dan banyak lamaran diajukan orang. Akan tetapi semuanya ditolak oleh gadis yang bernama Bu Siang ini karena tidak ada yang cocok dengan hati dan seleranya. Ia merantau dan malang melintang di dunia persilatan karena ilmunya yang tinggi. Sebelum ia dikenal dengan julukan Ang-tok Mo-li ia sudah merupakan seorang gadis yang berwatak keras dan tidak mengenal ampun kepada musuh-musuhnya. Ketika ia berusia dua puluh tujuh tahun, bertemulah ia dengan seorang pendekar yang bukan lain adalah Souw Tek Bun yang pada waktu itu berusia sepantar dengan Bu Siang. Mereka bertemu dan saling jatuh cinta. Demikian akrab dan intimnya hubungan di antara mereka sehingga Bu Siang sudah menyerahkan diri dan kehormatannya karena percaya bahwa Souw Tek Bun pasti tidak akan menyia-nyiakannya dan akan menjadi suaminya. DewiKZ 219 Pada waktu itu, dalam usia dua puluh tujuh tahun, Bu Siang mulai terkenal karena keganasan dan kelihaiannya, maka orang sudah mulai menjuluki ia Ang-tok Mo-li. Dan ketika Souw Tek Bun mendengar akan julukan dan sepak terjang kekasihnya, hatinya merasa terpukul sekali. Souw Tek Bun sendiri dikenal sebagai seorang pendekar yang gagah perkasa, membela kebenaran dan keadilan. Ketika mendengar bahwa kekasihnya itu termasuk seorang tokoh sesat, dia lalu menjauhkan diri. Betapapun besarnya rasa cintanya terhadap Bu Siang, akan tetapi hatinya tidak Tiraikasih Website mengijinkan dia melanjutkan hubungan mesranya dengan seorang tokoh sesat. Bu Siang merasa betapa kekasihnya itu menjauhkan diri, maka ia mendesak agar Souw Tek Bun segera mengawininya. Akan tetapi Souw Tek Bun dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak mungkin mempunyai seorang isteri tokoh sesat. Mendengar ini, Bu Siang menjadi marah sekali. Segala bujuk rayu dan ancaman tidak mengubah pendirian Souw Tek Bun. Bu Siang lalu menyerangnya dan terjadilah perkelahian antara mereka yang berakhir dengan kekalahan Bu Siang karena ilmu silat dan ilmu pedang keluarga Souw amat tangguh. Bu Siang pergi meninggalkan Souw Tek Bun dengan hati sakit dan ia mendendam. Demikian marah dan bencinya kepada Souw Tek Bun sehingga ia merahasiakan kepada pendekar itu bahwa sesungguhnya ia telah mengandung dua bulan! Ia mempunyai rencana sendiri mengenai anak yang akan dilahirkannya. la ingin menggembleng anak itu sehingga mewarisi semua ilmunya, kemudian ia akan menyuruh anak itu membalas dendam dan membunuh Souw Tek Bun! Ia akan mengadu antara ayah kandung dan anaknya sendiri sehingga salah satu dari mereka akan mati. Si Ayah akan mati di tangan anak kandungnya sendiri, atau Si Anak yang akan mati di tangan ayah kandungnya sendiri. Demikian sakit hatinya sehingga ia akan membuat Souw Tek Bun sengsara karena dibunuh atau membunuh anak kandungnya sendiri! DewiKZ 220 Rasa sakit hatinya bertambah ketika sutenya mencoba membantunya membujuk Souw Tek Bun, namun pendekar ini tetap menolak sehingga mereka bertanding dan sutenya terluka oleh Souw Tek Bun. Dendam ini berkelanjutan sampai puteri yang dilahirkannya menjadi dewasa. Puterinya itu adalah Lee Cin yang ia beri nama marga Bu Tiraikasih Website dan setelah puterinya menjadi dewasa dan lihai, ia pun menyuruh Lee Cin pergi membunuh Souw Tek Bun yang dikatakannya musuh besarnya. Lee Cin berangkat dan bertemu dengan Souw Tek Bun, akan tetapi Souw Tek Bun menyadarkannya karena dia dapat menduga bahwa Lee Cin adalah anak kandungnya. Selagi ia meragu, muncul Ang-tok Mo-li yang mendesak anaknya untuk membunuh Souw Tek Bun. Akan tetapi Lee Cin tidak mau bahkan membela ayahnya. Ang-tok Mo-ii terpaksa pergi dengan hati hancur. Anak yang sejak kecil digembleng untuk membunuh Souw Tek Bun ternyata malah memihak ayahnya! Demikianlah peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu baca Kisah Gelang Kemala dan kini Lee Cin hendak mencari ibunya untuk dibujuk agar ibunya suka memaafkan ayahnya dan mereka bertiga dapat bersatu kembali menjadi sebuah keluarga yang bahagia. Ang-tok Mo-li tinggal di puncak Bukit Ular itu bersama lima orang wanita pembantunya. Lima orang wanita ini pun telah dilatih ilmu silat sehingga nnereka menjadi orang-orang lihai dan selain menjadi pelayan, mereka pun dapat diandalkan untuk menjaga pondok di puncak itu. Usia mereka antara tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Datuk wanita ini sanna sekali tidak tahu bahwa puterinya sedang mencarinya. Ia sendiri sedang menghadapi persoalan yang terjadi di puncak sehari yang lalu, selagi ia tidak berada di rumah. DewiKZ 221 Apakah yang terjadi kemarin? Ketika itu, Ang-tok Mo-li sedang turun dari puncak untuk pergi ke kota yang paling dekat dan nnembeli segala keperluan sehari-hari seperti bumbu masak, kain untuk pakaian, dan lain-lain. Baru saja ia pergi belum ada dua jam, seorang kakek mendaki puncak itu dari jurusan lain. Tiraikasih Website Setibanya di depan pondok, lima orang anak buah Ang-tok Mo-li segera menyambut kakek yang asing bagi mereka itu. Seorang kakek yang sudah tua sekali, tidak kurang dari tujuh puluh tahun usianya, tubuhnya sudah bongkok dan rambut, kumis serta jenggotnya sudah putih. Kakek itu membawa sebatang tongkat dari bambu kuning. Biarpun sudah tua, namun dengan cepat dia dapat mendaki puncak Bukit Ular, menunjukkan bahwa dia bukan seorang kakek biasa, melainkan seorang yang berilmu tinggi. Lima orang anak buah Ang-tok Mo-li itu menyambut kakek itu dan seorang di antara mereka yang menjadi pemimpin bertanya, "Siapakah Paman dan ada urusan apakah datang ke tempat kami ini?" Kakek itu menyeringai, memperlihatkan mulut yang sudah tidak bergigi lagi. "Heh-heh-heh, kalian tidak mengenal aku? Sungguh aneh kalau ada orang tidak mengenalku, menunjukkan bahwa mereka itu bodoh dan tolol. Aku adalah Jeng-ciang-kwi Setan Seribu Tongan dari Guha Tengkorak di Lembah Iblis Kwi-san!" Dia berhenti untuk melihat reaksi wajah mereka. Akan tetapi lima orang wanita yang memang jarang bahkan ham- pir tidak pernah turun dari puncak kecuali untuk rnembeli keperluan mereka di dusun-dusun berdekatan, tidak mengenal nama itu. "Apa keperluanrnu mendatangi tempat ini?" Pemimpin mereka bertanya, sikapnya menjadi tidak sabar. "Ho-ho-ho, di mana Ang-tok Mo-li? Suruh ia keluar menemui aku!" DewiKZ 222 Lima orang itu mengerutkan alisnya, merasa tidak senang. "Mau apa engkau mencari Toanio Nyonya Besar?" tanya mereka. Tiraikasih Website "Mau apa? Mau apa aku mencari iblis betina Ang-tok Mo-li itu? Tentu saja membunuhnya! Aku mau membunuhnya!" "Keparat! Serbu!" bentak pemimpin kelompok lima orang itu. Mereka marah sekali mendengar betapa kedatangan kakek ini untuk membunuh majikan mereka. Mereka berlima mencabut pedang masing-masing dan segera mengepung dan menyerang Jeng-ciang-kwi. Jeng-ciang-kwi adalah seorang datuk sesat yang lihai sekali. Ilmu kepandaiannya tinggi dan wataknya aneh, kadang lembut dan kadang juga kasar dan kejam sekali. Kurang lebih delapan tahun yang lalu dia bentrok dengan seorang tokoh sesat lain berjuluk Hek-kak-liong Naga Tanduk Hitam karena mereka saling memperebutkan daerah kekuasaan. Dalam pertandingan ini, Hek-kak-liong tewas di tangan Jeng-ciang-kwi. Hek-kak-liong adalah sute dari Ang-tok Mo-li. Maka, pada tujuh tahun yang lalu, Ang-tok Mo-li mendatangi Jeng-ciang-kwi dan hendak membalaskan kematian sutenya baca Kisah Gelang Kemala. Dalam perkelahian yang hebat dan mati-matian ini Jeng-ciang-kwi berhasil menotok pundak Ang-tok Mo-li sehingga muntah darah dan terluka dalam. Akan tetapi sebaliknya, Ang-hwa-coa Ular Kembang Merah telah menggigit lengannya sehingga Jeng-ciang-kwi keracunan hebat. Hampir saja kakek ini tewas akibat gigitan ular kembang merah itu. Karena peristiwa itulah maka hari ini dia datang mencari Ang-tok Mo-li untuk membalas dendam. DewiKZ 223 Pengeroyokan lima orang pembantu Ang-tok Mo-li yang menggunakan pedang itu tidak ada artinya bagi kakek yang lihai ini. Tubuhnya seolah terlindung sinar kuning dari tongkat bambunya dan lima batang pedang lawan semua terpental begitu bertemu dengan sinar kuning itu. Tiraikasih Website Kemudian, dengan gerakan cepat sekali, lima orang itu terkena totokan dengan bambu kuning dan mereka berpelantingan roboh dan pingsan! Setelah merobohkan lima orang itu, Jeng-ciang-kwi lalu menggeledah, memasuki rumah karena ia tidak dapat menemukan Ang-tok Mo-li. Setelah mengamuk di rumah kosong itu, dia lalu keluar dan pergi dengan hati mendongkol karena tidak dapat membalas dendam kepada Ang-tok Mo-li. Pada siang harinya, barulah Ang-tok Mo-li pulang dari kota. Ia merasa heran melihat keadaan di sekitar pondok sunyi sekali, tidak tampak seorang pun di antara lima orang pembantunya. Ia menurunkan semua barang belanjaannya dari kota dan berlari memasuki pondok. Begitu melangkah ambang pintu, ia terbelalak. Keadaan dalam rumah porak-poranda dan lima orang pembantunya rebah di dalam pondok itu dan merintih-rintih karena terluka dalam oleh totokan tongkat bambu kuning Jeng-ciang-kwi! "Apa….. apa yang terjadi?" tanya Ang-tok Mo-li setelah ia membebaskan totokan dan menotok beberapa bagian tubuh lima orang pembantunya untuk melancarkan jalan darah mereka. "Jeng-ciang-kwi….. dia datang dan mencari Toanio….." kata pemimpin lima orang itu. Mereka berlima tadi dengan susah payah merangkak masuk ke dalam pondok dan rebah di lantai sambil menanti pulangnya majikan mereka. DewiKZ 224 "Jeng-ciang-kwi? Keparat!" Ang-tok Mo-li berseru marah sekali. Melihat keadaan lima orang pennbantunya yang gawat, ia lalu membantu mereka untuk rebah di kamar masing-masing. Ia memeriksa dengan teliti. Mereka itu tidak keracunan, akan tetapi cara totokan itu amat aneh, mengacaukan jalan darah dan memecahkan otot di pundak. Tiraikasih Website Ia sudah mencoba untuk rnengobati dengan urutan dan totokan, namun tidak berhasil. Ingin ia segera dapat pergi mencari Jeng-ciang-kwi untuk membuat perhitungan. Akan tetapi melihat keadaan lima orang pembantunya ia terpaksa menahan gelora hatinya yang marah. Lima orang pembantunya masih berada dalam keadaan gawat. Kalau ia meninggalkan mereka untuk mencari Jeng-ciang-kwi, besar bahayanya mereka akan tewas karena luka dalam mereka. Sore hari itu, setelah membereskan perabot rumahnya yang porak-poranda Ang-tok Mo-li memeriksa keadaan lima orang pembantunya. Ia sudah memberi minum mereka obat pelancar jalan darah, akan tetapi keadaan mereka masih mengkhawatirkan. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam mendengar langkah kaki di depan pondok. Mata Ang-tok Mo-li memancarkan api kemarahan. Ia mengira bahwa orang yang datang tentu Jeng-ciang-kwi! Dengan membawa ular kembang merah di tangan kiri dan sebuah kebutan di tangan kanan, ia melompat dan berlari keluar. Akan tetapi begitu tiba di luar pintu, sambil berteriak "Jeng-ciang-kwi jahanam……!" ia berhenti dan berdiri heran dan terkejut karena yang berdiri di depannya sama sekali bukan Jeng-ciang-kwi, melainkan seorang gadis cantik jelita yang bukan lain adalah Lee Gin! "Kau.....?" Ia tergagap. "Mau apa engkau datang ke sini?" DewiKZ 225 "Ibu….." kata Lee Cin dengan terharu. "Aku adalah anakmu dan sebagai seorang anak, aku datang berkunjung…..." Tiraikasih Website "Katakan dulu, apa maumu datang ke sini?" potong Ang-tok Mo-li dengan suara masih ketus dan matanya memandang marah. "Maksud kunjunganku ini pertama, karena aku merasa rindu kepadamu, Ibu. Sejak kecil, walaupun sebagai muridmu, aku tinggal di sini bersamamu. Setelah berpisah selama dua tahun lebih, aku merasa rindu sekali. Dan ke dua, mengingat bahwa engkau adalah ibu kandungku, aku ingin berbakti kepadamu, merasakan hangatnya cinta kasihmu sebagai seorang ibu, Ibu, sejak kecil aku sudah haus akan kasih sayang ibu dan engkau telah memberi kasih sayang itu walaupun sebagai seorang guru. Sekarang, setelah engkau menjadi ibu kandungku, tidakkah kasih sayangmu kepadaku sennakin mendalam? Aku ingin menengok ibuku, ingin melihat keadaannya. Ibu, selama dua tahun ini, engkau baik-baik sajakah?" Mendengar suara anaknya yang penuh haru, tergerak juga hati Ang-tok Mo-li. Tentu saja amat mencinta muridnya yang juga anaknya ini, akan tetapi untuk memperlihatkannya ia merasa malu karena anak iitu dahulu memilih ikut ayahnya daripacla ikut ibunya. "Hem, begitulah…..." jawabnya sambil lalu. Kini pikirannya kembali dipenuhi persoalannya dengan Jeng-ciang-kwi. "Ibu, aku tahu pasti terjadi sesuatu yang membuat Ibu marah. Ada apakah, Ibu? Barangkali aku dapat membantu?" "Jeng-ciang-kwi datang selagi aku keluar dan dia melukai kelima orang pembantuku," akhirnya ia berkata. DewiKZ 226 "Kelima Bibi terluka? Ah, biarkan aku menengok mereka!" kata Lee Cin dan ia segera memasuki pondok diikuti oleh Ang-tok Mo-li. Tiraikasih Website Setibanya di dalam, Lee Cin memasuki kamar-kamar para pembantu yang terluka dan menneriksa mereka satu demi satu. Lalu ia berkata kepada ibunya yang mengikutinya dan mengamati apa yang dilakukan Lee Cin. "Keadaan mereka memang gawat, Ibu. Totokan Jeng-ciang-kwi memang ampuh dan ini yang dinamakan ilmu totokan penghancur jalan darah. Akan tetapi untung bahwa aku telah menguasai It-yang-ci, jangan khawatir, Ibu, aku dapat menyernbuhkan mereka." Biarpun mukanya tidak memperlihatkan sesuatu, namun dalam hatinya Ang-tok Mo-li merasa girang dan juga bangga. Puterinya telah menguasai ilmu totok yang amat terkenal dan jarang ada yang menguasai, ilmu totok dari Siauw-lim-pai itu. Bahkan para murid Siauw-lim-pai jarang ada yang berkesempatan mempelajari ilmu langka itu! Tanpa banyak cakap lagi Lee Cin lalu menyuruh lima orang itu satu demi satu duduk bersila dan membuka baju mereka. Dara itu sendiri bersila di belakangnya dan mulailah ia melakukan totokan It-yang-ci di bagian tubuh belakang orang yang terluka itu. Kemudian juga bagian tubuh depan mereka. Dan ternyata setelah Lee Cin menotok mereka, lima orang itu sembuh! Peristiwa ini sedikit banyak mendinginkan hati Ang-tok Mo-li yang tadinya panas. Ia mengajak puterinya duduk di dalam kamarnya. "Nah, sekarang katakan apa maksudmu yang sebenarnya datang kepadaku. Apakah engkau diutus ayahmu?" DewiKZ 227 "Tidak, Ibu. Kalau Ibu sudi mendengarkan, aku ingin memberitahukan bahwa Ayah baru-baru ini kedatangan seorang yang berkedok hitam dan penjahat itu melukai Ayah dengan pukulan tapak tangan hitam. Biarpun aku sudah mengobatinya, namun dia memerlukan waktu untuk memulihkan tenaganya." Tiraikasih Website "Hem, salahnya sendiri mengapa dia kalah melawan musuhnya," kata Ang-tok Mo-li tidak pedulikan. "Semenjak engkau pergi dari Hong-san dan aku hidup bersama Ayah, setiap hari kami berdua bersedih. Aku tahu bahwa Ayah merindukan engkau, Ibu." "Hemm……!" "Aku tidak berbohong, Ibu. Bahkan Ayah sering bicara dalam tidurnya memanggil-manggil Bu Siang. Aku menjadi sedih sekali melihat keadaan Ayah, Ibu. Dia sudah benar-benar menyesal akan apa yang dia lakukan terhadapmu, Ibu. Dan aku yakin bahwa dia tetap mencinta Ibu dan mengharapkan suatu waktu akan dapat hidup bersama Ibu. Karena itu, Ibu. Aku mohon kepadamu, sudilah kiranya Ibu memaafkan semua kesalahan Ayah dan kita bertiga hidup bersama di Hong-san sebagai sebuah keluarga yang bahagia. Aku mohon, Ibu." Dan sambil terisak Lee Cin menjatuhkan dirinya berlutut dan memeluk kedua kaki ibunya. Wajah Ang-tok Mo-li yang biasanya pucat itu kini menjadi sedikit merah. Kedua matanya basah dan kedua tangannya bergerak hendak merangkul puterinya, akan tetapi gerakan itu ditahannya. "Baik, akan kupertimbangkan permintaanmu itu. Akan tetapi engkau yang selama belasan tahun belajar dariku, kuminta engkau lebih dulu membantu aku menghadapi Jeng-ciang-kwi. Aku harus membalas apa yang dilakukannya hari ini!" DewiKZ 228 "Tentu saja aku bersedia, Ibu. Aku bersedia mempertaruhkan nyawa untuk membelamu!" Gadis itu bangkit dan hendak memeluk ibunya. Akan tetapi Ang-tok Mo-li mengelak dan berkata, Tiraikasih Website "Nanti dulu! Kalau engkau sudah berhasil membantuku membunuh Jeng-ciang-kwi, baru engkau boleh mengaku menjadi anak kandungku dan akan kupertimbangkan pemberian maaf kepada ayahmu." Hati Lee Cin terasa perih. Ingin ia merangkul ibunya ini sebagai ibu kandung, melampiaskan rasa rindunya kepada ibunya. Akan tetapi ia cukup mengenal watak ibunya yang aneh dan juga amat keras hati. "Baiklah, Ibu. Akan kutaati semua kehendakmu. Kapan kita berangkat mencari Jeng-ciang-kwi?" "Sekarang juga! Akan tetapi, mereka itu……?" Ia menoleh, memandang ke arah kamar-kamar para pembantunya. "Jangan khawatir, Ibu. Mereka sudah sembuh, hanya tinggal memulihkan tenaga saja. Asal diberi obat penguat darah, sudah cukuplah." "Kalau begitu, sekarang juga kita pergi," kata Ang-tok Mo-li. "Ke mana, Ibu? Apakah Ibu sudah mengetahui di mana adanya Jeng-ciang-kwi?" "Tentu saja. Dia tinggal di pegunungan Kwi-san, di Guha Tengkorak Lembah Iblis." "Kalau begitu, mari kita berangkat Ibu!" kata Lee Cin penuh sennangat. Ia masih teringat akan kakek berjuluk Jeng-ciang-kwi itu, ketika tujuh delapan tahun yang lalu ia bersama Ang-tok Mo-li yang ketika itu masih ia anggap sebagai gurunya, mendatangi Jeng-ciang-kwi sehingga keduanya menderita luka. Ia yakin akan mampu mengalahkan musuh besar ibunya itu. DewiKZ 229 oood0wooo Tiraikasih Website Jeng-ciang-kwi sebetulnya bernama Ciu Sam Ti, akan tetapi setelah ia menjadi datuk sesat, orang kang-ouw hanya mengenal nama julukannya saja. Dia tinggal di Guha Tengkorak di Lembah Iblis yang terletak di lereng Bukit Kwisan. Selama beberapa tahun ini dia telah membentuk perkumpulan tanpa nama terdiri dari kurang lebih tiga puluh orang. Dia sendiri tinggal di sebuah guha besar yang bentuknya dilihat dari jauh seperti tengkorak, namun guha itu telah diubah di bagian dalamnya menjadi rumah kediaman yang mewah. Di kanan kiri guha itulah didirikan pondok-pondok kayu yang menjadi tempat tinggal anak buahnya. Anak buahnya itu rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup tangguh karena mereka menerima pelajaran ilmu silat dari Jeng-ciang-kwi sendiri. DewiKZ 230 Di waktu mudanya, Jeng-ciang-kwi merupakan seorang maling dan tukang copet yang amat lihai, dan karena itulah maka dia dijuluki Setan Tangan Seribu. Dan dia pun sudah berhasil mengumpulkan harta yang cukup banyak. Setelah menjadi majikan Guha Tengkorak, kekayaannya semakin bertambah. Anak buahnya bertugas mendatangi para perampok dan pencuri di daerah yang amat luas dan minta "pajak" dari mereka. Tadinya memang banyak yang menolak dan menentang, akan tetapi para penjahat itu satu demi satu ditalukkan oleh Jeng-ciangkwi dan selanjutnya mereka menganggap Jeng-ciang-kwi sebagai pelindung dan dengan senang hati memberikan sebagian dari hasil kejahatan mereka kepada Jeng-ciang-kwi. Dia sendiri melarang anak buahnya untuk melakukan kejahatan merampok atau mencuri dan hidup mereka cukup ditunjang oleh pemungutan pajak itu. Maka, Jeng-ciang-kwi lalu terkenal sebagai datuk sesat di daerah itu. Tiraikasih Website Pada suatu hari, keadaan di Guha Tengkorak meriah sekali. Di situ sedang diadakan perayaan ulang tahun Jeng-ciang-kwi yang ke tujuh puluh dua tahun. Sepuluh orang kepala perampok dan kepala pencuri dari daerah itu berdatangan untuk memberi selamat kepada Sang Datuk sambil memberi hadiah yang berharga. Mereka semua duduk menghadapi meja besar dan di kepala meja duduk Jeng-ciang-kwi yang menjamu mereka. Tiga puluh orang anak buah juga ikut berpesta-pora sambil melayani para tamu di meja besar itu. Mereka bergantian memberi selamat kepada Jeng-ciang-kwi dengan secawan arak dan suasana ramai dan gemuruh sekali, maklum bahwa yang berpesta adalah orang-orang kasar dari dunia hitam. Selagi ramai-ramainya mereka merayakan pesta itu, tiba-tiba terdengar suara wanita yang merdu dan nyaring, "Bagus sekali! Sekali ini engkau merayakan ulang tahunmu yang terakhir, Jeng-ciang-kwi!" DewiKZ 231 Semua orang terkejut dan menengok. Ternyata di situ telah berdiri dua orang wanita yang cantik. Yang pertama adalah seorang wanita yang usianya sudah empat puluh tujuh tahun akan tetapi kelihatan seperti wanita berusia tiga puluh tahun saja, dan yang ke dua lebih jelita lagi, seorang gadis berusia sembilan belas tahun. Mereka itu bukan lain adalah Ang-tok Mo-li dan Lee Cin. Para tamu itu adalah kepala-kepala gerombolan penjahat setempat, bukan tokoh-tokoh kang-ouw maka mereka tidak ada yang mengenal Ang-tok Mo-li, apalagi Lee Cin. Mereka memandang dengan mata kagum akan kecantikan mereka bahkan ada yang mengeluarkan seruan kagum secara kurang ajar sekali. Akan tetapi Jeng-ciang-kwi terkejut juga menyaksikan kunjungan orang yang tidak disangka-sangkanya itu. Ang-tok Mo-li adalah musuh lamanya. Baru-baru ini malah dia Tiraikasih Website mendatangi Bukit Ular akan tetapi tidak dapat bertemu dengan Ang-tok Mo-li dan sekarang iblis betina itu berani datang ke tempat tinggalnya. Dia bangkit berdiri dan menuding dengan tongkat bambu kuningnya. "aha, Ang-tok Mo-li. Kebetulan sekali engkau datang mengantarkan nyawa sehingga aku tidak lagi bersusah payah mencarimu!" Lee Cin berkata cepat. "Ibu, kakek ini sedang merayakan ulang tahunnya, sebaiknya kita juga memberi hadiah kepadanya!" Tanpa menanti jawaban ibunya, Lee Cin sudah meniup sulingnya. Suara suling nyaring melengking terdengar dan semua orang memandang heran, ada yang menutupi telinga karena suara melengking-lengking itu seperti menusuk ke dalam telinga mereka. Tak lama kemudian terdengar para anak buah Guha Tengkorak berteriak-teriak, "Ular......! Ular......! Banyak sekali ular!" Kini tampaklah beratus-ratus ular merayap masuk ke dalam tempat pesta itu! "Kalau ada yang berani membunuh mati seekor ular, dia akan mati dikeroyok ular berbisa!" kata Ang-tok Mo-li dan Lee Cin terus meniup sulingnya. Ular-ular itu seperti dikomando lalu membuat lingkaran lebar mengepung tempat itu! Setelah Lee Cin menghentikan tiupan sulingnya, ular-ular itu pun diam di tempat seperti telah mati atau tertidur pulas. Segera tercium bau amis yang memuakkan di tempat itu sehingga banyak orang menggigil karena merasa ngeri. Seorang di antara para kepala gerombolan penjahat itu mengenal Lee Cin dan dia pun berseru keras, DewiKZ 232 "Dewi Ular......!" Dan semua orang memandang takjub dan penuh perasaan jerih kepada Lee Cin. Tiraikasih Website "Jeng-ciang-kwi, aku menantangmu untuk bertanding satu lawan satu sampai salah satu di antara kita kalah atau tewas!" Ang-tok Mo-li berteriak menantang Jeng-ciang-kwi. Datuk ini tentu saja tidak takut terhadap ratusan ular itu. Dia bangkit berdiri dan mengetukkan tongkat bambunya ke atas lantai. "Bagus, memang aku ingin membunuhmu, Ang-tok Mo-li. Engkau boleh menggunakan lagi Ang-hwa-coa itu, aku tidak gentar sedikit pun!" Setelah berkata demikian, sekali menggerakkan tubuhnya dia telah melompat masuk ke dalam lingkaran yang dikepung ular itu, memalangkan tongkat bambunya di depan dada. "Ibu, biar aku yang menghadapi tua bangka ini!" kata Lee Cin. "Ibu menjaga kalau-kalau mereka itu melakukan pengeroyokan!" Ang-tok Mo-li maklum bahwa setelah rnenguasai It-yang-ci yang amat ampuh, dan tentu juga menerima gemblengan dari ayahnya, tentu kini tingkat kepandaian anaknya itu sudah melampauinya, maka ia pun berkata, "Lawanlah tua bangka busuk itu, Lee Cin. Dan jangan kasih ampun padanya!" Mendengar Ang-tok Mo-li mengaku gadis itu sebagai anaknya, Jeng-ciang-kwi berkata nyaring, nadanya menghina, "Hei, Ang-tok kapan engkau menikah? Bagaimana tahu-tahu sudah mempunyai anak? Siapakah ayahnya, atau anakmu itu anak haram?" DewiKZ 233 Mendengar penghinaan ini, wajah Lee Cin menjadi merah dan ia membentak marah, "Jeng-ciang-kwi tua bangka busuk, ayahku adalah bengcu Souw Tek Bun, pendekar besar yang terhormat. Mulutmu busuk, engkau layak mampus!" Setelah berkata demikian, Lee Cin melempar sulingnya kepada ibunya dan melepaskan pedang Tiraikasih Website Ang-coa-kiam dari libatan di pinggangnya. Ia sengaja membiarkan tangan kirinya kosong untuk dapat memainkan ilmu totok Im-yang-ci dengan leluasa. Begitu Pedang Ular Merah berada di tangannya, Lee Cin langsung saja menyerang kakek itu dengan dahsyat. Pedangnya mengeluarkan bunyi bercuitan ketika ia menusuk ke arah dada kakek itu dengan cepat dan kuat sekali. Jeng-ciang-kwi terkejut juga melihat gerakan pedang yang dahsyat itu. Dia menggerakkan tongkat bambu kuningnya menangkis. "Tranggg......!" Keduanya melompat ke belakang karena pertemuan tongkat dan pedang itu membuat tangan mereka tergetar hebat. Jeng-ciang-kwi menjadi semakin kaget. Ternyata gadis cantik itu memiliki tenaga sinkang yang amat kuat, bahkan dapat mengimbangi tenaganya! Dia cepat membalas, tongkatnya berubah menjadi sinar kuning menyerampang ke arah kaki Lee Cin. Ketika gadis itu melonat ke atas untuk menghindarkan kakinya dari sambaran tongkat, tongkat itu telah meluncur dan menusuk ke arah perut gadis itu! Cepat dan hebat gerakan Jeng-ciang-kwi ini, akan tetapi serangannya yang beruntun tidak membuat Lee Cin gugup. Pedang membuat gulungan sinar kemerahan dan kembali pedang dan tongkat beradu dengan kuatnya sehingga kembali mereka meloncat ke belakang. Sementara itu, para tamu Jeng-ciang-kwi sudah mencabut senjata masing-masing dan mengepung Ang-tok Mo-li dengan sikap bengis mengancam. Akan tetapi wanita itu tersenyum mengejek, DewiKZ 234 "Hayo kalian semua boleh mengeroyok aku!" tantangnya dan begitu ada yang bergerak maju, sinar merah meluncur dari tangannya dan dua orang yang maju itu terpelanting karena lecutan kebutan berbulu merah di tangan kanan Tiraikasih Website wanita sakti itu. Terdengar Ang-tok Mo-li tertawa merdu dan nyaring. "Ibu, jangan membunuh orang!" teriak Lee Cin yang khawatir ibunya akan membunuh semua orang itu. Ang-tok Moli juga teringat bahwa ketika menyerbu ke Bukit Ular, Jeng-ciang-kwi juga tidak membunuh lima orang pembantunya, maka kebutannya tadi hanya membuat dua orang itu terpelanting dan tidak menderita berat. Delapan orang kepala perampok ketika melihat dua orang rekan mereka roboh, menjadi marah dan mereka segera mengeroyok Ang-tok Mo-li. Akan tetapi Ang-tok Mo-li merasa tidak gentar, bahkan ia mengamuk dan kebutan berbulu merah di tangannya berubah menjadi gulungan sinar merah yang menyambut semua serangan senjata para pengeroyok. Sementara itu, pertandingan antara Jeng-ciang-kwi dan Lee Cin berlangsung dengan cepat, dahsyat dan seimbang. Pedang Ular Merah dan tongkat bambu kuning itu saling serang, akan tetapi keduanya tidak pernah dapat melukai lawan yang mengelak atau menangkis dengan kuatnya. Sudah lima puluh jurus mereka bertanding, namun belum ada yang kelihatan terdesak. Diam-diam Lee Cin harus mengakui bahwa lawannya merupakan datuk yang lihai sekali. Pantas tujuh tahun yang lalu itu ibunya sampai terluka parah ketika melawan Jeng-ciang-kwi. DewiKZ 235 Jeng-ciang-kwi juga merasa penasaran sekali. Gadis ini benar-benar merupakan lawan yang amat tangguh. Sudah banyak ilmu yang dia keluarkan, namun semua dapat dihindarkan dan dipunahkan gadis itu. Dia sudah mulai berkeringat dan napasnya memburu. Bagaimanapun juga, faktor usia amat menentukan dalam adu kekuatan dan ilmu silat. Karena usianya sudah tujuh puluh tahun lebih, Jeng-ciang-kwi mengalami kemunduran yang hebat tanpa Tiraikasih Website disadari olehnya. Karena selama ini tidak pernah menghadapi lawan berat, maka dia selalu dapat menang dengan mudah sehingga dia mengira bahwa kekuatannya masih seperti duIu di waktu dia muda. Baru setelah kini berhadapan dengan lawan tangguh, terasa olehnya betapa tenaganya hampir terkuras dan napasnya terengah-engah. Merasa bahwa kalau dia tidak cepat dapat menjatuhkan lawannya yang muda ini, dia tentu akan kalah karena kehabisan tenaga. Maka dia lalu mengeluarkan teriakan menyeramkan dan tiba-tiba gerakannya berubah. Tongkat bambu kuning itu bergerak seperti gelombang lautan menyerang Lee Cin. Gadis ini terkejut karena merasa betapa dahsyatnya gelombang serangan gulungan sinar kuning itu. Biar pun ia sudah memutar pedangnya untuk melindungi tubuhnya, tetap saja ia terdesak dan terpaksa mengelak mundur. Tiba-tiba tongkat itu meluncur dengan kecepatan yang sedemikian hebatnya sehingga tidak keburu ditangkis pedang. Lee Cin dalam kagetnya lalu mengerahkan ginkangnya, tubuhnya mencelat ke atas seperti seekor burung walet terbang! DewiKZ 236 Melihat lawannya lenyap "terbang" ke udara, Jeng-ciang-kwi yang sudah hampir kehabisan napas itu menjadi girang. Inilah kesempatan terbaik baginya. Dia lalu memasang tongkatnya untuk menyambut tubuh Lee Cin kalau turun. Akan tetapi Lee Cin juga sudah waspada. Ketika tiba di udara Lee Cin lalu mengerahkan tenaganya dan berjungkir balik sehingga ketika tubuhnya turun, ia menukik dengan kepala di bawah. Dengan sendirinya jangkauan tangannya juga berada paling bawah. Ketika ia melihat kakek itu menyambutnya dengan tusukan tongkat bambu kuning. Lee Cin mengerahkah tenaganya dan pedangnya membabat tongkat itu berkali-kali. Tiraikasih Website "Crak-crak-crak-crak!" Setiap kali Pedang Ular Merah membabat tongkat bambu itu, sebagian tongkat itu terpotong! Agaknya penyaluran sinkang dari Jeng-ciang-kwi sudah tidak begitu kuat lagi sehingga dia tidak mampu mempertahankan tongkat seperti tadi. Kini empat kali tongkatnya terbacok putus dan tubuh gadis itu semakin dekat dengannya. Sambil membabat lagi, Lee Cin menggerakkan tangan kirinya dan menotok ke arah ubun-ubun kepala Jeng-ciang-kwi. Kakek itu sedang terkejut melihat tongkatnya terpotong-potong dan mencurahkan seluruh perhatiannya ke sana, maka dia tidak dapat menghindar lagi ketika jari tangan gadis itu menotok ubun-ubun kepalanya. "Tukk!" Jeng-ciang-kwi mengeluarkan teriakan panjang, tubuhnya terhuyung lalu ia roboh menelungkup di atas tanah, tidak bergerak lagi. Lee Cin menggunakan kakinya untuk membalikkan tubuh itu sehingga telentang dan ia melihat betapa kakek yang tangguh itu telah tewas dengan tongkat bambu yang tinggal pendek masih tergenggam di tangan kanannya! Lee Cin menoleh ke arah ibunya. Ibunya masih mengamuk karena kini tiga puluh orang anak buah Guha Tengkorak juga maju mengeroyoknya. Akan tetapi sudah ada belasan orang yang rebah malang melintang tidak dapat ikut mengeroyok lagi karena ada yang tertotok tubuhnya sehingga tidak mampu bergerak dan ada pula yang patah tulang dan terluka akan tetapi tidak ada yang tewas. DewiKZ 237 Melihat ibunya mengamuk dengan kebutannya dan sulingnya yang tadi dilemparkan kepada ibunya masih dipegang tangan kiri ibunya dan digunakan untuk menangkis serangan para pengeroyok, Lee Cin berseru, "Ibu, lemparkan suling itu ke sini!" Tiraikasih Website Ang-tok Mo-li melemparkan suling yang disambar oleh Lee Cin. Kemudian Lee Cin berkata nyaring, "Siapa yang tidak mau berhenti mengeroyok, akan dikeroyok ular sampai mati!" Ia lalu meniup sulingnya dan ularular yang tadi mengepung saja dan tidak bergerak walaupun di situ terdapat perkelahian, kini mulai bergerak maju, mempersempit lingkaran pengepungan mereka. Melihat ini, para anak buah Guha Tengkorak menjadi gentar, apalagi mereka melihat betapa Jeng-ciang-kwi telah tewas. Di antara sepuluh orang kepala perampok, yang belum roboh ada dua orang. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan itu dan takut dipagut ular berbisa, dua orang ini lalu membuang golok mereka dan menjatuhkan diri berlutut. "Kami menyerah! Jangan biarkan ular-ular itu menyerang kami!" teriak dua orang kepala perampok itu. Perbuatannya ini segera diikuti oleh para anak buah Guha Tengkorak yang memang sudah kehiIangan semangat dan keberanian. "Kami semua menyerah kepada Dewi Ular!" kata mereka gemuruh. Lee Cin meniup lagi sulingnya dengan nada lain dan ular-ular itu lalu memutar tubuh dan merayap pergi dari tempat itu! Melihat ini, dua kepala perampok dan semua anak buah Guha Tengkorak menjadi lega dan seorang di antara dua kepala perampok itu sambil berlutut memberi hormat kepada Lee Cin sambil berkata dengan suara nyaring, "Kami mohon kepada Dewi Ular untuk memimpin kami!" DewiKZ 238 Teriakan ini disambut oleh semua anak buah Guha Tengkorak yang sudah taluk benar-benar karena gadis itu Tiraikasih Website telah membunuh pemimpin mereka dengan suara gemuruh, "Hidup Dewi Ular!" Lee Cin mengangkat kedua tangannya ke atas dan berkata dengan suara tegas dan nyaring, "Dengar kalian semua! Jeng-ciang-kwi telah mengacau di tempat kami maka hari ini kami datang melakukan pembalasan, Jeng-ciang-kwi telah mati dan kalian boleh mengangkat seorang di antara kalian untuk menjadi pemimpin. Aku Dewi Ular tidak ingin menjadi pemimpin kalian, hanya pesan kami agar kalian tidak mengganggu penduduk dusun yang tidak berdosa. Kalau merampok pun harus pilih-pilih, jangan menculik wanita dan jangan sembarangan membunuh orang. Kalau kalian melanggar laranganku ini, kelak kalau aku lewat di sini aku tidak akan mengampuni kalian lagi!" "Coa Sian-li Dewi Ular, kami mohon sudilah Sian-li memimpin kami yang telah kehilangan pemimpin. Kami akan menaati semua perintah Sian-li" terdengar seorang berseru. Lee Cin tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Tidak mungkin. Aku masih mempunyai banyak sekali tugas yang harus kuselesaikan. Nah, selamat tinggal!" Lee Cin memberi isyarat kepada ibunya dan keduanya lalu meloncat jauh dan sebentar saja sudah lenyap dari penglihatan empat puluh orang yang masih berlutut di situ. Setelah menuruni Bukit Kui-san dan tiba di kaki bukit, Ang-tok Mo-li dan Lee Cin berhenti berlari dan mereka berjalan seenaknya. "Lee Cin, hatiku senang sekali engkau telah dapat membantuku membunuh Jeng-ciang-kwi. Kepandaian silatmu telah maju dengan pesat." DewiKZ 239 "Di antara kita tidak perlu berterima kasih, Ibu. Sudah menjadi kewajiban membantumu." Tiraikasih Website "Kenapa engkau tadi menolak pengangkatan mereka menjadi pemimpin mereka, Lee Cin? Senang mempunyai anak buah seperti mereka yang rata-rata memiliki kepandaian yang lumayan. Engkau akan menjadi tokoh yang amat terkenal dan dihormati semua orang kang-ouw di daerah ini." "Aih, Ibu. Apakah Ibu senang kalau aku menjadi kepala gerombolan penjahat, Ibu? Aku tidak sudi menjadi seorang datuk sesat. Sekarang kita bicara tentang dirimu, Ibu. Engkau sudah berjanji kepadaku, kalau aku dapat membantumu, menghadapi Jeng-ciang-kwi, maka Ibu akan mempertimbangkan permintaanku, yaitu agar Ibu mau memaafkan Ayah dan suka hidup bersama dengan kami di Hong-san. Aku sekarang menagih janji Ibu itu." KaIau dalam keadaan biasa, Ang-tok Mo-li tentu akan marah mendengar Lee Cin menagih janji yang seolah menyudutkannya itu. Akan tetapi saat itu hatinya sedang senang karena ia telah melihat musuh besarnya terbunuh oleh Lee Cin. Maka ia hanya mengerutkan alisnya dan balas bertanya kepada puterinya, "Apakah dia membutuhkan maafku?" Lee Cin memegang tangan ibunya. "Ah, Ibu. Perlukah kujelaskan lagi? Ayah selama ini sungguh tersiksa memikirkan Ibu, memikirkan kesalahan yang telah dilakukannya terhadap Ibu. Kalau aku mengajaknya bicara tentang Ibu, Ayah menghela napas berulang-ulang dan wajahnya tampak berduka sekali. Aku yakin bahwa kalau Ibu suka memaafkan dia dan suka tinggal di sana bersama kami, Ayah akan menjadi orang paling berbahagia di dunia." DewiKZ 240 "Tapi..... ayahmu adalah seorang bengcu yang terhormat, sedangkan aku? Kau tahu sendiri siapa aku, Tiraikasih Website seorang wanita iblis yang dikutuk banyak orang! Derajat dan kemuliaan ayahmu akan ternoda dan terseret turun kalau aku hidup bersamanya." Lee Cin merangkul ibunya. "Jangan begitu Ibu. Aku tahu bahwa biarpun Ibu dijuluki Mo-li Iblis Betina, namun di lubuk hati Ibu, Ibu adalah seorang wanita yang gagah perkasa dan pembela keadilan. Dan tentang Ayah, dia akan mengundurkan diri dari kedudukan bengcu itu, Ibu." "Ehhh?" Ang-tok Mo-li memandang wajah puterinya dengan kaget. "Mengapa rnengundurkan diri?" "Belum lama ini, Ayah didatangi seseorang yang memakai kedok hitam dan orang itu memaki-maki Ayah sebagai seorang bengcu antek penjajah Mancu, karena ketika pengangkatannya direstui oleh Kaisar Mancu. Kemudian orang berkedok hitam itu menyerang Ayah dan dalam perkelahian itu Ayah terluka oleh pukulan tapak hitam dari orang itu. Sekarang pun Ayah masih beristirahat untuk memulihkan tenaganya Ibu. Beruntung bahwa aku telah mempelajari It-yangci sehingga aku dapat menyelamatkan Ayah. Nah, sejak itu Ayah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Dia tidak mau dianggap oleh dunia kang-ouw sebagai bengcu antek penjajah Mancu." "Hemm, siapakah penyerang itu?" DewiKZ 241 "Ayah tidak mengetahuinya, Ibu. Dan ketika itu aku pun sedang tidak ada di rumah. Ayah hanya mengatakan bahwa orang itu masih muda, berkedok hitam dan memiliki pukulan tapak tangan hitam yang disebutnya pukulan "merontokkan jalan darah". Sebetulnya Ayah telah menghabiskan urusan dengan Si Kedok Hitam itu, akan tetapi aku tidak dapat menerimanya begitu saja, Ibu. Aku akan pergi mencari orang itu dan membalas kekalahan Tiraikasih Website Ayah. Barangkali Ibu mengetahui siapa yang memiliki iImu pukulan seperti itu?" Ang-tok Mo-li mengerutkan alisnya dan mengingat-ingat. "Aku pernah mendengar tentang ilmu tapak tangan hitam dari keluarga Cia, akan tetapi entah mereka atau bukan yang melukai ayahmu. Seingatku ilmu tapak tangan hitam keluarga Cia disebut Hek-tok-ciang Tangan Racun Hitam." "Aku juga sudah mendengar akan mereka di Hui-cu, di kaki bukit Lo-sian, bukan?" Ibunya mengangguk. "Kalau begitu, sekarang juga aku akan pergi ke sana untuk menyelidikinya!" "Akan tetapi mereka itu terkenal sebagai keluarga para pendekar yang gagah perkasa, bukan golongan penjahat." "Siapa pun mereka, akan kuselidiki. Kalau betul ada di antara mereka yang dulu memakai kedok dan melukai Ayah, tentu akan kutantang dan kubalas dia!" Ang-tok Mo-li menghela napas panjang dan mengamati wajah puterinya. Ada keharuan di hatinya. Kekerasan hati puterinya itu jelas ia yang menurunkannya. Andaikata ia yang menjadi Lee Cin, ia pun tentu akan mencari orang itu sampai dapat ditemukan. "Kalau begitu, sesukamulah, Lee Cin. Engkau sudah memiliki kepandaian yang cukup untuk bertindak sendiri. Akan tetapi, bagaimana dengan keadaan ayahmu?" DewiKZ 242 "Dia masih menderita oleh akibat pukulan itu, Ibu. Biarpun dia sudah tidak terancam bahaya lagi, namun dia masih lemah dan perlu beristirahat. Aku sudah mencari Tiraikasih Website seorang paman dari dusun untuk merawat dan melayaninya selama aku pergi." "Aku..... aku maafkan dia..... Sudah lama, selama engkau pergi, aku sudah maafkan dia," katanya lirih. Mendengar ini, Lee Cin merangkul dan mencium ibunya dengan kedua mata basah. Ketika ia memandang wajah ibunya, ia melihat betapa kedua mata ibunya juga basah. Di dalam hatinya Lee Cin bersorak. Ibunya menangis! Ini merupapakan hal yang langka sekali dan ini mungkin sekali berarti bahwa hati ibunya yang tadinya membeku dan keras sudah mencair dan lunak kembali! "Ibu," ia berbisik dekat telinga ibunya, "Ayah amat mencinta Ibu, sungguh amat mencintaimu." Ang-tok Mo-li melepaskan rangkulannya dan mengerutkan alisnya. "Kenapa tidak dari dulu?" "Ayah sudah menyesali hidupnya, Ayah merana dalam hatinya dan selalu merindukan Ibu. Setelah Ibu memaafkan dia, tidakkah Ibu kasihan melihat dia terluka? Alangkah akan bahagia hatinya kalau Ibu sudi menengok Ayah yang sedang lemah dan beristirahat." "Bagaimana nanti sajalah. Kapan engkau akan pergi ke Lo-sian?" "Sekarang juga, Ibu." "Kalau begitu berangkatlah, akan tetapi hati-hatilah. Sedapat mungkin jangan sampai engkau bermusuhan dengan keluarga Cia, hal itu berbahaya sekali." Baik, Ibu. Akan kuingat pesan Ibu." Kedua orang wanita, ibu dan anak itu Ialu berpisah. Lee Cin menuju ke barat dan ibunya menuju ke selatan. DewiKZ 243 oood0wooo Tiraikasih Website Lima orang laki-laki berdiri sambil bercakap-cakap di dalam sebuah hutan di pegunungan Hong-san. Mereka ini bukan orang-orang lemah karena mereka membawa golok di pinggang mereka. Kuncir mereka melilit leher dan sikap mereka congkak seperti kebanyakan orang yang merasa dirinya kuat dan berkuasa. Memang, lima orang ini bukan orang sembarangan, melainkan segerombolan perampok yang mengepalai banyak anak buah di sebelah timur Pegunungan Hong-san. Yang mereka bicarakan adalah bengcu Souw Tek Bun. "Tidak salahkah keterangan yang kau peroleh bahwa Souw-bengcu itu kini sedang sakit dan lemah?" tanya seorang kepada kawannya yang bermuka hitam. "Tidak salah. Petani yang kini merawatnya menceritakan hal ini kepada beberapa orang dusun dan berita itu menyebar sehingga aku mendengarnya. Kiranya, sekaranglah saatnya yang terbaik untuk bergerak," kata Si Muka Hitam. "Akan tetapi ada puterinya yang kabarnya tidak kalah tangguhnya dibandingkan dengan Souw-bengcu," kata orang ke tiga. "Bahkan puterinya itu akhir-akhir ini dikenal sebagai Dewi Ular. Kabarnya ia dapat memanggil semua ular di daerah ini untuk membantunya menghadapi musuh. Ih, mengerikan!" kata orang ke empat. "Kalau berbahaya sekali, lebih baik ditangguhkan, tunggu sampai kita memperoleh bantuan yang tangguh, baru kita serbu," kata orang ke lima. DewiKZ 244 "Kenapa kalian begitu ketakutan? Sudah kukatakan bahwa anak perempuannya itu pergi jauh. Karena itu maka Tiraikasih Website orang dusun itu disuruh menjaga dan merawat Souw-bengcu. Jangan kalian takut, begitu pengecutkah kalian?" kata Si Muka Hitam yang agaknya menjadi pemimpin mereka. Orang ini memang kelihatan menyeramkan. Mukanya hitam sekali, rambutnya sangat subur, dikuncir tebal dan kuncir itu melilit lehernya. Di punggungnya terdapat sebatang ruyung dan di pinggangnya tergantung sebuah golok. Lima orang ini menamakan diri mereka sendiri Hong-san Ngo-houw Lima Harimau Bukit Hong-san. Mereka bercakap-cakap di hutan yang sunyi itu, membicarakan niat mereka untuk menyerbu rumah Souw-bengcu. "Apakah benar pedang itu amat berharga maka engkau hendak merampasnya?" tanya orang pertama kepada Si Muka Hitam. "Hem, tentu saja! Amat berharga sekali. Orang di dunia kang-ouw tentu akan berani membayar mahal untuk pedang Ceng-liong-kiam! Kalian tahu pedang itu adalah pedang pemberian Kaisar kepada Souw-bengcu. Dengan pedang itu di tangan, orang dapat memasuki istana dan semua penjaga akan memberi hormat. Orang itu akan dapat langsung menghadap Kaisar! Bukankah benda itu amat berharga? Selain itu, juga pedang itu merupakan pedang pusaka yang ampuh sekali." Mendengar keterangan ini, empat orang rekannya menyeringai dan mengangguk-angguk. "Kalau begitu kapan kita akan menyerbu ke sana?" "Sekarang juga, selagi masih pagi." DewiKZ 245 Berangkatlah lima orang itu mendaki puncak Hong-san menuju ke tempat kediaman Souw Tek Bun. Mereka mendaki setengah berlari dan nampak wajah mereka penuh gairah, penuh semangat. Tiraikasih Website Akhirnya sampai juga mereka di depan pondok tempat tinggaI Souw Tek Bun yang kelihatan sunyi sekali. Selagi lima orang itu menjenguk ke sana-sini, muncullah seorang laki-laki setengah tua dari dalam pintu pondok. Melihat lima orang itu, dia terkejut dan cepat menghampiri sambil bertanya, "Siapa kalian dan ada keperluan apa datang ke sini?" tanyanya. Akan tetapi sebagai jawabannya, sebatang golok berkelebat dan pelayan itu berteriak mengaduh satu kali lalu terkulai roboh dengan dada terkoyak. Mendengar teriakan ini, Souw Tek Bun yang sedang berada di dalam menjadi terkejut dan dia pun muncul dari pintu. Karena tidak menyangka buruk, bengcu ini tidak membawa senjata apa pun. Melihat lima orang yang tampak garang dan bengis itu, Souw Tek Bun mengerutkan alisnya, akan tetapi ketika dia melihat pelayannya sudah menggeletak mandi darah, dia terkejut dan marah sekali. "Siapakah kalian dan apa yang kalian lakukan ini?" Si Muka Hitam memutar tubuh memandang kepada Souw Tek Bun. Dan empat orang rekannya juga memandang bengcu itu dengan sinar mata penuh perhatian dan juga ada tersisa perasaan gentar karena mereka sudah mendengar kabar tentang kegagahan bengcu ini dengan ilmu silatnya yang tinggi. Akan tetapi Si Muka Hitam sudah yakin akan kebenaran berita yang diterimanya lalu tertawa, "Ha-ha-ha, kiranya yang namanya Souw-bengcu hanya seorang tua yang lernah dan berpenyakitan!" DewiKZ 246 Souw Tek Bun yang tidak tahu bahwa ucapan itu untuk memancing dan mengetahui keadaannya, menghela napas Tiraikasih Website dan berkata sejujurnya, "Memang aku sedang tidak sehat, akan tetapi mengapa kalian membunuh pelayanku yang sama sekali tidak berdosa ini?" Si Muka Hitam mencabut golok dan ruyungnya diikuti empat rekannya yang juga sudah mencabut golok mereka. "Souw Tek Bun! Kami datang bukan untuk mengobrol denganmu! Cepat kau serahkan Ceng-liong-kiam kepada kami atau engkau akan mati seperti pelayanmu ini!" Biarpun keadaannya lemah dan tenaganya belum puIih, Souw Tek Bun adalah seorang gagah perkasa yang tidak mungkin mau tunduk atas perintah gerombolan penjahat begitu saja. "Ceng-liong-kiam adalah pedangku, tidak boleh orang lain memilikinya!" katanya dengan gagah. "Kalau begitu mampuslah" bentak Si Muka Hitam yang langsung menyerang dengan golok di tangan kanan dan ruyung di tangan kiri. Biarpun Souw Tek Bun kehilangan tenaganya, namun dia tidak kehilangan ilmu silatnya yang sudah mendarah daging, maka dengan mudah dia mengelak dari serangan golok dan ruyung itu. Akan tetapi empat rekan Si Muka Hitam sudah maju menyerang dari segala jurusan! DewiKZ 247 Souw Tek Bun hanya mampu mengelak, akan tetapi karena dia kehilangan tenaganya, maka gerakannya juga tidak begitu gesit lagi. Kembali ruyung Si Muka Hitam menyambar ke arah kepalanya. Souw Tek Bun mengelak dengan menarik kepalanya ke belakang dan pada saat itu, dua batang golok menyambar dari kanan kiri. Terpaksa dia melempar tubuh ke belakang dan dapat berjungkir-balik satu kali, hanya untuk menghadapi golok lain dari depan dan belakangnya. Dia memutar tubuh dan kembali mengelak, akan tetapi elakannya kurang cepat sehingga Tiraikasih Website ketika ruyung menyambar ke arah kepala dan dielakkannya, ruyung itu masih menimpa ujung pundaknya. "Dess......!" Tubuh Souw Tek Bun terguling. Akan tetapi begitu roboh dia menggulingkan tubuhnya lalu bangkit berdiri dengan pundak kiri terasa nyeri bukan main. Kembali hujan goIok dan ruyung mengeroyoknya. Karena dia tidak diberi kesempatan untuk membalas, maka dia hanya berloncatan ke sana sini untuk mengelak dan suatu saat kaki kanan Si Muka Hitam mencuat dan mengenai perutnya. "Bukk.....!" Kembali tubuh Souw Tek Bun terpelanting, kini terjengkang, akan tetapi dia masih dapat bergulingan menghindarkan diri. Tahulah Souw Tek Bun bahwa nyawanya terancam maut. Kalau dia tidak kehabisan tenaga sebagai akibat pukulan tapak tangan hitam, biarpun dia bertangan kosong, dalam beberapa gebrakan saja dia tentu akan mampu merobohkan lima orang itu. Akan tetapi tenaganya tidak ada sehingga kegesitannya pun berkurang. -oo0dw0oo- Jilid 08 DewiKZ 248 "Sing-sing-sing......!" Tiga batang golok berdesing menyambut dan hampir saja mengenai tubuh pendekar itu. Dia melompat mundur ke belakang menghindarkan diri dari sambaran golok-golok itu. Akan tetapi ketika Si Muka Hitam mengejar dan menggerakkan ruyungnya, kembali ruyung itu mengenai pahanya dan Souw Tek Bun lalu terguling roboh, tidak mampu berdiri kembali. Dengan wajah menyeringai bengis, lima orang itu sudah berlompatan mengangkat senjata masing-masing untuk mengirim bacokan atau tusukan maut. Tiraikasih Website "Wuuutt..... tar-tar-tar-tar-tar.....!" Sinar merah menyambar lima kali dan lima orang perampok itu berpelantingan dan tidak dapat bangkit kembali karena kepala mereka sudah retak disambar ujung kebutan berbulu merah. Ang-tok Mo-li sudah berada di situ, melangkah mendekati Souw Tek Bun dan memandang dengan alis berkerut. Souw Tek Bun yang sudah menderita luka di pundak dan pahanya itu, juga menerima tendangan di perutnya, memandang wanita itu. Pandang matanya menjadi kabur, akan tetapi dia masih mengenal wanita itu dan mulutnya berkata lirih, "Kau.... kau..... Bu Siang......!" Dan dia pun terkulai pingsan. Ketika dia membuka matanya kembali, Souw Tek Bun mendapatkan dirinya sudah rebah di pembaringan di dalam kamarnya dan melihat Ang-tok Mo-li sedang membalut luka di pundak dan pahanya. "Bu Siang..... kau..... kau menyelamatkan aku..... dan merawatku.....?" pertanyaan itu keluar dengan suara penuh haru. "Sttt, diamlah dan mengasolah. Engkau tidak terluka parah, hanya perlu beristirahat," kata Ang-tok Mo-li atau Bu Siang dengan lembut. Souw Tek Bun memandang kepada wanita itu dan kedua matanya basah. "Bu Siang, tidak mimpikah aku? Benarkah ini engkau yang merawatku? Bu Siang, katakan bahwa ini bukan sekedar mimpi....." DewiKZ 249 Bu Siang tersenyum memandang kepada pria yang sesungguhnya amat dicintanya ini. Kalau ia pernah membencinya, hal itu karena besarnya cinta yang gagal. Tiraikasih Website Akan tetapi kini ia menyadari bahwa apa yang dikatakan puterinya itu bukan bohong. Pria ini masih mencintanya dan mengharapkan kedatangannya. Ia mengangguk. "Apakah engkau mengharapkan kedatanganku dan merasa rindu kepadaku?" tanyanya lirih. Souw Tek Bun menangkap tangan wanita itu dan menciumi tangan itu dengan air mata berlinang. "Haruskah kukatakan lagi, Bu Siang. Aku mengharapkan engkau datang, agar kita dapat hidup bersama. Aku mengharapkan maafmu yang sebesar-besarnya, atau kalau tidak, aku akan rela mati kau bunuh......" Ang-tok Mo-li menggeleng kepalanya. "Hemm, laki-laki tolol, kalau saja begini sikapmu sejak dulu....." "Akan tetapi aku belum terlambat, bukan? Kau sudi memaafkan aku atas kebodohanku itu? Aku sungguh menyesal dan dengan setulus hati aku berjanji akan mempergunakan sisa umurku untuk membahagiakanmu, Siang-moi Adik Siang." "Dengan satu syarat bahwa engkau harus tidak menjadi bengcu lagi. Aku akan selalu merasa rendah diri untuk hidup di samping seorang bengcu yang namanya dimuliakan dan dihormati seluruh orang kang-ouw." Souw Tek Bun menarik tangan Ang-tok Mo-li dan merangkulnya. "Jangan khawatir, Siang-moi. Sebelum engkau datang pun aku sudah bermaksud untuk mengundurkan diri dari jabatan bengcu." DewiKZ 250 Tentu saja Bu Siang sudah mendengar akan hal ini dari puterinya. Ia membiarkan dirinya dirangkul dan kedua orang itu tenggelam ke dalam kemesraan dan baru sekarang wanita itu menyadari bahwa selama ini ia tidak dapat Tiraikasih Website pernah melupakan Souw Tek Bun, bahwa selama ini ia masih mencinta pria itu. Manusia dipermainkan suka dan duka sebagai akibat permainan nafsu. Manusia selalu mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan "si aku" yang dianggapnya sebagai diri sejati. Padahal, yang mengaku aku itu bukan lain adalah nafsu. Nafsu daya rendah selalu berebutan untuk menguasai manusia dan mengaku diri sebagai Aku-nya manusia itu. Dan menjadi sifat nafsu daya rendah untuk mementingkan diri sendiri. Dari pementingan diri sendiri inilah timbul segala macam perasaan suka duka. Kalau terjangkau apa yang diinginkan datanglah suka, kalau tidak terjangkau datanglah duka. Bukan berarti bahwa manusia harus menjauhi nafsu atau meniadakan nafsu. Tanpa nafsu manusia tak mungkin dapat merasakan kenikmatan hidup, bahkan tanpa nafsu manusia tidak akan dapat hidup. Segala macam penemuan manusia yang membawa kepada kemajuan lahiriah ini adalah berkat dorongan nafsu. Akan tetapi manusia bijaksana akan selalu menjadi majikan dari nafsu-nafsunya. Setiap kali nafsu menyimpang dari fungsinya dan hendak mencengkeram akan menjadikan manusia sebagai budak, manusia bijaksana akan selalu dapat melihat bahwa apa yang dia pikirkan, katakan dan perbuat itu bukanlah dilakukan oleh dirinya yang sejati, melainkan oleh nafsu. Dengan kewaspadaan ini, manusia akan dapat mengembalikan kedudukannya sebagai majikan dan menarik kembali nafsu yang menguasai itu menjadi pembantu atau alat. DewiKZ 251 Manusia sendiri tidak akan mungkin atau akan teramat sukar untuk dapat menguasai nafsu-nafsunya. Yang dapat menundukkan nafsu adalah Kekuasaan Tuhan. Karena itu tiada jalan lain bagi manusia untuk meniadakan nafsu yang Tiraikasih Website suka mengaku-aku dan menariknya menjadi pembantu hanyalah penyerahan diri kepada Tuhan dengan segala kepasrahan, keihlasan dan ketawakalan. Kalau sudah begitu, maka Tuhan dengan Kekuasaan-Nya yang tidak terbatas akan meletakkan nafsu-nafsu di tempat masing-masing sebagaimana mestinya. Mengapa nafsu demikian kuat dan besar kekuasaannya atas diri manusia lahir dan batin? Karena nafsu selalu menarik manusia kepada kesenangan duniawi yang gemerlapan, tampak indah dan menyenangkan, mendatangkan kepuasan jasmani. Dengan kesenangan ini manusia terpikat, terbujuk dan akhirnya menyerah menjadi bulan-bulanan dan permainan nafsu itu sendiri. Dan kalau nafsu sudah menguasai diri, bukan hanya tindakan kita saja yang menyeleweng dari kebenaran, bahkan hati akal pikiran kitapun sudah bergelimang nafsu sehingga hati dan pikiran bahkan membenarkan perbuatan yang didorong nafsu itu. Maka sukarlah bagi manusia untuk menyadari kesalahan sendiri, karena hati akal pikirannya selalu membenarkan. Contoh yang sederhana adalah manusia yang melakukan korupsi. Dia tahu benar bahwa perbuatan itu tidak benar. Akan tetapi kalau dia melakukannya lalu hati akal pikirannya membelanya dengan bisikan-bisikan lembut dan menghibur, misalnya, "tidak apa-apa, toh semua orang melakukannya" atau "engkau melakukan karena terpaksa oleh keadaan, maka itu bukan dosa" dan "yang kau lakukan hanya kecil saja, lihat orang lain melakukannya dengan jumlah yang lebih besar lagi". Pendeknya, hati akal pikiran selalu membela perbuatan yang tidak benar itu menjadi perbuatan yang dianggap benar! DewiKZ 252 Maka, seorang manusia bijaksana akan selalu berhati-hati dan waspada, sehingga dia akan dapat merasakan bahwa perbuatan itu bukan kehendak dirinya yang sejati Tiraikasih Website melainkan dilakukan karena bujukan iblis nafsu, dan bahwa bisikan-bisikan membela itu bukan datang dari nuraninya, melainkan dari iblis nafsu yang sama. Setelah Bu Siang kembali ke dalam pelukannya, Souw Tek Bun baru menyadari bahwa dia memang telah bersalah besar. Seharusnya, kalau benar dia mencinta Bu Siang, dia harus membimbing wanita itu ke arah jalan yang benar, bukan meninggalkannya begitu saja dan menikah dengan wanita lain! Kalau dulu dia tidak meninggalkannya melainkan memberi bimbingan, belum tentu Bu Siang akan menjadi seorang datuk sesat yang tidak segan melakukan perbuatan jahat. Kini dia menyesal dan berjanji kepada diri sendiri untuk melanjutkan membimbing wanita yang dicintanya itu ke jalan yang benar dan tidak lagi bersikap dan bertindak sebagai seorang tokoh sesat. oood0wooo Lee Cin berhenti di bawah pohon besar di kaki Bukit Lo-sian. Tempat itu sunyi dan hari itu panasnya membakar sehingga terasa sejuk dan nyaman berada di bawah pohon besar itu melepaskan lelah. DewiKZ 253 Kalau ada orang melihatnya tentu akan merasa heran. Seorang gadis cantik duduk seorang diri di bawah pohon di tempat yang amat sepi itu. Memang Lee Cin amat menarik perhatian. Gadis ini memiliki kecantikan yang khas. Wajahnya yang bulat telur itu manis sekali dengan mulut yang kecil mungil dengan bibir yang selalu merah membasah. Hidungnya yang kecil mancung itu ujungnya agak menjungat ke atas sehingga menimbulkan kesan lucu. Setiap kali ia menggerakkan mulutnya, dua lesung pipit di kanan kiri mulutnya nampak jelas. Matanya bersinarsinar tajam dan amat jeli, seolah selalu menyelidik apa yang Tiraikasih Website berada di depan dan dipandangnya. Lee Cin memang seorang gadis cantik jelita, berusia sembilan belas tahun, bagaikan setangkai bunga mekar semerbak harum. Pakaiannya juga cerah berkembang. Ia tidak nampak membawa senjata karena pedangnya dililitkan di pinggang sehingga tampaknya seperti sabuk saja. Suling yang hitam terselip di pinggang itu pun tidak kelihatan sebagai senjata walaupun sesungguhnya suling itu merupakan senjata yang ampuh dan juga dapat dipergunakan untuk memanggil ular. Lee Cin menyeka keringat dari leher dan dahinya, menggunakan sehelai saputangan sutera biru. Ia menjulurkan kedua kakinya yang terasa agak pegal karena sudah dipakai berjalan menempuh jarak jauh. Tidak akan ada orang yang menduga bahwa gadis cantik menarik ini sebetulnya adalah seorang gadis yang amat lihai, bahkan terkenal dengan julukan Dewi Ular! Lee Cin duduk termenung. Ia teringat kepada ibunya dan diam-diam ia mengharapkan agar ibunya benar-benar mau memaafkan ayahnya dan akhirnya suka tinggal bersama ia dan ayahnya di Hong-san. Pikirannya melayang-layang mengenangkan masa lalunya. Ia teringat akan Song Thian Lee. Pernah ia jatuh cinta setengah mati kepada pendekar itu. Akan tetapi akhirnya ia melihat kenyataan pahit bahwa Thian Lee tidak mencintanya melainkan mencinta gadis lain dan kini sudah menikah dengan gadis itu. Apakah dulu ibunya juga mengalami seperti ia? Ibunya mencinta ayahnya akan tetapi ayahnya memilih wanita lain untuk menjadi isterinya. DewiKZ 254 Tidak, sama sekali tidak sama. Ibunya telah menyerahkan diri dan kehormatannya kepada ayahnya. Tentu saja setelah ditinggal menikah dengan gadis lain, ibunya menjadi sakit hati. Akan tetapi ia tidaklah demikian. Hubungannya dengan Thian Lee bersih. Tiraikasih Website Ia menghela napas. Masa patah hati telah lewat. Ia tidak lagi merasa berduka karena harus berpisah dari Thian Lee. Ia tahu diri. Maklum bahwa cinta tidak dapat bertepuk sebelah tangan. Thian Lee telah menemukan jodohnya dan ia terpaksa harus meninggalkan pemuda itu, tidak lagi terasa penyesalan atau duka. Ia bahkan merasa seperti seekor burung terbang menyendiri di angkasa raya. Tidak akan mudah rasanya untuk tertarik kepada pria lain. Hatinya tidak membeku terhadap cinta, akan tetapi ia merasa sangsi apakah ada pemuda yang dapat menarik hatinya seperti Thian Lee. Ia teringat kepada Thio Hui San dan menarik napas panjang. Pemuda itu pun seorang pendekar perkasa, seorang pemuda yang gagah dan tampan menarik. Seorang pemuda yang berhati lembut dan yang terus terang menyatakan cinta kepadanya. Akan tetapi ia sendiri tidak mempunyai perasaan cinta terhadap Thio Hui San. Dan ia merasa kasihan sekali. Ia sudah pernah merasaan betapa pahitnya untuk jatuh cinta kepada orang yang tidak membalas cintanya. Tentu Hui San juga merasakan kepahitan seperti yang pernah ia rasakan. DewiKZ 255 Tiba-tiba, perasaan sedih mencekam hatinya. Ia merasa kesepian. Ayah dan ibunya, dua orang yang paling dekat di hatinya, masih belum dapat hidup bersama seperti yang diharapkannya. Dan ia sendiri, ah, betapa hidup ini sunyi seperti yang sebuah kapal di tengah samudra luas. Tidak tampak tepi daratan, tidak tampak nusa harapan di mana kapal itu dapat berlabuh. Ia hanya dapat mengharapkan suatu kemujijatan terjadi atas dirinya. Haruskah ia mengalami nasib seperti ibunya yang selalu kesepian dan merana? Tidak, tidak mungkin. Ibunya menderita kesengsaraan karena ulah sendiri, karena hatinya dipenuhi dendam yang meracuni diri sendiri. Ia tidak mendendam kepada siapapun juga. Kalau ia mencari Si Kedok Hitam, hal itu bukan dikarenakan dendam, melainkan penasaran. Tiraikasih Website Ia ingin menemukan Si Kedok Hitam untuk ditanya mengapa dia menyerang ayahnya dan melukainya. Kalau Si Kedok Hitam tidak dapat memberi jawaban yang menghilangkan rasa penasaran itu, ia akan menantangnya untuk bertanding agar ia dapat melukainya seperti yang dilakukan orang itu kepada ayahnya. Semangat hidupnya bangkit kembali ketika ia teringat akan tugasnya ini. Persetan semua kelemahannya! Ia tidak boleh membiarkan dirinya terseret oleh hati dan pikiran yang melemahkan dirinya, menyeretnya ke dalam kedukaan. Hidupnya masih berarti! Selain mencari Si Kedok Hitam, ia pun harus mempersatukan ayah dan ibunya. Lee Cin bangkit dari duduknya dan menggeliat. Otot-otot tubuhnya terasa kaku karena dipakai duduk sampai lama. Ia harus bergerak kembali, harus melangkah lagi mendaki Bukit Lo-sian, menuju ke kota Hiu-cu yang terletak di lereng di balik bukit itu. Ia sudah mencari keterangan di dusur yang dilewatinya tadi dan mendapat petunjuk bahwa Hui-cu terletak di seberang bukit. Saat itu matahari telah naik tinggi. Siang hari yang amat terik dan panas. Lee Cin meregangkan kaki tangannya yang kaku, lalu mengambil kembali buntalan pakaiannya dan digendongnya buntalan pakaian itu dipunggungnya. Selagi ia hendak melangkah, tiba-tiba ia mendengar gerakan orang. Lee Cin menahan langkahnya dan waspada. Muncullah tiga orang dari balik pohon dan mereka itu menghadang di depan Lee Cin sambil memandang gadis itu degan sinar mata penuh selidik. DewiKZ 256 "Siapakah engkau, Nona? Apakah engkau dari keluarga Cia?" bentak orang pertama yang bertubuh tinggi besar dan. mukanya penuh brewok. Si Tinggi Besar ini nampak kokoh Tiraikasih Website kuat dan kuncir rambutnya dibiarkan tergantung di depan dadanya. Kancing bajunya terbuka sebagian sehingga tampak dadanya yang berbulu dan kekar. Mendengar pertanyaan ini, Lee Cin menjadi tertarik sekali. Tentu ada sesuatu antara tiga orang ini dengan keluarga Cia. Kalau ia menjawab bahwa ia bukan anggauta keluarga Cia, dan mereka itu pergi begitu saja, tentu ia tidak akan mendengar keterangan apa pun tentang keluarga Cia. Sebaiknya ia mengaku keluarga Cia dan ia ingin tahu apa yang akan terjadi, agar ia mendengar sesuatu tentang keluarga yang sedang diselidikinya itu. "Kalau benar aku keluarga Cia, kalian mau apa?" jawabnya dengan pertanyaan yang menantang. "Kubunuh engkau!" jawab orang ke dua yang berwajah tampan dan bertubuh sedang. Orang ini bernama Bong Cui Kiat, berusia empat puluh lima tahun. "Kucincang kau!" bentak orang ke tiga yang bernama Bong Cui An, adik orang ke dua, bertubuh tinggi kurus dan berusia empat puluh tahun. "Ha-ha-ha, tidak begitu! Engkau akan kuambil sebagai isteriku yang paling muda!" kata orang pertama yang bernama Lay Ki Seng dan berusia lima puluh tahun, orang yang tinggi besar dan brewok itu. Lee Cin tersenyum. Keterangan itu masih belum ada artinya. Ia ingin tahu tentang keluarga Cia, bukan tentang mereka. DewiKZ 257 "Hemm, tidak begitu mudah untuk mengikat jodoh! Setidaknya aku harus tahu lebih dulu, kalian ini orang-orang dari mana dan mengapa pula memusuhi keluarga Cia?" Tiraikasih Website "Kalau engkau anggauta keluarga Cia tentu mengenal kami, setidaknya mengenal nama kami. Kami adalah Kim-to Sam-ong Tiga Raja Golok Emas, tiga pimpinan Kim-to-pang Perkumpulan Golok Emas. Lebih baik engkau menyerah dan menjadi isteri mudaku, daripada tubuhmu kami cincang dan nyawamu kami cabut!" Dari sikap mereka ini saja Lee Cin dapat menduga bahwa mereka adalah orang-orang kasar yang berwatak jahat, dan kalau gerombolan orang jahat memusuhi keluarga Cia, mudah diduga bahwa keluarga Cia adalah keluarga yang baik. "Nanti dulu.. Biarpun aku anggauta keluarga Cia, akan tetapi sudah lama meninggalkan perkampungan dan baru hari ini akan pulang. Aku tidak mengenal siapa kalian dan mengapa ada permusuhan antara kalian dan keluarga kami? Ceritakan dulu, baru aku akan mempertimbangkan usulmu tadi." Lay Ki Seng menjadi girang mendengar ini, mengira bahwa gadis itu tentu akan dapat dia peristeri dengan mudah. "Dengarlah, Nona manis. Aku bernama Lay Ki Seng dan aku orang pertama dari tiga pimpinan Kim-to-pang. Sudah beberapa kali anggauta keluarga Cia menentang dan menghalangi kami, karena itu kini kami bertemu denganmu. Sebaiknya engkau menurut dan menjadi isteri mudaku untuk menebus kesalahan keluargamu kepada kami. Kalau engkau sudah menjadi isteriku, tentu hubungan antara keluarga Cia dengan kami dapat menjadi baik dan akrab. Nah, engkau tentu setuju, bukan? Aku lebih suka kalau engkau menyerah dengan sukarela daripada aku harus menggunakan paksaan!" DewiKZ 258 "Aku mau dan setuju menjadi isterimu, akan tetapi dengan satu syarat bahwa engkau tidak boleh memakai kepalamu itu lagi!" Tiraikasih Website Lay Ki Seng dan kedua orang rekannya terbelalak dan wajah orang tinggi besar itu berubah marah sekali karena marah. Muka yang memang sudah hitam itu berubah semakin hitam lagi dan cuping hidungnya kembang-kempis seperti seekor kuda. Akan tetapi agaknya dia memandang dirinya terlalu tinggi untuk menangkap seorang gadis seperti Lee Cin, maka dia membentak kepada rekannya termuda, "Cui An, tangkap gadis ini untukku!" Bong Cui An kelihatan girang sekali dengan tugas ini. "Baik, Twako!" katanya dan di saat lain dia sudah menubruk ke arah Lee Cin, kedua lengannya dikembangkan dan kedua tangannya yang kurus itu mencengkeram ke arah Lee Cin. Agaknya dia sudah yakin bahwa tubrukannya pasti akan berhasil karena dia bergerak cepat sekali. Lee Cin juga melihat bahwa Si Tinggi Kurus ini memiliki gerakan yang cukup cepat, akan tetapi tidak terlalu cepat baginya dan sekali ia berkelebat, tubrukan itu luput. Karena memandang rendah, ketika tubrukannya luput Bong Cui An tidak menjaga dirinya maka Lee Cin membalikkan tubuhnya dan sekali kaki kirinya menendang ke arah pantat orang itu, tubuh Bong Cui An tersungkur ke depan dan mukanya mencium tanah! DewiKZ 259 Tentu saja orang tinggi kurus itu menjadi marah sekali. Dia sudah melompat lagi dan membalikkan tubuh, kemudian setelah mengetahui bahwa gadis itu bukan orang lemah, dia kini menyerang dengan pukulan tangannya. Serangan itu hebat juga dan tahulah Lee Cin bahwa orang-orang ini bukan hanya bersikap sombong, akan tetapi memang memiliki kepandaian yang lumayan tingginya. Serangan itu saja demikian dahsyat, dilakukan dalam keadaan yang marah. Namun tentu saja Lee Cin dengan mudah dapat mengelak dan membalas dengan tamparan Tiraikasih Website tangannya. Setelah lewat tiga puluh jurus, Lee Cin dapat menampar pundak Bong Cui An, membuat dia untuk kedua kalinya terpelanting. Lay Ki Seng menjadi marah melihat betapa rekannya termuda dua kali roboh oleh Lee Cin. Dia membentak kepada Bong Kui Kiat untuk membantu adiknya dan dua orang kakak beradik itu lalu mengeroyok Lee Cin. Namun, dengan gerakannya yang lebih cepat Lee Cin dapat menghindarkan semua serangan dan berbalik menyerang mereka dengan tamparan-tamparan dan tendangan yang cepat sekali, membuat kedua orang itu terdesak. Kini tanpa malu lagi Lay Ki Seng terjun ke dalam perkelahian. Dan begitu dia meloncat, dia sudah mencabut goloknya. Golok itu besar dan tampaknya seperti terbuat dari emas. Padahal warna emas itu hanya selaputnya saja. Di dalamnya golok itu terbuat dari baja yang baik. "Bocah setan, mampuslah!" katanya dan goloknya menyambar dahsyat. Lee Cin mengelak dan meloncat ke belakang. Kini, kedua kakak beradik Bong itu pun sudah mencabut golok masing-masing dan jelas bahwa mereka bertiga kini bukan bermaksud menangkap Lee Cin, melainkan membunuhnya! DewiKZ 260 Lee Cin mengerutkan alisnya. Kalau ia menghendaki, tadi ia tentu dapat membunuh tiga orang lawannya ketika bertanding dengan satu lawan satu. Akan tetapi ia tidak mau membunuh sembarangan. Dan sekarang ternyata mereka bertiga mengeroyoknya dengan golok dan jelas bahwa mereka bermaksud untuk membunuhnya. Ilmu golok mereka memang hebat dan berbahaya. Karena itu, dengan cepat ia mencabut Ang-coa-kiam dari pinggangnya lalu memutar pedang itu menjadi gulungan sinar merah. Tiraikasih Website Pertandingan itu hebat bukan main. Gulungan sinar merah bertemu dengan tiga gulungan sinar emas sehingga tampak indah sekali. Akan tetapi dalam keindahan itu terkandung bahaya maut bagi Lee Cin. Biarpun ia sudah menggunakan pedangnya, tetap saja gadis perkasa ini mulai terdesak mundur. Ilmu golok mereka, terutama yang dimiliki Lay Ki Seng, benar-benar tangguh dan berbahaya sekali. Pada saat Lee Cin terdesak oleh gulungan sinar emas dari tiga golok mereka, tiba-tiba terdengar bentakan orang, "Tiga pangcu Kim-to-pang sungguh tidak tahu malu, mengeroyok seorang gadis muda!" Sesosok bayangan berkelebat didahului sinar putih yang terang menyambar ke arah tiga sinar golok itu. "Trang-tranggg.....!" Dua buah golok terpental dan para pengeroyok cepat berlompatan ke belakang lalu memandang siapa orang yang datang menentang mereka itu. Juga Lee Cin melompat ke belakang dan memandang penuh perhatian. Yang datang itu adalah seorang pemuda yang usianya sekitar dua puluh dua tahun. Wajahnya tampan sekali dan sepasang matanya mencorong. Tangan kanannya memegang sebatang suling yang putih seperti perak. Agaknya tadi dia menggunakan suling perak itu untuk menangkis dan membuat terpental dua golok emas. DewiKZ 261 Melihat pemuda itu, Lay Ki Seng menudingkan telunjuk tangan kirinya ke arah muka pemuda itu dan membentak, "Orang she Cia, kebetulan engkau datang mengantarkan nyawa. Mampuslah!" begitu membentak Lay Ki Seng sudah menyerang pemuda itu, dibantu oleh Bong Cui Kiat. Dua orang itu sudah mengeroyok si pemuda sambil menggerakkan golok mereka dengan dahsyat. Akan tetapi pemuda itu dengan sikap tenang sekali menggerakkan suling peraknya menangkis lalu balas menyerang. Tiraikasih Website Lee Cin yang melihat betapa Bong Cui An, orang ke tiga yang kurus tinggi itu hendak maju mengeroyok pula, sudah menghadang dengan pedangnya dan berkata, "Tidak malukah kalian, selalu melakukan pengeroyokan!" DewiKZ 262 Melihat gadis itu menghadangnya, Bong Cui An menyerang dengan goloknya. Golok itu menyambar dari atas kepala Lee Cin, akan tetapi dengan mudah Lee Cin mengelak dan balas menyerang dengan pedangnya. Tentu saja kini Lee Cin merasa amat ringan kalau harus menghadapi seorang saja dari mereka. Begitu pedangnya bergerak cepat, Bong Cui An sudah terdesak hebat. Belum sarnpai tiga puluh jurus, Pedang Ular Merah di tangan Lee Gin sudah melukai lengan kanan lawan sehingga terpaksa Bong Cui An melepaskan goloknya, lalu membalikkan tubuh dan melarikan diri! Lee Cin yang tidak mempunyai persoalan dengan mereka, tidak mengejar dan membiarkan orang itu melarikan diri. Kini Lee Cin menonton pertandingan antara pemuda bersuling perak yang dikeroyok oleh dua orang itu dan ia menjadi kagum. Suling perak yang panjangnya selengan itu dimainkan seperti sebatang pedang, akan tetapi juga dapat menotok jalan darah. Gerakan pemuda itu sedemikian ringan dan cepatnya sehingga kedua orang lawannya mulai terdesak mundur. Karena tahu bahwa pemuda itu tidak akan kalah dikeroyok dua, maka Lee Cin menyimpan pedangnya dan hanya menonton saja, diam-diam mempelajari gerakan suling pemuda itu. Pemuda itu adalah seorang she Cia, berarti dia seorang anggauta keluarga Cia yang sedang diselidikinya. Apakah pemuda ini yang dulu memakai kedok hitam melukai ayahnya? Diam-diam jantungnya berdebar tegang. Bukan tidak mungkin pemuda ini yang dicarinya, mengingat bahwa ilmu silatnya juga tinggi. Akan tetapi ia tidak boleh menuduh sembarangan, dan harus ia ketahui buktinya. Kalau pemuda itu menggunakan pukulan Tiraikasih Website tapak hitam yang disebut Hek-tok-ciang itu, barangkali ia akan mendapatkan bukti bahwa pemuda itu yang pernah melukai ayahnya. Akan tetapi pemuda itu tidak mempergunakan pukulan tangan kosong, melainkan mendesak kedua orang pengeroyoknya itu dengan totokan-totokan sulingnya. Akhirnya, sebuah tendangan kakinya membuat Lai Ki Seng terhuyung dan totokan suling pada siku kanan Bong Cui Kiat membuat orang ini melepaskan golok emasnya! Kedua orang itu agaknya mengerti bahwa mereka tidak akan menang, apalagi melihat bahwa Bong Cui An sudah melarikan diri, mereka berdua juga melarikan diri tunggang langgang. Pemuda itu hanya tersenyum dan tidak melakukan pengejaran pula. Lee Cin memandang ke arah dua buah golok emas yang tadi dilepaskan oleh Bong Cui An. Agaknya pemuda itu melihat ini dan dia tertawa sambil memungut sebuah golok emas. "Golok ini hanya disepuh emas, Nona. Dalamnya bukan emas!" Setelah berkata demikian, dia menggunakan kedua tangan nya untuk menekuk dan "trakk!" golok itu patah menjadi dua potong dan tam paklah bahwa golok itu terbuat dari baja yang disepuh emas! Hanya golok biasa saja yang tidak ada harganya. Kini mereka saling berhadapan dan dalam waktu singkat keduanya saling mengamati dengan teliti dan keduanya saling mengagumi. Bukan hanya kagum akan kecantikan dan ketampanan mereka, akan tetapi juga kagum akan kelihaian mereka. DewiKZ 263 "Nona, engkau lihai sekali, dapat melawan tiga orang ketua Kim-to-pang itu. Akan tetapi yang membuat aku Tiraikasih Website terheran, mengapa engkau sampai dapat dikeroyok mereka? Apakah Nona mempunyai permusuhan dengan mereka?" Lee Cin menggeleng kepalanya. Ia mendapat kesempatan untuk menyelidiki langsung keadaan keluarga Cia, "Tidak, aku bahkan selamanya baru sekali ini bertemu dengan mereka." "Akan tetapi mengapa Nona bentrok dengan mereka? Sepanjang yang kuketahui, mereka bukan perampok-perampok kecil melainkan ketua dari perkumpulan Kim-to-pang." Lee Cin tersenyum. "Mereka mengira bahwa aku adalah anggauta keluarga Cia, maka aku dikeroyok. Entah mengapa mereka bermusuhan dengan keluarga Cia, dan siapakah keluarga Cia itu?" Pemuda itu mengangkat kedua tangan depan dada untuk memberi hormat dan memperkenalkan diri. "Akulah seorang di antara keluara Cia. Namaku Cia Tin Siong. Kalau boleh aku mengetahui namamu, Nona?" Lee Cin berpikir. Ia sedang menyelidiki keluarga Cia. Kalau ia memperkenalkan nama marga ayahnya, yaitu she marga Souw, tentu akan membuat keluarga itu bercuriga dan menghubungkan nama keluarganya dengan nama ayahnya. Maka ia lalu menggunakan nama keluarga ibunya, yaitu she Bu. "Aku bernama Bu Lee Cin dan kebetulan saja aku melakukan perjalanan lewat di sini. Kalau Kim-to-pang memusuhi keluarga Cia, tenth ada sesuatu, yang pernah dilakukan keluarga itu yang tidak menyenangkan hati Kim-to-pang." DewiKZ 264 Cia Tin Siong tertawa lirih. "Hemm, tentu saja ada sebabnya. Keluarga kami adalah keluarga para pendekar dan Kim-to-pang adalah perkumpulan penjahat. Tentu saja di antara kami sering terjadi bentrokan bahkan beberapa Tiraikasih Website kali aku pernah menentang anak buah mereka yang melakukan pemerasan terhadap orang-orang dusun. Engkau disangka anggauta keluarga kami? Ah, betapa akan bangga rasa hati kami kalau mempunyai anggauta keluarga sepertimu, Nona Bu." Walaupun ucapan ini dikeluarkan dengan nada sopan, namun mengandung arti yang dalam. Ia adalah orang luar dan seorang gadis. Untuk menjadi anggauta keluarga Cia tidak ada lain jalan kecuali kalau ia menjadi mantu keluarga itu! "Aku juga kagum terhadap keluarga Cia yang dimusuhi perkumpulan penjahat dan ingin sekali berkenalan dengan anggauta keluarga Cia, kalau mungkin." Tin Siong membelalakkan matanya. "Benarkah, Nona Bu? Ah, kami akan menerima dengan tangan dan hati terbuka. Marilah, kuantarkan Nona mengunjungi tempat tinggal kami dan kuperkenalkan dengan keluarga besar kami." "Di manakah tempatnya?" Lee Cin berpura-pura. "Tidak jauh dari sini, sebelum sore kita sudah akan dapat tiba di sana, kami tinggal di kota Hui-cu di kaki bukit ini sebelah utara. Marilah, Nona, selagi siang agar kita tidak kemalaman tiba di sana dan sebelumnya aku menghaturkan terima kasih atas kehormatan yang Nona berikan kepada keluarga kami." Sikap dan ucapan yang sopan dan lembut ini semakin menarik hati Lee Cin. Seorang pemuda yang tampan, lembut, sopan serta memiliki ilmu silat yang tinggi, dan dari keluarga pendekar pula! DewiKZ 265 Mereka melakukan perjalanan cepat. Agaknya Cia Tin Siong ingin menguji ginkang ilmu meringankan tubuh Lee Tiraikasih Website Cin. Dia berlari cepat sekali dan hal ini dianggap kebetulan bagi Lee Cin yang juga mempunyai keinginan yang sama, yaitu menguji ilmu berlari cepat pemuda itu. Tanpa bersepakat lebih dulu dan dengan diam-diam, kedua orang itu berlari cepat seakan berlumba! Lee Cin melihat betapa pemuda itu selalu dapat mengimbangi kecepatan larinya dan ia menjadi semakin kagum. Demikian pula Tin Siong, melihat kecepatan berlari Lee Cin, dia menjadi kagum sekali. Tak lama kemudian mereka telah melewati Bukit Lo-sian dan tiba di kaki bukit sebelah utara, di mana terdapat sebuah kota yang sejuk dan tidak begitu ramai, akan tetapi tampak rakyatnya hidup tenteram dan tenang. Di mana-mana tampak wajah orang yang penuh senyum sehingga menyenangkan hati Lee Cin. Keluarga Cia itu tinggal di sebuah gedung besar sekali yang berada di ujung kota. Rumah itu kelihatan kuno dan angker, akan tetapi catnya agaknya diperbarui sehingga nampak cerah. Di sekelilingnya terdapat taman bunga dengan bunga yang sedang berkembang beraneka warna dan taman ini menambah keceriaan gedung itu. Seorang tukang kebun setengah tua sedang menyabit rumput di halaman depan. Ketika melihat Tin Siong dan Lee Cin, tukang kebun itu bangkit berdiri dan membungkuk dengan hormatnya kepada Tin Siong. "Selamat sore, Toa-kongcu Tuan Muda Terbesar!" Tin Siong hanya mengangguk saja sambil lalu dan menoleh kepada Lee Cin sambil berkata, "Kita sudah sampai ke rumah kami." Mereka menghampiri rumah itu dan setelah tiba di serambi depan di mana terdapat meja dan bangku pemuda itu berkata dengan senyum ramah, DewiKZ 266 "Silakan tunggu sebentar, Nona Bu. Aku akan memberitahu tentang kunjunganmu kepada keluarga kami." Tiraikasih Website Lee Cin tersenyum dan mengangguk, dalam hatinya ia merasa beruntung bahwa demikian mudahnya ia dapat berdekatan dengan keluarga ini sehingga ia dapat menyelidikinya. Ia lalu duduk di atas bangku menghadapi taman bunga. Ia mengagumi beberapa ekor kupu-kupu yang beterbangan dari bunga ke bunga mencari madu. Betapa indahnya pemandangan itu, demikian serasi dan cocok dengan keadaan tempat yang tampak tenang dan tenteram itu. Suara banyak kaki membangunkan Lee Cin dari lamunannya. Ketika melihat serombongan orang datang bersama Tin Siong, ia segera bangkit berdiri. Dengan wajah berseri Tin Siong memperkenalkan Lee Cin kepada keluarganya. "Ini adalah Nona Bu Lee Cin seperti yang kuceritakan tadi. Nona Bu, ini adalah ayahku, ibuku, dan kedua orang pamanku!" Lee Cin memberi hormat kepada mereka. Ia melihat betapa ayah pemuda itu seorang yang usianya sebaya dengan ayahnya dan bertubuh tegap, nampak gagah akan tetapi lembut. Ibu pemuda itu pun seorang wanita yang usianya sudah empat puluh tahun lebih, masih nampak cantik dan lemah-lembut. Juga dua orang pamannya itu kelihatan sopan dan lembut. Agaknya keluarga Cia itu merupakan sebuah keluarga yang terpelajar, biarpun pakaian mereka sederhana dan tidak memberi kesan kaya, namun sikap mereka seperti sikap keluarga bangsawan yang terpelajar. DewiKZ 267 "Nona Bu, silakan masuk, mari kita bicara di ruang tamu saja," kata ayah Tin Siong dengan sikap ramah. Yang lain-lain, juga tersenyum ramah sehingga Lee Cin terpaksa bersikap hormat. Ia mengikuti mereka memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dan di situ terdapat sebuah meja Tiraikasih Website besar dan banyak bangku. Lee Cin dipersilakan duduk dan lima orang pihak tuan rumah itu pun duduk mengelilingi meja. "Nona Bu ini seorang gadis yang amat lihai, Ibu," kata Tin Siong kepada ibunya. "Bayangkan saja, seorang diri ia mampu bertahan menghadapi pengeroyokan tiga orang Ketua Kim-to-pang!" Ayah ibu dan kedua paman Tin Siong memandang kepada Lee Cin dengan pandang mata kagum sehingga Lee Cin merasa malu dan cepat berkata, "Kalau tidak datang Cia-kongcu ini, tentu aku sudah celaka." "Ah, aku hanya percaya bahwa mereka akhirnya akan kalah mengeroyokmu, Nona Bu. Harap jangan merendahkan diri. Ayah, Ibu dan para Paman, Nona Bu ini merasa tertarik sekali dengan nama keluarga Cia dan ia menyatakan ingin berkenalan, maka aku mengajaknya singgah di sini." "Engkau masih muda sudah memiliki kepandaian tinggi, sungguh membuat aku kagum sekali, Nona Bu," kata Cia Kun, ayah dari Tin Siong, sambil memandang kagum. "Ah, saya masih banyak belajar, Paman." "Kita sudah berkenalan, engkau dapat dibilang seorang sahabat dari Tin Siong, maka kami harap engkau suka tinggal di sini selama beberapa hari, Nona Bu," kata pula ibu Tin Siong sambil tersenyum ramah. DewiKZ 268 "Terima kasih atas kebaikan hati Paman dan Bibi," kata Lee Cin, menerima tawaran itu. Memang ia hendak menyelidiki, maka penawaran itu sungguh membuat hatinya senang. "Apakah keluarga Cia hanya terdiri dari Paman bertiga, Bibi, dan Saudara Cia Tin Siong?" tanyanya sambil lalu. Tiraikasih Website Cia Kun tersenyum. "Ah, tidak. Masih ada lagi seorang putera kami yang lain bernama Cia Tin Han, adik Tin Siong, dan ibuku yang sudah tua, Nenek Cia yang selalu berada di pondok belakang di tengah taman belakang rumah kami ini." Lee Cin mengangguk-angguk. Hatinya semakin tertarik. Di antara mereka semua, agaknya hanya Tin Siong dan adiknya yang bernama Tin Han itu yang patut dicurigai. Bukankah ayahnya memberitahu bahwa Si Kedok Hitam itu seorang yang masih muda? Ayah dan dua orang paman Tin Siong bukan orang muda, maka mereka tidak perlu dicurigai. Akan tetapi pantaskah kalau ia mencurigai Tin Siong yang tampak begitu lembut dan baik hati? Ia harus berhati-hati, jangan sampai salah tuduh dan membuat permusuhan dengan keluarga yang tampaknya merupakan keluarga terhormat dan baik ini. Akan tetapi masih ada seorang pemuda lagi, yaitu adik Tin Siong yang bernama Tin Han. Siapa tahu kalau-kalau pemuda yang ke dua itu pantas dicurigai. Malam itu Lee Cin dijamu makan kemudian ia diberi sebuah kamar yang letaknya di bagian belakang gedung itu. Sebuah kamar yang mungil dan bersih, dan daun jendelanya menghadap ke taman belakang yang amat luas. Ia memasuki kamar itu dan dari situ ia dapat melihat sebuah pondok yang bercat kuning, nampak mungil dan indah, letaknya di bagian belakang taman. Ia teringat akan cerita tuan rumah tadi. Agaknya di sana tinggal Nenek Cia. Ia sudah dipersilakan mengaso di kamarnya oleh keluarga tuan rumah. DewiKZ 269 Suasana pada malam itu sunyi sekali. Timbul keinginan hati Lee Cin untuk keluar dari kamar dan mulai dengan penyelidikannya. Ia bersukur bahwa kamarnya menghadap taman sehingga kalau ia ketahuan berkeliaran di taman, ia Tiraikasih Website dapat mengatakan bahwa ia jalan-jalan dan mencari hawa sejuk di taman itu. Taman itu memang indah karena dipasangi lampu-lampu teng di sana sini. Agaknya memang sering kali keluarga itu berjalan-jalan di situ pada malam hari maka dipasangi begitu banyak teng lampu gantung. Dengan hati-hati Lee Cin membuka daun jendela kamarnya. Malam belum larut, bahkan baru saja mulai. Dengan perlahan ia meloncat keluar dari jendela, dan menutupkan kembali daun jendela kamarnya dari luar. Ia sudah berdiri di pinggir taman, lalu mengambil jalan kecil yang terdapat di taman itu. Tiba-tiba ia menyelinap di balik sebatang pohon cemara karena mendengar suara orang. Ternyata yang bicara itu adalah empat orang sambil berjalan-jalan di dalam taman. Ketika Lee Cin memperhatikan, ia melihat bahwa dua di antara mereka adalah Cia Hok dan Cia Bhok, kedua paman Tin Siong yang sore tadi ikut menyambutnya. Ia merasa tidak enak kalau sampai ketahuan, maka ia sudah siap-siap untuk mencari alasan kalau mereka itu melihatnya. Akan tetapi agaknya mereka berdua tidak melihatnya karena sedang bercakap-cakap dengan serius sekali kepada dua orang yang baru dilihat Lee Cin sekarang. Yang seorang bertubuh tinggi besar dan bersuara besar dan orang ke dua pendek sekali akan tetapi tubuhnya kekar. Si Cebol itu kalau bicara suaranya terdengar sengau dan asing. Ketika mereka berjalan di bawah lampu, Lee Cin dapat melihat bahwa yang tinggi besar itu berpakaian seperti seorang panglima dan orang cebol itu berpakaian asing dengan pedang panjang agak bongkok tergantung di punggungnya. DewiKZ 270 "Pendapat Nenek Cia memang tepat," kata Si Cebol. "Panglima Un dan Pembesar Ji itu harus lebih dulu disingkirkan dari muka bumi, baru gerakan kita akan Tiraikasih Website berjalan lancar. Hanya sukarnya, kedua orang itu selalu terjaga oleh pengawal-pengawal yang kuat." "Benarkah itu, Tuan Yasuki?" tanya Cia Hok. Melihat nama Yasuki, mudah diduga bahwa orang cebol itu adalah seorang Jepang. "Kalau kurang yakin, tanya saja kepada Phoa-ciangkun Perwira Phoa," jawab Yasuki. Perwira tinggi besar itu mengangguk-angguk. "Keterangan Tuan Yasuki itu memang benar. Semenjak penyerangan yang gagal itu, Un-ciangkun dan Ji-taijin Pembesar Ji selalu dikawal oleh beberapa orang pengawal yang kuat." Kini empat orang itu telah berjalan jauh, sudah hampir sampai ke rumah dan Lee Cin tidak dapat mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut. Ia tidak mengerti apa yang dibicarakan mereka itu, akan tetapi dapat menduga bahwa mereka itu baru saja meninggalkan pondok di belakang gedung yang menjadi tempat tinggal Nenek Cia. Timbul keinginannya untuk menyelidiki Nenek Cia. Setelah empat orang itu memasuki rumah, barulah Lee Cin berani keluar dari tempat persembunyiannya dan melanjutkan berjalan perlahan-lahan mendekati pohon di belakang itu. Tiba-tiba dari depan terlihat sesosok bayangan berkelebat. Cepat sekali gerakan orang itu dan tidak terduga sama sekali oleh Lee Cin sehingga ia tidak keburu bersembunyi dan tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang pemuda. DewiKZ 271 Dalam bayangan yang agak gelap karena sinar lampu tidak tepat menyinari wajah orang itu, Lee Cin mengenalnya sebagai Cia Tin Siong. Maka ia pun segera mengucapkan salam, Tiraikasih Website "Selamat malam, Saudara Tin Siong." "Selamat malam, Nona Bu. Engkau tentu Nona Bu Lee Cin, bukan?" "Ehh?" Lee Cin berseru heran, akan tetapi saat itu Si Pemuda mendekati sehingga wajahnya tersinar lampu dan baru ia melihat bahwa pemuda itu, walaupun mirip Tin Siong, akan tetapi ternyata bukan pemuda itu. Agaknya sedikit lebih muda dan lebih tampan! Pemuda itu memiliki wajah yang jenaka, selalu tersenyum dan matanya bersinar tajam. Akan tetapi mata itu selalu tersenyum pula seperti bibirnya. "Ah, Siong-ko Kakak Siong kiranya sekali ini tidak membual. Nona memang cantik jelita dan lihai, sayang salah mengenal orang. Aku adalah Cia Tin Han, adik dari Siong-ko." Ucapannya yang memuji itu terdengar begitu wajar dan tidak dibuat-dibuat sehingga kedua pipi Lee Cin berubah kemerahan. Untung sinar lampu itu memang sudah kemerahan sehingga merahnya ke dua pipinya tidak tampak. "Maafkan aku yang salah lihat, saudara Cia Tin Han." Lee Cin cepat berkata. Ia adalah seorang gadis pemberani dan cerdik sehingga tidak menjadi gugup oleh kekeliruannya tadi. "Aku sedang menikmati malam indah di taman ini." Ia lebih dulu menjelaskan sebelum ditanya sehingga pertanyaan yang sudah tergantung di bibir pemuda itu tidak jadi dikeluarkan. DewiKZ 272 "Sama saja dengan aku!" Tin Han berkata, tetap bersikap gembira penuh senyum. "Aku pun kesal dalam kamar, mencari udara sejuk di sini dan kebetulan saja bertemu denganmu, Nona Bu. Akan tetapi pertemuan ini membahagiakan hatiku karena dapat berkenalan denganmu." Tiraikasih Website "Kenapa ketika tadi aku diterima keluargamu, engkau tidak berada di sana Saudara Tin Han?" "Wah, tidak enak sekali kalau engkau menyebut aku dengan saudara segala!" "Kalau begitu aku akan menyebut kongcu." "Lebih celaka lagi. Aku paling tidak suka sebutan itu, membayangkan seorang pemuda yang tinggi kedudukannya sebagai bangsawan atau hartawan." "Hemm, kalau begitu aku harus menyebutmu bagaimana?" "Berapa usiamu sekarang?" Lee Cin mengerutkan alisnya, akan tetapi karena pertanyaan itu diajukan dengan spontan dan tidak mengandung rayuan, ia pun menjawab sejujurnya. "Sembilan belas tahun." "Nah, kalau begitu aku lebih tua setahun. Sudah sepatutnya engkau menyebut aku koko kakak." "Tidak bisa!" Lee Cin menjawab cepat sambil tersenyum. "Engkau sendiri menyebutku nona, mana mungkin seorang nona menyebut hambanya dengan koko?" Tin Han terbelalak dan dia pun tertawa. Tawanya lepas bebas dan kalau dia tertawa, wajahnya berubah seperti wajah kanak-kanak, lucu tampaknya. "Ha-ha-ha-ha, engkau pandai dan akulah yang bodoh. Orang yang disebut koko oleh seorang gadis seharusnya menyebut gadis itu moi-moi adik perempuan. Bukankah begitu, Cin-moi?" DewiKZ 273 "Begitu baru benar, Han-ko. Aku heran sekali......" Tiraikasih Website "Apa yang mengherankan hati seorang gadis pandai sepertimu, Cin-moi?" "Wajahmu memang mirip wajah Saudara Tin Siong, akan tetapi engkau berbeda sekali. Engkau begini jenaka dan gembira, sedangkan kakakmu itu......" "Dia memang halus dan lemah lembut. Bukan itu saja. Dia pandai dan juga memiliki ilmu silat yang amat lihai. Sedangkan aku......" "Engkau tentu juga lihai," kata Lee Cin. "Aku? Ha-ha-ha, nenekku tentu akan terpingkal-pingkal mendengar engkau mengatakan aku lihai! Seperti yang seringkali ia katakan, aku seorang pemuda yang bodoh, lemah dan pandainya hanya berkelakar dan tertawa. Kata Nenek, aku seorang penganggur yang hanya menghabiskan uang saja. Mana bisa aku dibandingkan dengan Kakak Cia Tin Siong? Seperti bumi dan langit, aku buminya dan dia langitnya. Eh, ngomong-ngomong, mana sih yang lebih penting dan berguna antara bumi dan langit?" Lee Cin sendiri tertegun mendengar pertanyaan yang aneh itu. Akan tetapi ia menanggapi, dan berpikir-pikir. Mana yang lebih berguna antara bumi dan langit? "Keduanya sama pentingnya. Tanpa bumi kita tidak dapat hidup, dan tanpa langit pun tidak dapat hidup. Bumi tempat kita berpijak dan mendapatkan makanan, dan langit mempunyai matahari dan hujan. Akan tetapi yang lebih dekat dengan manusia adalah bumi." DewiKZ 274 Tin Han memandang Lee Cin dengan sinar mata berseri. "Engkau memang cerdik, Cin-moi. Engkau tahu bahwa yang penting bukan hanya mereka yang berada di atas, akan tetapi yang berada di bawah tidak kalah pentingnya." Tiraikasih Website "Hemm, inilah yang membedakan engkau dengan kakakmu. Dia begitu serius dan lembut pendiam, engkau begini jenaka dan suka bercanda, seolah-olah tidak memikirkan hari depan." "Mengapa manusia harus memikirkan hari depan? Mengharapkan hari depan? Masa depan hanya khayal. Mengapa pula mengenangkan masa lalu? Masa lalu sudah mati, sudah lewat. Bagiku yang terpenting adalah hari ini, saat ini, saat demi saat. Saat ini aku berbahagia, itu saja sudah cukup bagiku!" "Han-ko, engkau bicara tentang bahagia. Apa sih bahagia itu? Aku tidak pernah menemukannya!" Lee Cin terbawa oleh ucapan Tin Han yang nampaknya seperti main-main namun kata-katanya mengandung makna yang dalam. "Apakah bahagia itu?" Tin Han mengerutkan alisnya lalu tertawa, "Ha-ha, bagaimana bahagia itu aku tidak dapat menerangkannya. Kasihan engkau yang tidak pernah merasakan bahagia, Cin-moi, padahal bahagia itu sudah ada pada dirimu, tak pernah meninggalkanmu." "Apa? Bahagia tidak pernah meninggalkan aku? Apa maksudmu? Mengapa aku tidak pernah merasakannya?" tanya Lee Cin terheran-heran. DewiKZ 275 "Dengarkan baik-baik, Cin-moi. Aku sendiri tidak dapat menggambarkan bahagia itu. Bahagia adalah suatu keadaan, bukan perasaan. Seperti juga kesehatan. Kalau engkau sakit, barulah engkau mendambakan kesehatan. Akan tetapi kalau engkau sedang sehat, engkau tidak merasakan itu, tidak dapat menikmatinya. Demikian pula dengan bahagia. Dalam keadaan sengsara karena suatu sebab, engkau mendambakan kebahagiaan. Kalau tidak ada sesuatu yang menyebabkan engkau tidak bahagia, maka engkau tidak lagi membutuhkan bahagia. Mengapa? Karena Tiraikasih Website dalam keadaan itu engkau sudah berbahagia! Hanya saja, seperti juga kesehatan, engkau tidak merasakannya. Mengapa? Karena nafsu! Nafsu selalu menghendaki yang menyenangkan, yang lebih, sehingga dalam keadaan apa pun kita berada, mengejar yang lain lagi, dan demikianlah seterusnya manusia tidak dapat merasakan bahagia sejak lahir sampai mati!" Lee Cin memandang takjub. "Wah, engkau bicara seperti seorang hwesio pendeta Buddhis atau tosu pendeta Toasim saja! Dari mana engkau mendapatkan pelajaran itu semua, Han-ko?" "Bukan pelajaran tentang hidup. Pelajaran hanya boleh dihafalkan belaka dan tanpa penghayatan, pelajaran hanya akan merupakan slogan kosong belaka. Nenek bilang aku harus membuka mata dan waspada melihat segala di sekelilingku dan juga apa yang terjadi di dalam dan di luar diriku. Yang ada hanya pengamatan. Dari pengamatan ini timbul pengertian, lalu penyerahan terhadap kekuasaan mutlak dari. Tuhan Yang Maha Kasih." "Wah, hebat. Kalau begitu, engkau berbahagia dalam hidupmu, Han-ko?" "Aku tidak mengerti dan tidak tahu. Yang kutahu adalah bahwa aku bukan tidak berbahagia. Aku menerima segala sesuatu yang menimpa diriku dengan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena kehendak Tuhan terhadap manusia selalu benar, baik dan sempurna. Dalam pahitnya obat terkandung khasiat yang hebat, bukan? Demikian pula, dalam pengalaman yang kita anggap pahit itu terkandung hikmah yang tidak atau belum kita ketahui." DewiKZ 276 "Ampun! Kalau aku tidak melihat wajahmu, tentu kukira ucapan-ucapan itu keluar dari mulut seorang kakek tua renta yang sudah masak oleh pengalaman hidup." Tiraikasih Website "Ha-ha, Nenek bilang......" "Cukup, Han-ko. Entah apa lagi yang dibilang nenekmu, akan tetapi aku menjadi tertarik sekali untuk mengetahui, rnanusia seperti apakah nenekmu yang kau agung-agungkan itu." "Nenek? Ia seorang manusia yang hebat! Biarpun sudah tua, semangatnya masih seperti orang muda dan kepandaiannya! Wah, semua ilmu yang menjadi pusaka keluarga Cia mengalir darinya." "Kalau begitu, engkau tentu mempelajari banyak ilmu darinya dan ilmu silatmu tentu tinggi sekali." "Siapa bilang? Aku paling tidak suka ilmu silat. llmu silat itu hanya menyusahkan orang lain, kegunaannya hanya merusak, tidak membangun." "Hemm, aku tidak setuju dengan pendapatmu ini, Han-ko. Seperti juga ilmu lain, baik buruk kegunaannya tergantung dari mereka yang menggunakannya. Api itu baik dan bermanfaat, akan tetapi kalau dipergunakan untuk membakar rumah orang lain, ia menjadi alat yang mengerikan dan jahat. Pisau dapur itu berguna sekali sebagai alat dapur yang baik, akan tetapi bagaimana kalau dipergunakan untuk menusuk perut orang? Demikian juga ilmu silat. Kalau dipergunakan untuk membela diri dan menentang orang-orang yang melakukan kejahatan maka ia merupakan ilmu yang baik. Akan tetapi kalau dipergunakan untuk memaksakan kehendak sendiri dan mencelakai orang tentu saja menjadi alat yang jahat." DewiKZ 277 Tin Han bertepuk tangan memuji, "Hebat, engkau masih begini muda sudah memiliki ilmu yang tinggi dan pandangan yang luas. Nenek tentu akan girang sekali untuk mengenalmu." Tiraikasih Website "Aku pun ingin sekali berkenalan dengan nenekmu, Han-ko," kata Lee Cin yang teringat lagi akan tugasnya menyelidiki keluarga Cia. "Mengapa tidak? Kalau begitu, mari sekarang juga kita temui nenekku!" Setelah berkata demikian, Tin Han memegang tangan Lee Cin dan ditariknya gadis itu menuju ke pondok mungil. Lee Cin terkejut sekali akan tetapi merasa betapa tarikan tangan itu wajar saja, seperti dilakukan seorang sahabat baik yang sudah dikenalnya bertahun-tahun, sama sekali tidak mengandung niat kotor. Padahal, baru saja, belum ada sejam ia mengenal Tin Han! Mereka tiba di depan pintu pondok, Tin Han melepaskan tangan Lee Cin dan berteriak, "Nek..... Nenek..... yang baik. Ini aku Tin Han yang datang, hendak memperkenalkan seorang dewi kepada Nenek!" Lee Cin kembali terkejut. Pemuda yang riang jenaka ini agaknya amat akrab dengan neneknya maka dia berani berteriak-teriak seperti itu, seolah neneknya itu seorang sahabat saja. Dari dalam pondok terdengar suara wanita, "Hei, berandal! Pintunya tidak terkunci. Bawa saja dewimu masuk!" Lee Cin merasa mukanya panas karena jengah mendengar nenek itu menyebutnya sebagai dewinya Tin Han! Akan tetapi pemuda itu tertawa dan mendorong daun pintu yang ternyata hanya tertutup tidak terkunci. DewiKZ 278 Dalam pondok itu ada beberapa lampu penerangan sehingga keadaannya terang benderang. Pondok itu hanya mempunyai sebuah kamar dan selebihnya dalam bentuk bengkok merupakan ruangan duduk yang cukup luas. Seorang nenek yang usianya sudah mendekati tujuh puluh tahun duduk di sebuah kursi menghadapi meja besar dan sebatang tongkat dengan kepala berukir kepala naga Tiraikasih Website bersandar di dinding, di sebelahnya. Nenek itu rambutnya sudah putih semua, akan tetapi wajahnya masih segar dan mukanya berseri penuh senyum seperti muka Tin Han. Sepasang mata tua itu masih tajam bersinar ketika mengamati wajah Lee Cin, kemudian terdengar ia berkata, "Berandal, inikah dewimu? Siapakah namamu, Nona muda?" Lee Cin memberi hormat dan tidak marah karena ucapan dewimu itu diucapkan seperti bergurau. "Nama saja Bu Lee Cin, Nek." Ia pun tidak ragu-ragu menyebut nenek seperti yang dilakukan Tin Han. "Nenek yang baik, Nona Bu Lee Cin adalah tamu keluarga kita, ia datang bersama Kakak Tin Siong." Tin Han menjelaskan. "Hemm, engkau datang bersama Tin Siong? Kenapa anak itu tidak memberitahu kepadaku?" "Nek, Adik Lee Cin ini selain cantik jelita juga lihai sekali ilmu silatnya. Siong-ko yang memberi tahu kepadaku," kata pula Tin Han. "Duduklah kalian," kata nenek itu dan Tin Han juga mempersilakan Lee Cin untuk duduk berhadapan dengan Nenek Cia, terhalang meja besar. "Siapakah gurumu, Nona?" "Aih, Nek. Cin-moi ini tidak suka disebut Nona. Sebut saja namanya!" Tin Han mencela neneknya. "Begitukah? Bagus! Nah, Lee Cin, katakan kepadaku siapa nama gurumu, dari gurunya aku dapat menilai kepandaian muridnya." DewiKZ 279 Lee Cin berpikir sejenak. Kalau ia mengaku bahwa gurunya Souw Tek Bun, tentu mereka akan menjadi curiga, Tiraikasih Website yaitu kalau benar seorang anggauta keluarga Cia yang melukai ayahnya. Akan tetapi mereka tidak mempunyai urusan dengan ibu kandungnya, maka ia pun menjawab dengan singkat. "Nama julukan guruku adalah Ang-tok Mo-li." Mendengar disebutnya nama ini, Tin Han tampak biasa saja, akan tetapi Nenek Cin mengerutkan alisnya. "Ang-tok Mo-li? Wah, engkau murid Ang-tok Moli? Kalau begitu tentu ilmu silatmu tinggi sekali, apalagi ilmu pukulan Ang-tok-ciang Tangan Racun Merah!" Lee Cin mendapat kesempatan untuk melepas umpannya. "Ah, tidak berapa hebat, Nek. Tidak sehebat Hek-tok-ciang Tangan Racun Hitam milik keluarga Cia yang amat terkenal di seluruh dunia kang-ouw itu!" "Hem, engkau sudah mendengar pula tentang Hek-tok-ciang? Tentu menarik sekali kalau diadu dengan Ang-tok-ciang. Ingin sekali aku menyaksikan kepandaianmu, Lee Cin. Tin Han, kau......" "Apakah Nenek sudah lupa lagi? Aku bukan Siong-ko, aku hanya pandai main catur, menulis sajak dan meniup suling. Ah, ya, aku melihat engkau membawa suling di ikat pinggangmu, Cin-moi. Boleh aku meminjamnya sebentar untuk dimainkan?" "Nanti saja, Tin Han. Maksudku engkau panggilkan salah seorang pamanmu atau kalau ada Tin Siong ke sini, sekarang juga! Hayo cepat!" Tin Han mengangguk dan dia pun keluar dari pondok itu. Setelah ditinggal sendiri berhadapan dengan nenek itu, Lee Cin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. "Nek, bagaimana pendapatmu tentang Kerajaan sekarang ini?" DewiKZ 280 "Maksudmu?" Tiraikasih Website "Apakah kaisarnya baik dan setujukah Nenek melihat tanah air dijajah bangsa Mancu?" "Kaisar Kian Liong memang seorang kaisar yang baik, akan tetapi bagaimanapun juga dia seorang Mancu, seorang asing yang telah menjajah bangsa dan tanah air kita!" kata nenek itu penuh semangat. "Akan tetapi aku mendengar bahwa banyak tokoh kang-ouw, para pendekar mendukung Kaisar ini," pancing pula Lee Cin. "Itulah yang menjemukan! Percuma saja mereka menyebut diri pendekar kalau mendukung penjajah! Seorang pendekar harus berjiwa patriot, berusaha melepaskan belenggu penjajahan dari tangan bangsa. Kalau tidak begitu, tidak pantas mereka menyebut diri mereka pendekar." Berdebar jantung Lee Cin. Ia sudah mendekati pembukaan rahasia siapa yang melukai ayahnya. Ia memberi umpan terus. "Saya bahkan mendengar bahwa pendekar besar yang bernama Song Thian Lee itu kini bahkan menjadi panglima besar di kota raja, Nek. Bagaimana pendapat nenek tentang orang itu?" DewiKZ 281 Nenek Cia mengepal tinju. "Song Thian Lee menjadi antek penjajah! Sungguh menggemaskan. Dia agaknya belum pernah merasakan kekejaman penjajah. Tidak seperti kami! Suamiku dibantai orang Mancu, juga tiga orang di antara anak-anakku. Aku hidup menderita sejak muda, baru setelah anak-anakku menjadi besar hidupku agak lumayan. Akan tetapi sakit hati ini tidak pernah habis sebelum pemerintah penjajah terjungkal dan tanah air kembali kepada bangsa kita!" Tiraikasih Website Bagus, pikir Lee Cin. Ia merasa semakin mendekati kenyataan dan penemuan Si Kedok Hitam yang ia hampir yakini tentu berada di dalam keluarga ini. "Bagaimana pendapat Nenek tentang Bengcu Souw Tek Bun? Dia adalah seorang gagah perkasa, seorang pendekar sejati yang terpilih menjadi bengcu, bukan?" Pada saat itu terdengar suara Tin Han. "Mari, Paman Hok, Nenek yang memanggilmu. Hayo cepat, khawatir Nenek menjadi tidak sabar lagi dan aku yang akan kena damprat nanti karena lama mengundangmu." Mendengar suara Tin Han, Nenek Cia tidak menjawab pertanyaan Lee Cin yang terakhir tadi. Ia tersenyum lebar. "Nah, itu Si Berandal datang bersama Cia Hok, puteraku yang ke dua." Lee Cin menjadi kecewa akan tetapi ia menelan saja perasaan itu dan memandang ke arah pintu pondok. Pintu terbuka dan muncullah Tin Han bersama Cia Hok yang ikut menyambutnya ketika pertama kali ia datang. "Ibu memanggilku?" tanya Cia Hok setelah dipersilakan duduk. "Begini, Hok. Aku ingin engkau bermain silat sebentar untuk menguji kepandaian Lee Cin ini. Ia adalah murid Ang-tok Mo-li maka aku ingin melihat kepandaiannya, terutama pukulan Ang-tok-ciang. Kau boleh menggunakan Hek-tok-ciang, akan tetapi bukan untuk mencederai, melainkan hanya untuk menguji kekuatan pukulannya." Agaknya Cia Hok sudah biasa menerima perintah dari ibunya dan sedikit pun dia tidak berani membantah. Dia memandang kepada Lee Cin dan bangkit berdiri dari kursinya. DewiKZ 282 "Mari silakan, Nona Bu." Tiraikasih Website Lee Cin memandang ragu. "Aku..... aku tidak ingin melukai orang. Dalam pertandingan, betapapun hati-hati kita, tentu kemungkinan untuk terluka besar sekali. Aku sebagai tamu sungguh tidak pantas untuk melukai tuan rumah." "Ha-ha. jangan khawatir, Cin-moi. Engkau tidak akan dapat melukainya. Paman Cia Hok ini ilmu silatnya hebat, hanya ayahku dan kakakku saja yang mampu mengalahkannya. Dan engkau juga jangan takut, Paman Hok tentu tidak akan mau melukaimu," kata Tin Han. Ucapan pemuda itu membuat Lee Cin kehabisan akal untuk menolak uji ilmu itu karena pemuda itu meniadakan segala macam kekhawatirannya! Terpaksa ia bangkit berdiri dan menjura kepada Nenek Cia. "Harap Nenek tidak menertawakan ilmuku yaeg dangkal." "Sudahlah jangan merendahkan diri lagi, Cin-moi. Aku pun ingin sekali melihat apakah engkau juga mampu mengatasi Paman Hok. Kalau menurut cerita Kakak Siong, engkau tentu akan dapat menangkan pertandingan ini." "Tin Han, jangan cerewet engkau! Lebih baik singkirkan kursi-kursi itu untuk memberi ruangan yang lebih luas untuk Lee Cin dan pamanmu," bentak Nenek Cia sambil melotot dibuat-buat kepada cucunya. -oo0dw0oo- Jilid 09 DewiKZ 283 TIN HAN cepat menyingkirkan kursi-kursi sehingga ruangan yang tersisa kini cukup luas untuk dipakai mengadu ilmu silat. Melihat ia tidak dapat menghindarkan diri lagi dari pi-bu adu silat in, Lee Cin lalu melangkah ke tengah ruangan yang kosong lalu menghadapi Cia Hok. Tiraikasih Website "Silakan, Paman," katanya lembut. "Aku adalah pihak tuan rumah dan engkau tamu, engkaulah yang mulal menyerang dulu, Nona Bu," kata Cia Hok yang juga sudah memasang kuda-kuda yang kokoh. "Ayo, mulai saja, Cin-moi dan jangan sungkan-sungkan!" Tin Han berteriak gembira. Lee Cin merasa dongkol juga. Pemuda itu agaknya condong untuk mengadu dia dengan keluarganya sedangkan ia enak-enak menikmati tontonan adu silat! Ia pun terpaksa melayani keinginan nenek itu demi berhasilnya penyelidikannya. "Awas serangan!" bentaknya dan ia pun mulai dengan serangannya. Tangan kanannya menyambar ke arah muka lawan sedangkan tangan kirinya mengikuti dengan cengkeraman ke arah dada. Sebuah jurus serangan yang cukup hebat sehingga Tin Han mengeluarkan seruan kagum. DewiKZ 284 Cia Hok juga mengenal serangan berbahaya, maka dia melompat ke belakang untuk menghindarkan dua serangan itu dan ketika kaki depannya maju lagi, kaki kirinya mencuat mengirim tendangan ke arah lutut kanan Lee Cin. Namun Lee Cin yang tidak berani memandang rendah lawannya, dengan mudah sudah mengalihkan kakinya dan membalas dengan serangan yang lebih cepat dan kuat lagi. Ia sengaja memainkan ilmu silat tangan kosong yang ia pelajari dari Ang-tok Mo-li, yaitu Koai-liong-kun Silat Naga Siluman. Gerakannya cepat dan amat kuat, bergelombang seperti terbangnya seekor naga. Gerakan silat Koai-liong-kun ini memang indah walaupun amat bengis, dan Lee Cin yang sudah menguasainya dengan baik, dapat bergerak cepat dan indah seperti seorang dewi menari-nari! Cia Hok terkejut melihat ilmu silat yang baginya aneh itu, maka untuk mengimbangi, ia pun memainkan ilmu silat Tiraikasih Website tangan kosong keluarga Cia. Terjadilah pertandingan yang amat seru. Tin Han berkali-kali bertepuk tangan dan berseru memuji, "Hebat sekali! Wah, awas, Paman Hok!" Dia benar-benar bergembira sekali seperti seorang kanak-kanak nonton pertandingan antara dua ayam jantan, dan dari nadanya dia menjagoi Lee Cin! Kalau saja Lee Cin menggunakan ilmunya dengan maksud untuk merobohkan, tentu ia dapat merobohkan lawannya. Akan tetapi ia tidak mau melakukan ini, maka pertandingan itu berjalan seru dan seimbang. "Lee Cin, keluarkan ilmu simpananmu Ang-tok-ciang!" terdengar Nenek Cia berseru karena ia ingin sekali melihat ilmu pukulan ampuh itu. "Harus dilawan dengan Hek-tok-ciang!" jawab Lee Cin sambil menangkis pukulan lawan dengan pengerahan tenaga sehingga tubuh Cia Hok terpental ke belakang. "Cia Hok, keluarkan Hek-tok-ciang!" kata Nenek Cia kepada puteranya. Cia Hok meloncat ke depan dan menyerang lagi, sekali ini dia menggunakan jari tangannya untuk menampar ke arah pundak Lee Cin dengan ilmu pukulan Hek-tok-ciang, Lee Cin melihat lengan terbuka itu menampar pundaknya dan tapak tangan itu berubah hitam, sengaja menyambut tamparan itu dengan pundaknya untuk melihat apakah pukulan itu sama dengan pukulan yang diterima ayahnya, dan pada saat yang sama jari telunjuk tangan kirinya menotok pundak lawan dengan It-yang-ci. DewiKZ 285 "Plakk..... tukkk!!" Lee Cin terhuyung ke belakang, akan tetapi Cia Hok sendiri berhenti tidak mampu bergerak dengan tubuh kaku! Melihat ini, Cia Tin Han lari menghampiri Lee Cin dan bertanya dengan khawatir, Tiraikasih Website "Cin-moi, engkau tidak apa-apa?" Lee Cin menggeleng kepala dan memeriksa pundaknya. Memang ada tapak tangan hitam di pundaknya, akan tetapi racun itu baginya bukan apa-apa dan sama sekali tidak mempengaruhi tubuhnya yang sudah kebal racun. Tapak tangan hitam itu memang hebat, kalau orang lain yang terkena pukulan itu tentu akan terluka dalam. Akan tetapi sama sekali tidak seperti luka yang diderita ayahnya, walaupun tandanya serupa. Mungkin yang memukul ayahnya memiliki sinkang yang lebih kuat. Sementara itu, dengan satu loncatan yang ringan dan cepat sekali. Nenek Cia sudah tiba dekat puteranya dan dengan beberapa kali totokan ia membebaskan Cia Hok dari keadaan kaku tak dapat bergerak tadi. Ia merasa lega melihat puteranya tidak terluka dan melihat Lee Cin sama sekali tidak terpengaruh oleh pukulan Hek-tok-ciang biarpun dilakukan setengah tenaga oleh Cia Hok, nenek itu terbelalak kagum. "Lee -Cin, engkau murid Ang-tok Mo-li bagaimana dapat melakukan serangan dengan It-yang-ci? Tokoh mana dari Siauw-lim-pai yang menjadi gurumu?" "In Kong Thaisu yang mengajarkan kepadaku," jawab Lee Cin. "Ah, engkau mempunyai guru Ang-tok Mo-li dan In Kong Thaisu? Pantas saja engkau demikian lihai. Coba kulihat, bagaimana dengan pundakmu yang terpukul Cia Hok?" Nenek itu menghampiri dan melihat dari dekat, menyingkapkan baju di bagian pundak dan melihat betapa kulit pundak yang putih mulus itu ada tanda tapak jari hitam, akan tetapi gadis itu tidak merasakan apa-apa! DewiKZ 286 "Engkau tidak merasa nyeri?" tanyanya. Tiraikasih Website "Tidak," jawab Lee Cin sambil menggeleng kepala. "Hebat, engkau sungguh hebat. Bahkan Hek-tok-ciang tidak mampu melukaimu. Dan engkau sama sekali belum mengeluarkan Ang-tok-ciang. Tentu saja Cia Hok kalah olehmu." "Ha-ha-ha, apa yang kukukatakan, Nek. Adik Bu Lee Cin adalah seorang dewi yang cantik jelita dan gagah perkasa. Menurut penuturan Siong-ko, Cin-moi ini bahkan dapat melawan pengeroyokan ketiga pangcu dari Kim-to-pang." Nenek Cia mengerutkan alisnya. "Hebat! Aku jadi ingin sekali menguji ilmu silatmu dengan senjata. Marilah layani aku sebentar, Lee Cin!" kata Nenek Cia sambil menyambar tongkat kepala naganya. "Ah, Nek, aku tidak berani," kata Lee Cin yang kini menjadi ragu apakah yang melukai ayahnya itu keluarga Cia atau bukan. Tapak tangan hitam itu sama, akan tetapi ayahnya keracunan hebat dan jalan darahnya menjadi kacau, sedangkan pukulan Cia Hok tadi tidak begitu hebat. Apakah karena Cia Hok tidak memukul dengan sepenuh tenaga, atau ada lain anggauta yang lebih lihai darinya? Agaknya Tin Siong lebh lihai, juga Cia Hok tentu bukan penyerang ayahnya karena dia sudah setengah tua sedangkan Tin Siong masih muda sesuai dengan keterangan ayahnya tentang Si Kedok Hitam. DewiKZ 287 Akan tetapi agaknya Nenek Cia keras hati dan belum puas kalau keinginannya tidak dituruti. "Marilah, Lee Cin. Perkenalan di antara kita belum akrab benar kalau kita belum mengukur kepandaian masing-masing. Tongkatku tidak akan melukaimu, jangan khawatir." Tiraikasih Website "Cin-moi, jangan sungkan-sungkan. Watak nenek memang begitu, kalau ada sahabat baru, selalu ia ingin menguji kepandaiannya," seru Tin Han dengan gembira. "Akan tetapi, Nek. Aku tidak melihat Cin-moi bersenjata, biar kuambilkan sebuah senjata untuknya. Engkau menghendaki senjata apa, Cin-moi? Pedang, golok atau yang lain?" "Anak bodoh dan tolol! Ia sudah mempunyai sebuah senjata yang ampuh! Lihat di pinggangnya itu, yang mengkilap merah itu adalah sebatang pedang tipis yang ampuh!" seru Nenek Cia. Lee Cin kagum akan ketajaman pandangan nenek itu, dan karena didesak, ia pun terpaksa mencabut pedang Ang-coa-kiam dari pinggangnya. Tampak sinar merah berkelebatan ketika gadis itu mencabut pedang. Tin Han bertepuk tangan memuji, "Wah, hebat bukan main pedangmu itu, Cin-moi! Tentu pedang itu tajam dan ampuh sekali. Hati-hati, Cin-moi, jangan sampai engkau melukai Nenek!" Lee Cin tersenyum. "Aku tidak akan melukainya, Han-ko, harap jangan khawatir!" Lee Cin ingin menyenangkan hati Nenek Cia yang dia harapkan masih akan suka memberi tanggapan dan pendapatnya tentang diri ayahnya sehingga akan lebih membuka rahasia Si Kedok Hitam. Ia berdiri sambil melintangkan Pedang Ular Merah di depan dada, miringkan tangan kiri sebagai penghormatan dan berkata, "Silakan mulai, Nek!" DewiKZ 288 Nenek Cia tidak sungkan seperti Cia Hok, setelah melihat Lee Cin siap dan mempersilakan ia maju, ia melangkah maju lalu berkata dengan tegas, "Sambutlah seranganku ini!" Tongkatnya menyambar dan mengeluarkan angin bercuitan, menyerang ke arah kepala Tiraikasih Website Lee Cin. Gadis itu maklum akan dahsyatnya serangan, secepat kilat mengelak dan melangkah maju, pedangnya berubah menjadi sinar keemasan menusuk ke arah dada Nenek Cia. Nenek itu menggoyangkan tongkatnya sehingga menangkis dan bertemu dengan pedang Ang-coa-kiam. "Tranggg......!" Bunga api berpijar dan Lee Cin mendapat kenyataan betapa kuatnya nenek yang usianya sudah lanjut itu. Tangkisan tongkat kepala naga membuat tangan kanannya tergetar hebat. Akan tetapi hal ini tidak membuat ia gentar, pedangnya sudah diputarnya bergulung-gulung, menjadi segulung sinar keemasan yang menyambar-nyambar dengan dahsyatnya. "Kiam-hoat ilmu pedang bagus!" seru nenek itu dan ia pun terpaksa mengikuti kecepatan gerakan lawan dan memutar tongkat melindungi dirinya sambil mencari lubang dan kesempatan untuk balas menyerang. Terjadi pertandingan yang, lebih menarik daripada tadi. Sinar pedang emas dan sinar tongkat kehitaman bergulung saling desak. Kalau dalam hal tenaga sinkang mungkin nenek itu lebih kuat dibandingkan Lee Cin, namun dalam hal kecepatan gerakan, nenek itu kalah jauh. Hal ini membuat nenek itu kewalahan, karena gerakan Lee Gin semakin cepat sehingga ia menjadi terdesak terus. DewiKZ 289 Agaknya Cia Tin Han tidak dapat mengikuti gerakan senjata mereka dan yang tampak hanya segulungan sinar emas dan hitam saling desak, dan ini merupakan pemandangan yang indah sekali. "Bagus, bagus sekali! Cin-moi, kiam-hoatmu bagus dan indah!" Pemuda itu berseru memuji dan bertepuk tangan sementara itu Cia Hok memandang dengan alis berkerut karena dia dapat melihat betapa ibunya terdesak hebat! Tiraikasih Website Lee Cin memang berusaha untuk mendatangkar kesan di hati nenek itu tanpa menyinggungnya, maka ketika mendapat kesempatan, Pedang Ular Merah berkelebat cepat dan ujung lengan baju kiri nenek itu telah terbabat dan terpotong sedikit. Lee Cin meloncat jauh ke belakang dan mengangkat kedua tangan memberi hormat. "Nenek telah banyak mengalah, terima kasih!" Nenek Cia memandang ujung lengan bajunya dan ia mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Hebat memang Ang-coa-kiamsut dari Ang-tok Mo-li! Pedang itu tentu yang disebut Ang-coa-kiam, bukan?" "Pengetahuan Nenek luas sekali," kata Lee Cin sungguh-sungguh. "Tentu saja. Nenek memiliki banyak sekali pengalaman di dunia kang-ouw. Engkau telah mampu menandingi tongkat Nenek, sungguh kepandaianmu hebat sekali, Cin-moi." "Ah, kalau Nenek bertanding sungguh-sungguh, akan sukarlah bagiku untuk menandinginya," jawab Lee Cin. "Cia Hok, engkau boleh pergi, aku masih ingin berbincang-bincang dengan Lee Cin. Engkau boleh duduk mendengarkan, Berandal!" Cia Hok memberi hormat lalu pergi dari situ meninggalkan Nenek Cia bertiga dengan Tin Han dan Lee Cin. DewiKZ 290 Setelah Cia Hok keluar dari pondok dan menutupkan kembali pintu depan, Lee Cin lalu berkata, "Tadi aku bertanya kepada Nenek yang belum terjawab, yaitu bagaimana pandangan Nenek tentang bengcu dunia kang-ouw yang bernama Souw Tek Bun. Kalau menurut Nenek, bagaimanakah wataknya, apakah dia seorang antek Mancu ataukah bukan?" Tiraikasih Website "Jelas dia antek Mancu! Ketika dia diangkat menjadi bengcu, pengangkatan itu direstui oleh Panglima Mancu, berarti disetujui oleh Kerajaan Mancu. Ini saja membuktikan bahwa dia itu antek Mancu yang ingin menguasai dunia kang-ouw agar lebih mudah diatur menurut kehendak kerajaan penjajah!" "Souw Tek Bun memang seorang pendekar yang telah merangkai sendiri ilmu pedangnya, berdasarkan ilmu silat Kun-lun-pai karena dia memang seorang tokoh Kun-lun-pai. Akan tetapi, karena dia diangkat menjadi bengcu atas pilihan Kaisar Mancu, berarti dia antek Mancu," kata Nenek Cia lagi sambil menoleh kepada cucunya. "Bagaimana pendapatmu, Tin Han? Cucuku Tin Han ini biarpun tidak pandai ilmu silat karena dia tidak pernah mau mempelajarinya, namun dalam hatinya dia seorang patriot sejati." Tin Han menghela napas dan Lee Cin memandang kepadanya dengan penuh perhatian. "Aku harus mengatakan bagaimana? Souw Tek Bun menjadi bengcu kang-ouw, akan tetapi juga diangkat oleh Kerajaan Mancu. Kalau dia memang seorang yang membenci penjajahan, tentu dia tidak mau diangkat menjadi bengcu setelah disetujui oleh Kerajaan Mancu. Dunia orang gagah seyogianya tidak dipengaruhi kerajaan penjajah." Lee Cin mendengarkan penuh perhatian. Ia dapat merasakan betapa dalam ucapan pemuda yang kadang bicara secara ugal-ugalan itu terdapat api semangat yang berkobar, seperti juga nenek itu. DewiKZ 291 Nenek Cia menghela napas panjang. "Memang sekarang ini terjadi perpecahan antara kalangan persilatan, bahkan partai-partai besar bersikap tidak acuh. Ada segolongan pendekar yang seolah mendukung Pemerintah Mancu karena kaisarnya yang dianggap baik, ada pula golongan Tiraikasih Website yang anti penjajah. Terus terang saja, keluarga kami termasuk golongan yang anti penjajah ini, dan kami bersedia mengorbankan segalanya dengan perjuangan bangsa yang ingin terbebas dari belenggu penjajahan." "Sikap keluarga Cia ini berdasarkan dendam karena suami dan dua orang anak Nenek telah binasa oleh Kerajaan Mancu?" Lee Cin bertanya. "Ah, tidak sama sekali!" jawab Nenek Cia. "Lama sebelum suami dan dua orang anakku gugur, kami sekeluarga sudah menjadi patriot-patriot sejati yang menentang penjajah!" Lee Cin teringat akan pengalamannya dua tiga tahun yang lalu, ketika ia bersama Song Thian Lee dan para pendekar lain membantu pasukan kerajaan untuk menumpas gerakan pemberontak Pangeran Tua atau Pangeran Tang Gi Lok yang bergabung dengan tokoh-tokoh sesat dunia kang-ouw dan bersekongkol pula dengan perkumpulan-perkumpulan sesat seperti Pek-lian-pai dan para datuk sesat. Ia juga teringat akan pengalamannya tadi ketika ia berada di taman ia mendengar pembicaraan antara Cia Hok dan Cia Bhok dengan orang asing Jepang bernama Yasuki dan seorang panglima bernama Phoa-ciangkun. Ia menduga bahwa kedua orang itu yang mewakili keluarga Cia agaknya bersekongkol dengan orang Jepang dan dengan panglima yang hendak mengadakan pemberontakan. DewiKZ 292 "Aku pernah mendengar tentang pemberontakan kurang lebih tiga tahun yang lalu, yang dipimpin oleh Pangeran Tang Gi Lok yang bersekutu dengan para datuk sesat di dunia kang-ouw dan dengan perkumpulan seperti Pek-lian-pai, kemudian dihancurkan oleh pasukan pemerintah. Bagaimana pendapat nenek tentang pemberontakan seperti itu?" Tiraikasih Website "Itu bukan perjuangan membebaskan rakyat dari penjajahan!" Tin Han yang menjawab, "Kalau yang memberontak itu seorang pangeran, maka hal itu hanya merupakan perebutan kekuasaan belaka, dan kalau pangeran itu berhasil, dialah yang akan menggantikan menjadi kaisar dan tetap saja rakyat dijajah orang Mancu! Perjuangan rakyat harus murni, berasal dari rakyat yang tidak sudi lebih lama lagi ditindas penjajah Mancu. Para datuk sesat dan penjahat hanya akan merusak perjuangan karena mereka ini bukan berjuang demi rakyat melainkan berjuang untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri." "Kalau begitu, aku yakin bahwa para patriot seperti keluarga Cia tidak sudi bersekongkol dengan bangsa lain atau dengan pihak-pihak yang hendak mencari keuntungan pribadi?" "Tentu saja kami tidak mau!" kata pula Tin Han, akan tetapi Lee Cin melihat nenek itu mengerutkan alisnya. "Lee Cin, agaknya engkau tertarik sekali tentang perjuangan maka menghujani kami dengan pertanyaan-pertanyaan itu! Sebetulnya apa sih maksudmu menanyakan semua itu?" Pertanyaan nenek ini seperti sebuah serangan tiba-tiba yang membuat Lee Cin terkejut. Akan tetapi dengan tenang ia menjawab. "Nek, aku tertarik sekali akan sikap keluarga Cia yang sudah terkenal itu, maka aku menanyakan semua itu." "Dan bagaimana pendapatmu?" Nenek Cia balas bertanya sambil matanya menatap tajam wajah Lee Cin. DewiKZ 293 "Aku setuju sekali pada dasarnya dengan semua pandangan keluarga Cia. Jadi menurut pendapat Nenek, para pendekar yang menjadi antek Mancu harus dibasmi atau dibunuh?" Tiraikasih Website "Setidaknya diberi peringatan dan pelajaran agar dia sadar dan tidak lagi menjadi antek Mancu. Sesungguhnya yang membuat Kerajaan Mancu sekarang ini kuat sekali dan sukar dirobohkan adalah karena banyaknya orang-orang gagah bangsa kita yang suka menjadi antek mereka," jawab Nenek Cia dengan suara pasti dan tegas. Timbul pula kecurigaan di hati Lee Cin, kalau menurut pendapat nenek ini, ayahnya yang dianggap antek Mancu juga perlu mendapat hajaran agar sadar dan tidak lagi mau menjadi antek Mancu? Dan agaknya ayahnya sudah mendapatkan hajaran itu. Akan tetapi siapa yang melakukannya? Kecurigaannya condong kepada Tin Siong yang agaknya memiliki ilmu kepandaian paling tinggi di samping kepandaian Nenek Cia sendiri. "Akan tetapi, Nek. Kalau kita menyerang para pendekar yang mendukung pemerintah Kerajaan Mancu, bukankah itu berarti kita menanam bibit permusuhan dengan para pendekar itu? Kita akan mendapat kesukaran sendiri karenanya." "Kita memberi peringatan dan hajaran kepada mereka secara diam-diam dan jangan sampai menimbulkan permusuhan." "Bagaimana caranya, Nek?" "Tergantung suasana dan keadaan, kenapa engkau seperti orang menyelidiki saja, Lee Cin?" "Maaf, Nek. Aku hanya ingin tahu dan ingin menambah pengalamanku yang dangkal." DewiKZ 294 "Kami harap engkau masih tinggal beberapa lama di sini, Cin-moi, agar engkau boleh puas berbincang-bincang dengan Nenek. Agaknya kalian cocok sekali!" kata Tin Han sambil tertawa. Tiraikasih Website "Besok aku harus melanjutkan perjalananku, Han-ko. Aku tidak mau mengganggu kalian lebih lama lagi." "Mengganggu? Tidak sama sekali, bahkan aku senang andaikata engkau dapat terus tinggal di sini. Engkau seorang gadis yang cerdik dan lihai, engkau tentu akan dapat banyak membantuku." "Aih, Nenek ini ada-ada saja. Tidak mungkin aku tinggal di sini terus," kata Lee Cin tersenyum. "Kenapa tidak mungkin? Kalau engkau menjadi cucu mantuku, tentu engkau akan tinggal di sini terus!" kata nenek itu sambil menoleh kepada Tin Han. Pemuda yang biasanya jenaka dan lincah itu, kini menundukkan mukanya! Lee Cin juga merasa betapa mukanya panas. Sungguh mengherankan, baru bergaul dengan Tin Han selama beberapa jam saja ia sudah merasa menjadi sahabat baik pemuda itu, dan nenek ini juga baru bicara beberapa jam sudah demikian akrab dengannya. Padahal ia sudah bergaul dengan Tin Siong lebih lama lagi akan tetapi ia masih merasa asing dan sungkan kepada pemuda itu, pemuda yang amat halus budi dan sopan-santun. "Sekarang aku harus mengaso karena besok pagi-pagi aku harus berangkat, Nek. Selamat malam dan selamat tidur." Lee Cin bangkit berdiri dan keluar dari pondok diikuti oleh Tin Han. Tin Han mengantar Lee Cin sampai kamarnya. "Sudah malam dan aku sudah mengantuk, Han-ko. Selamat malam." DewiKZ 295 "Selamat malam, Cin-moi. Tidurlah yang nyenyak dan jangan lupa, kalau mimpi bawalah aku dalam mimpimu!" Lee Cin tersenyum malu-malu dan ia merasa heran sendiri, mengapa pemuda itu mengeluarkan kata-kata seberani itu dan ia tidak tersinggung. Mungkin karena ucapan Tin Han Tiraikasih Website itu dilakukan sambil bergurau, seperti gurau antara dua kawan yang sudah lama sekali berkenalan dan akrab. Lee Cin menutupkan daun pintu dan mendengar langkah Tin Han meninggalkan kamarnya. Akan tetapi ketika ia mendengar langkah lain ia cepat menghampiri daun pintu dan mengerahkan pendengarannya untuk mendengar apa yang terjadi di luar kamarnya. "Awas, kau Han-te! Kalau engkau berani mengganggunya, awas kau!" Lee Cin mengenal suara bisikan itu. Suara Cia Tin Siong yang biasanya lembut kini terdengar marah penuh ancaman. "Aih, aih, Siong-ko ini kenapa sih? Tiada hujan tiada angin gunturnya menyambar-nyambar!" jawab Tin Han, juga berbisik, akan tetapi masih jenaka seperti biasanya. "Gila kau, jangan main-main. Ia milikku, tahu? Aku yang menemukannya lebih dulu!" Setelah begitu terdengar langkah kaki menjauh. DewiKZ 296 Lee Cin berdiri termenung, lalu perlahan ia menghampiri pembaringan dan merebahkan diri, masih termenung. Ia terkesan sekali dengan percakapan di luar kamarnya tadi. Ia dapat mengerti dengan mudah betapa Tin Siong merasa cemburu kepada Tin Han yang memang lebih akrab dengannnya, bahkan memanggil adik dan kakak. Padahal dengan Tin Siong ia masih memanggil saudara dan dipanggil Nona Bu. Tin Siong memperingatkan agar Tin Han tidak mengganggunya, berarti tentu agar jangan mendekatinya. Tin Siong menganggap ia miliknya karena dia yang mengenalnya lebih dulu, bahkan yang membawanya ke tempat tinggal keluarga mereka. Sikap Tin Siong seperti ini sungguh di luar dugaannya. Tin Siong yang begitu lembut, begitu sopan, ternyata mempunyai niat buruk terhadap dirinya! Hal ini membuat ia semakin tidak Tiraikasih Website enak untuk tinggal lebih lama di tempat itu. Ia mengambil keputusan untuk besok pagi-pagi berpamit dan meninggalkan tempat itu. Akan tetapi kecurigaannya terhadap Tin Siong makin besar. Agaknya, kalau benar anggauta keluarga Cia yang telah melukai ayahnyaa, maka Tin Sionglah orangnya. Malam itu Lee Cin sukar untuk pulas. Ia gelisah mengenangkan kembali apa yang telah dialaminya di rumah keluarga Cia. Semua begitu rahasia. Percakapan antara kedua paman dengan orang Jepang dan perwira itu. Perbedaan sikap yang mencolok sekali antara Tin Siong dan Tin Han. Kemudian Nenek Cia yang aneh itu. Ia bahkan menaruh curiga bahwa kekalahan nenek itu darinya memang sengaja. Serangan pedangnya yang membabat putus ujung lengan baju nenek itu terlalu mudah, padahal sebelumnya ia merasakan sendiri betapa lihainya tongkat Nenek Cia. Andaikata ia dapat menang melawan nenek itu pun pasti tidak akan terjadi secepat itu. Agaknya nenek itu memberi muka kepadanya dan sengaja mengalah. Akan tetapi untuk apa ia melakukan hal itu? Dengan hati mengandung penuh pertanyaan dan keraguan ini akhirnya Lee Cin dapat pulas juga. oood0wooo "Kenapa engkau tergesa-gesa hendak pergi dari sini, Bu-siocia?" tanya Cia Kun ketika Lee Cin pada keesokan harinya, pagi-pagi berpamit darinya. Isterinya juga menahan. "Tinggallah beberapa lama lagi di sini," kata Nyonya Cia Kun. DewiKZ 297 "Terima kasih atas kebaikan Paman dan Bibi, akan tetapi aku masih mempunyai banyak sekali urusan yang harus Tiraikasih Website kuselesaikan, maka terpaksa aku harus pergi hari ini. Maafkan aku." Lee Cin berkeras. "Nona Bu, aku sungguh mengharapkan agar engkau suka tinggal beberapa hari lagi di sini, kami semua mengharapkan begitu," kata pula Tin Siong yang berada di ruangan itu. Suaranya tetap lembut dan sikapnya sopan, akan tetapi sepasang matanya memandang Lee Cin dengan penuh harapan. "Tidak bisa, Saudara Tin Siong. Aku harus pergi hari ini dan banyak terima kasih atas kebaikanmu dan semua keluargamu yang telah menerimaku sebagai seorang tamu dan sahabat." "Hem, kalau Nona bersikeras dan masih banyak urusan yang harus diselesaikan, terpaksa kami tidak dapat menahanmu. Perkenankan kami memberi seekor kuda yang baik untukmu, agar engkau dapat melakukan perjalanan dengan cepat dan tidak melelahkan." "Terima kasih, Paman, akan tetapi aku sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan jalan kaki. Aku tidak biasa menunggang kuda." Lee Cin memberi alasan untuk menolak. Cia Kun menghela napas. "Baiklah, kalau begitu kami menghaturkan selamat jalan." "Selamat jalan, Nona Bu," kata Nyonya Cia Kun. Lee Cin mengangkat kedua tangan ke depan dada memberi hormat kepada suami isteri Cia Kun, kemudian ia menalikan buntalan pakaiannya di punggung dan berkata, "Aku hendak berpamit kepada Nenek Cia lebih dulu." DewiKZ 298 "Mari kuantarkan, Nona Bu," kata Tin Siong. Tiraikasih Website "Tidak usah, Saudara Tin Siong. Aku sudah mengenal Nenek Cia dengan baik dan tahu jalan menuju pondoknya. Selamat tinggal!" Lee Cin lalu keluar dari ruangan itu, masuk ke taman dan melangkah cepat ke arah pondok Nenek Cia. Pondok itu tampak sunyi saja. Apakah Nenek Cia belum bangun dari tidurnya? Selagi ia berdiri depan pintu pondok dengan ragu, terdengar suara riang dari samping pondok, "Selamat pagi, Cin-moi! Wah, pagi-pagi benar engkau sudah berkunjung kepada Nenek. Apakah ada keperluan yang amat penting?" "Tidak, Han-ko. Aku hanya ingin berpamit dari Nenek Cia. Aku harus pergi melanjutkan perjalananku pagi hari ini." "Ah, engkau hendak pergi sekarang? Habis, aku bagaimana, Cin-moi?" "Apanya yang engkau bagaimana, Han-ko?" tanya Lee Cin sambil menatap wajah itu penuh selidik. Kalau pemuda itu hendak merayunya, tentu ia akan mendampratnya. Akan tetapi Tin Han tidak merayu, melainkan berkata dengan serius, "Kalau engkau pergi begini terburu-buru, bagaimana dengan aku? Aku telah mendapatkan seorang sahabat yang amat menyenangkan dan akrab, dan tiba-tiba saja engkau pergi begitu saja, hanya tinggal di sini selama sehari? Aku akan kehilangan engkau, Cin-moi." "Aku masih mempunyai banyak urusan yang harus kuselesaikan, Han-ko. Maka, aku tidak dapat tinggal lama-lama di sini. Maaf, aku hendak berpamit dari Nenek Cia." DewiKZ 299 Tin Han mengetuk pintu pondok itu. "Nek, Nenek, aku datang bersama Cin-moi!" Tiraikasih Website "Anak berandal, engkau baru saja keluar dari sini, sekarang ada apa lagi ribut-ribut? Masuk saja, pintunya tidak terkunci." Tin Han mendorong daun pintu itu dan masuk bersama Lee Cin. Ketika melihat Lee Cin, nenek yang sudah duduk di atas kursinya itu kelihatan heran. "Lee Cin, sepagi ini engkau sudah berkunjung? Duduklah!" "Terima kasih, Nek. Aku datang hanya untuk berpamit. Aku terpaksa harus pergi pagi ini karena masih banyak persoalan yang harus kuselesaikan." Nenek itu membelalakkan matanya. "Engkau hendak pergi sekarang? Kukira..... kuharap, engkau akan lebih lama tinggal di sini, sukur kalau untuk seterusnya menjadi anggauta keluarga kami. Lee Cin, berapa usiamu tahun ini?" Ditanya begitu, Lee Cin menjadi gelagapan, akan tetapi karena yang bertanya seorang nenek, ia menjawab juga, "Sembilan belas tahun lewat, Nek!" "Bagus! Aku baru saja mendengar bahwa Tin Siong amat menyukaimu, dan kalau engkau setuju......" "Wah, Nek. Tidak enak membicarakan hal itu dengan Cin-moi!" kata Tin Han mencela. Lee Cin merasa tidak enak sekali dan dengan bersukur ia memandang kepada Tin Han yang menolongnya dari pertanyaan yang membuatnya amat jengah itu. DewiKZ 300 "Terima kasih atas segala kebaikanmu, Nek. Akan tetapi aku harus pergi sekarang juga, memenuhi tugas yang harus kulaksanakan. Selamat tinggal, Nek dan sekali lagi terima Tiraikasih Website kasih atas segalanya." Ia mengangkat kedua tangan depan dada untuk memberi hormat. Nenek itu mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas lantai dan menghela napas panjang. "Sungguh sayang sekali. Kalau saja aku bisa mendapatkan seorang seperti engkau yang membantuku, akan senanglah rasa hatiku. Akan tetapi karena engkau harus melaksanakan tugas, apa boleh buat, hati-hati dalam perjalananmu, Lee Cin, dan kalau engkau kebetulan lewat di daerah ini, jangan lupa singgah ke sini." "Baik, Nek. Selamat berpisah dan selamat tinggal." "Selamat jalan." Lee Cin keluar dari pondok itu dan ternyata Tin Han mengikutinya. Baru ia teringat bahwa ia belum pamit dari pemuda ini. "Tidak usah engkau mengantarkan aku, Han-ko." "Aku tidak mengantarkan, Cin-moi. Hanya aku teringat bahwa aku kemarin hendak meminjam sulingmu sebentar dan belum juga kau berikan. Aku ingin memainkan sebuah lagu dengan sulingmu sebelum engkau meninggalkan tempat ini. Mari kita duduk di bangku sana dan pinjamkan sulingmu sebentar padaku. Boleh, kan?" DewiKZ 301 Mana bisa Lee Cin menolak permintaan yang sederhana itu, maka ia pun mengikuti pemuda itu duduk di bangku taman dan menyerahkan suling yang terselip di pinggangnya. Tin Han menerima suling itu dan mencobanya. Setelah dia merasa cocok dan dapat memainkannya, dia lalu mulai meniup suling itu sambil berdiri. Lee Cin mengamatinya sambil duduk dan tak lama kemudian terdengarlah bunyi suling yang mengalun naik turun dengan merdunya. Ternyata pemuda itu memang pandai bermain suling. Lagu yang dimainkannya asing bagi Lee Cin, akan tetapi ia dapat merasakan keindahan lagu itu Tiraikasih Website dan terseret hanyut oleh suara suling yang mendayu-dayu. Suara suling itu seolah menghanyutkan ke dalam lautan yang berombak-ombak dan menyenangkan, akan tetapi ada pula perasaan yang menyentuh hatinya dan menimbulkan keharuan karena ia seperti dapat menangkap suara rintihan atau tangis dalam tiupan suling itu. Setelah Tin Han menghentikan tiupannya, segera suasananya menjadi sunyi sekali dan gema suara itu masih terngiang di telinga. "Wah, tiupan sulingku jelek, engkau yang ke mana-mana membawa suling tentu dapat bermain suling lebih bagus. Maukah engkau rnemainkan satu dua buah lagu untukku sebelum engkau pergi? Hitung-hitung untuk kenangan dan peninggalan darimu." Dapatkah ia menolak permintaan seperti itu? Lee Cin tersenyum mendengar ucapan itu dan menerima suling dari tangan pemuda itu. Sebelum menyerahkan suling itu, Tin Han lebih dulu menggosok-gosok bagian tiupan suling itu dengan ujung bajunya, baru dia menyerahkannya kepada Lee Cin. Pada saat itu Lee Cin hendak memamerkan kepandaiannya. Ia tahu bahwa kalau ia hanya menyanyikan lagu dengan sulingnya, ia tidak akan mampu menandingi kepandaian Tin Han bermain suling. Ia harus memperlihatkan yang lebih dari sekedar meniup suling untuk memainkan sebuah lagu. DewiKZ 302 Lee Cin membawa suling ke mulutnya dan mulailah meniup suling itu. Suara melengking-lengking terdengar naik turun, nadanya meliuk-liuk, akan tetapi tak dapat dikatakan sebagai permainan suling yang merdu. Bahkan menyakitkan telinga. Tin Han mengerutkan alisnya dan berusaha mengikuti irama suling, akan tetapi dia tidak dapat. Dia sama sekali tidak mengerti dan tiupan suling itu menyakitkan telinganya, seperti ditiup oleh seorang yang Tiraikasih Website sama sekali tidak pandai bermain suling. Tiba-tiba hidungnya mencium bau yang keras dan amis. Ketika ia memandang ke kanan kiri mencari-cari, matanya terbelalak karena dia melihat banyak sekali ular besar kecil bergerak menghampiri tempat itu dan tak lama kemudian tempat itu sudah dikepung oleh puluhan ekor ular yang mengangkat kepala mereka dan mengayun-ayun kepala seperti menari! Ular besar kecil beraneka macam dan banyak di antara mereka yang berbisa! Biarpun ular-ular itu tidak menyerang, namun Tin Han menjadi ketakutan dan dia menghampiri Lee Cin lalu berdiri di belakang gadis itu sambil berseru, "Cin-moi, tiupan sulingmu mengundang datangnya banyak ular!" "Tiupan sulingku jelek, hanya dapat menyenangkan ular-ular. Nah, selamat tinggal, Han-ko. Aku akan membawa pergi semua ular ini agar jangan mengganggumu." Lee Cin melangkah maju sambil memainkan sulingnya. Ular-ular itu membuka kepungan dan mengikuti Lee Cin, menggeleser mengikuti jejak kaki Lee Cin menjadi deretan panjang. Setelah gadis itu tidak tampak lagi, Tin Han menjatuhkan diri duduk di atas bangku, wajahnya masih pucat. "Dewi Ular..... dara itu Dewi Ular....." bisiknya lirih. oood0wooo DewiKZ 303 Setelah tiba di luar taman, Lee Cin menghentikan tiupan sulingnya dan mengusir semua ular itu sehingga mereka merayap ke sana sini, kembali ke asal masing-masing. Tiupan suling itu tadi memanggil dan mendorong semua ular yang berada di daerah itu untuk keluar dari liangnya dan berdatangan ke taman itu. Tiraikasih Website Ia tidak segera keluar dari kota Hui-cu, melainkan berpura-pura mencari keterangan tentang tempat tinggal Ji-taijin dan Un-ciangkun. Bukan mencari tahu tempat tinggal mereka saja, juga ia menyelidiki dengan bertanya kepada penduduk di kota itu, orang-orang macam apakah adanya dud pejabat itu. Apakah mereka sewenang-wenang dan menindas rakyat? Apakah mereka merupakan dua orang pejabat yang korup dan menggunakan kekuasaannya untuk memaksakan kehendak mereka? Hasil penyelidikannya membuat Lee Cin mengerutkan alisnya. Kedua orang pejabat itu adalah orang-orang yang disukai rakyat. Ji-taijin adalah seorang kepala daerah yang bijaksana, tidak pernah memeras penduduk, mengumpulkan pajak sebagaimana mestinya. Yang berpenghasilan besar dikenakan pajak besar, yang kecil dikenakan pajak kecil bahkan yang tidak mampu sama sekali tidak diharuskan membayar pajak. Juga dia telah mengadakan pembangunan-pembangunan yang bermanfaat bagi rakyat. Hasil pemungutan pajak dipergunakan untuk kebaikan-kebaikan jalan, jembatan dan lain-lain. Juga tangannya terbuka untuk menolong mereka yang hidupnya miskin. Di waktu musim paceklik di mana sawah ladang kurang menghasilkan, dia pun membagi-bagi bahan makanan kepada rakyat diancam kelaparan. Pendeknya, Ji-taijin adalah seorang pembesar yang amat baik. DewiKZ 304 Ketika ia menyelidiki tentang Un-ciangkun, hasil penyelidikannya pun sama saja. Un-ciangkun adalah seorang panglima yang adil. Dia melarang keras anak buahnya mengganggu rakyat. Sedikit saja anak buahnya melanggar, tentu akan dihukum berat. Juga, berkat sikap tangan besi yang dilakukan Un-ciangkun terhadap para penjahat, di daerah itu menjadi bersih dari kejahatan atau jarang terjadi kejahatan. Para gerombolan perampok tidak Tiraikasih Website berani memperlihatkan gerakan mereka di sekitar daerah itu dan orang-orang merasa takut untuk melakukan kejahatan karena sikap yang bengis dari Un-ciangkun ini. Bahkan semua rakyat tahu belaka betapa Un-ciangkun menggunakan pasukannya untuk membersihkan pantai timur dari gangguan para bajak laut dan perampok dan yang terdiri dari orang-orang Jepang. Lee Cin tertegun setelah mendapatkan keterangan tentang kedua orang pejabat itu. Orang-orang yang demikian baiknya terhadap rakyat malah hendak dibunuh atau disingkirkan oleh Cia Hok dan Cia Bhok yang bersekutu dengan orang Jepang bernama Yasuki dan panglima bernama Phoa Ciangkun itu. Dan menurut percakapan mereka yang sempat ia dengar, yang mengusulkan untuk membunuh kedua orang pejabat yang baik itu adalah Nenek Cia! Agaknya, semua orang yang menjadi pejabat Kerajaan Mancu adalah musuh yang harus dibunuh, apalagi kalau mereka itu menentang usaha pemberontakan terhadap pemerintah. Agaknya keluarga Cia itu adalah segolongan orang yang menganggap bahwa semua orang yang bekerja di bawah pemerintahan Mancu adalah pengkhianat yang harus dibunuh. Dan untuk itu, keluarga Cia tidak segan-segan untuk bekerja sama dengan orang Jepang dan dengan panglima yang agaknya hendak berkhianat dan memberontak. Kalau begitu, apa bedanya gerakan nnereka dengan gerakan mendiang Pangeran Tang Gi Lok yang memberontak dibantu oleh golongan sesat dan bersekongkol dengan perkumpulan-perkumpulan jahat seperti Pek-lian-pai dan yang lain-lain? DewiKZ 305 Lee Cin teringat akan percakapan antara Cia Hok dan Cia Bhok dengan orang Jepang Yasuki dan Phoa-ciangkun. Jelas bahwa mereka itu bermaksud hendak membunuh Un-ciangkun dan Ji-taijin, akan tetapi menurut percakapan Tiraikasih Website mereka itu, kedua orang pejabat ini dilindungi oleh pengawalan yang ketat. Apa artinya pengawal yang ketat kalau bertemu dengan keluarga Cia yang demikian lihai? Ia menjadi tidak enak dan juga muncul harapan di benaknya. Siapa tahu keluarga Cia akan munculkan Si Kedok Hitam untuk membunuh kedua orang pejabat itu? Mungkin Si Pembunuh menggunakan kedok hitam agar tidak dikenal siapa dia. Satu di antara kedua orang pejabat yang benar-benar terancam adalah Ji-taijin. Bagaimanapun juga, Un-ciangkun yang juga tinggal di Hui-cu adalah seorang panglima dan tentu pengawal yang melindunginya jauh lebih kuat. Setelah berpikir demikian, Lee Cin mengambil keputusan untuk melakukan pencegatan dan diam-diam melindungi Ji-taijin dengan harapan untuk dapat bertemu dengan Si Kedok Hitam yang mungkin malam itu akan berusaha untuk membunuh Ji-taijin. DewiKZ 306 Malam itu hawanya dingin sekali. Bulan tampak muncul sepotong dan angin berhembus dari Bukit Hong-san, mendatangkan hawa yang dingin sehingga jarang ada orang mau keluar pada malam hari itu. Setelah malam larut, sesosok bayangan berkelebat di dalam pekarangan rumah Ji-taijin dan bayangan itu bersem bunyi di balik sebatang pohon yang tumbuh di pekarangan itu. Bayangan itu adalah Lee Cin. Dari tempat sembunyinya itu ia dapat mengamati seluruh gedung sehingga kalau ada gerakan yang mencurigakan datang dari luar, tentu ia akan melihatnya. Dengan mudah tadi ia dapat melewati para penjaga yang berada di gardu penjagaan. Ada belasan orang penjaga di situ dan dengan bergantian mereka mengadakan perondaan mengelilingi gedung. Lee Cin merasa yakin bahwa di sebelah dalam gedung tentu terdapat pengawal lagi. Akan tetapi, ia tahu bahwa kalau yang menyelinap masuk orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, hal itu tidak akan Tiraikasih Website sukar dilakukan, Buktinya, ia sendiri dapat menyelinap memasuki pekarangan tanpa diketahui para penjaga di luar. Lee Cin melihat betapa janggal ia berada di situ, seolah ia hendak melindungi Ji-taijin yang tidak dikenalnya bahkan tidak pernah dilihatnya. Tidak, pikirnya. Ia berada di situ sama sekali bukan untuk melindungi Ji-taijin dari marabahaya, melainkan untuk menangkap Si Kedok Hitam kalau benar seperti dugaan dan harapannya dia akan muncul malam ini di tempat itu. Juga ia harus menentang kalau ada orang hendak membunuh Ji-taijin yang sudah diselidiki keadaannya itu. Seorang pejabat bijaksana seperti Ji-taijin berhak mendapatkan perlindungan dari orang-orang gagah, dan orang yang hendak membunuhnya, apa pun alasannya adalah seorang yang picik dan tidak mementingkan rakyat jelata. Malam telah larut dan lewat tengah malam ketika tiba-tiba Lee Cin melihat bayangan hitam berkelebat tak jauh di depannya. Jantungnya berdebar tegang. Inilah agaknya orang yang ditunggu-tunggunya. Inilah Si Calon Pembunuh itu dan mungkin sekali inilah Si Kedok Hitam. Dalam kegelapan malam yang hanya remang-remang diterangi bulan sepotong, dia tidak dapat melihat apakah orang itu berkedok atau tidak. Hanya tampak olehnya sesosok tubuh yang sedang perawakannya. Lee Cin cepat bergerak membayangi orang itu. Ketika tiba di dekat gedung di mana tergantung sebuah lampu yang cukup terang, baru dilihatnya bahwa bayangan itu memang berkedok hitam! Jantung dalam dada Lee Cin berdegup keras. Ternyata dugaannya benar. Yang hendak membunuh Ji-taijin adalah Si Kedok Hitam, orang yang pernah menyerang dan melukai ayahnya. Orang yang dicari-carinya! DewiKZ 307 Bayangan itu melompat ke atas genteng dengan gerakan ringan dan gesit sekali. Lee Cin tidak membiarkan orang itu Tiraikasih Website pergi dan ia pun melompat dengan cepat, bahkan langsung turun di depen Si Kedok Hitam itu. Si Kedok Hitam terkejut melihat Lee Cin tahu-tahu berada di depannya! Dia menggerakkan tangan memukul dan hawa pukulan yang dahsyat menyambar ke arah Lee Cin. Dara perkasa ini dengan mudah mengelak dan sebelum ia dapat membalas, orang itu sudah melompat turun lagi dari atas genteng dan melarikan diri. "Hendak lari ke mana kau?" Lee Cin berseru dan melompat turun pula, terus melaklikan pengejaran. Para penjaga ini melihat ada dua bayangan yang berkejaran. Mereka berteriak-teriak dan beramai melakukan pengejaran pula, akan tetapi sebentar saja dua orang bayangan hitam itu telah lenyap dan mereka tidak tahu harus mengejar ke mana. Sementara itu, Lee Cin mengerahkan ilmunya berlari cepat dan ia dapat membayangi Si Kedok Hitam yang lari keluar kota. Di luar pintu gerbang kota, di padang rumput yang luar, Lee Cin hampir dapat menyusul orang yang dikejarnya. Tiba-tiba orang berkedok. itu yang merasa tidak akan dapat lari dari Lee Cin, menghentikan larinya dan membalikkan tubuhnya menghadapi Lee Cin. Mereka kini berdiri saling berhadapan dan di bawah sinar bulan sepotong, Lee Cin dapat rnelihat bahwa melihat perawakannya, orang itu masih muda dan ia memakai sebuah kedok hitam Yang menutupi wajahnya. "Sobat, apa maksudmu mengejar aku? Aku tidak mempunyai urusan sama sekali denganmu!" DewiKZ 308 "Akan tetapi aku mempunyai urusan yang amat besar denganmu!" kata Lee Cin sambil tersenyum mengejek. Tiraikasih Website Orang berkedok itu kelihatan gelisah. "Apa kau hendak mengatakan bahwa engkau melindungi orang seperti Ji-taijin itu?" "Melindungi seorang pejabat baik seperti Ji-taijin juga menjadi kewajiban sebagai seorang pendekar, akan tetapi ada lain urusan yang harus diselesaikan di antara kita!" "Hem, apa urusan itu?" "Engkau tentu tidak lupa bahwa engkau pernah menyerang Bengcu Souw Tek Bun di Hong-san dan melukainya dengan pukulan merontokkan jalan darah yang bertapak tangan hitam?" "Benar, aku pernah menyadarkannya bahwa dia telah menjadi bengcu yang dipilih oleh Kerajaan Mancu, dia menjadi antek penjajah! Apa urusannya dengan engkau?" "Jahanam! Ayahku adalah seorang gagah, seorang jantan sejati yang tidak akan sudi menjadi antek penjajah! Yang mengangkatnya bukan pemerintah kerajaan, melainkan orang-orang gagah di dunia kang-ouw. Kalau pemerintah menyetujui pengangkatan itu, bukan berarti bahwa dia lalu menjadi antek penjajah. Sekarang, engkau telah melukai Ayah, maka aku sengaja datang mencarimu untuk membuat perhitungan. Lihat seranganku!" Lee Cin tidak memberi kesempatan lagi kepada Si Kedok Hitam untuk menjawab dan ia sudah menyerang dengan pukulan Ang-tok-ciang! Si Kedok Hitam agaknya terkejut mendengar bahwa Lee Cin adalah puteri Souw Tek Bun. Dia mengelak dengan cepat sekali dan membalas serangan gadis itu dengan tidak kalah dahsyatnya. Segera terjadi pertandingan di malam sunyi itu tanpa disaksikan oleh siapa pun. Mereka saling serang dengan cepat dan dahsyatnya. DewiKZ 309 "Wuuuuttt......!" Si Kedok Hitam menyerang dengan pukulan telapak tangan yang sudah berubah menghitam, Tiraikasih Website dan Lee Cin sengaja memapaki pukulan itu dengan telapak tangan merah karena ia sudah menggunakan Ang-tok-ciang! "Desss......!" Hebat sekali pertemuan dua telapak tangan itu dan keduanya terdorong ke belakang beberapa langkah. Ternyata tenaga mereka seimbang dan mereka sudah saling serang lagi. Lee Cin mendapat kenyataan bahwa ilmu kepandaian orang ini tidak kalah dibandingkan Nenek Cia! Dan ia yakin orang ini bukan Nenek Cia, jauh lebih gesit dibanding Nenek Cia yang sudah agak lambat gerakannya. Orang ini benar-benar merupakan lawan yang tangguh dan Lee Cin tidak merasa heran bahwa ayahnya terkena pukulannya, walaupun ayahnya juga mampu melukai lengan kanannya. Juga ia maklum bahwa Pukulan Telapak Tangan Hitam dari orang ini jauh lebih hebat dibandingkan pukulan yang serupa dari Cia Hok. Pukulan Cia Hok tidak dapat melukainya, akan tetapi pukulan orang berkedok ini demikian hebat sehingga mampu menandingi pukulan Ang-tok-ciang darinya. Sudah seratus jurus lewat dan mereka masih setanding, tidak ada yang mendesak atau terdesak. Masih sama-sama saling serang dengan dahsyatnya. Hati Lee Cin menjadi penasaran dan mulailah ia mengeluarkan ilmunya yang hebat, yaitu It-yang-ci. Diserang dengan ilmu ini, Si Kedok Hitam nampak terkejut sekali. Nyaris tubuhnya terkena totokan yang dahsyat itu. Dia terpaksa melompat jauh ke belakang untuk menghindarkan diri dan agaknya dia jerih menghadapi It-yang-ci, maka dia lalu membalikkan tubuhnya dan lari mendaki bukit. DewiKZ 310 "Orang she Cia, engkau hendak lari ke mana?" teriak Lee Cin sambil melompat dan lari mengejar. Akan tetapi tak lama kemudian orang berkedok itu melompat memasuki hutan di lereng bukit itu dan Lee Cin kehilangan jejaknya. Tiraikasih Website Di dalam hutan itu amat gelapnya, sinar bulan yang hanya remang-remang itu terhalang daun pohon sehingga di bawahnya gelap sekali. Maklum bahwa mengejar lawan dalam kegelapan itu merupakan perbuatan yang berbahaya sekali, Lee Cin keluar lagi dari hutan dan tidak melakukan pengejarannya. "Awas engkau, besok akan kubuka kedokmu!" katanya sambil rnenuruni lereng bukit itu. Pikirannya sudah bulat. Orang itu pasti seorang di antara keluarga Cia, benar sekali kemungkinannya bahwa dia adalah Cia Tin Siong. Orang berkedok itu lebih lihai dari Cia Hok, juga lebih gesit dari Nenek Cia, siapa lagi kalau bukan Cia Tin Siong? Tin Han? Ah, tidak mungkin sama sekali. Si Berandal itu hanya lincah dan jenaka dalam sikap dan ucapannya, akan tetapi sama sekali tidak mengerti ilmu silat. Tidak ada orang lain kecuali Cia Tin Siong. Kecuali kalau ada orang lain clari anggauta keluarga Cia yang belum pernah diternuinya. Ia mengambil keputusan untuk besok pagi mendatangi keluarga Cia dan menuntut agar Si Kedok Hitam keluar menemuinya. oood0wooo Pada keesokan harinya, setelah mandi dari berganti pakaian, Lee Cin meninggalkan kamarnya di hotel dan segera berangkat menuju rumah kediaman keluarga Cia. Sikapnya dingin dan ia mengambil keputusan untuk memperlihatkan sikap yang dingin dan sungguh-sungguh, tidak seperti kemarin ketika ia menjadi tamu di keluarga itu. DewiKZ 311 Ketika ia tiba di pekarangan depan rumah itu, ia disambut oleh seorang pelayan pria yang sedang menyapu di beranda. Pelayan itu cepat menyambutnya dengan hormat dan ramah. Tiraikasih Website "Ah, Siocia telah kembali! Silakan duduk, Nona. Saya akan memberitahukan kedatangan Nona." "Tidak perlu. Aku hanya perlu bertemu dengan saudara Cia Tin Siong. Suruh dia keluar menemuiku!" kata Lee Cin dengan ketus. Setelah yakin bahwa Si Kedok Hitam adalah anggauta keluarga Cia, sikapnya menjadi ketus karena ia menganggap keluarga itu sebagai musuhnya. Dengan heran dan terkejut pelayan itu mengangguk-angguk lalu memasuki rumah gedung itu. Tak lama kemudian muncul seorang pemuda dari daun pintu dan Lee Cin menjadi serba salah karena yang muncul bukan Tin Siong, melainkan Tin Han! "Haii, selamat pagi, Cin-moi! Silakan duduk, mengapa berdiri saja? Apakah engkau sudah mengambil keputusan untuk tinggal di sini beberapa lamanya? Sukurlah kalau begitu, karena sejak engkau pergi, aku merasa kesepian dan kehilangan sekali!" Sambut pemuda itu dengan wajah riang dan suara gembira. Akan tetapi Lee Cin memandang kepadanya dengan sinar mata dingin dan tak acuh akan sambutan yang ringan itu. Tidak perlu lagi ia beramah-tamah dengan adik dari musuhnya. "Saudara Cia Tin Han, aku tidak mempunyai urusan dengan engkau! Sebaiknya engkau panggilkan Cia Tin Siong ke sini, karena dengan dialah aku mempunyai urusan penting!" DewiKZ 312 "Lho.....! Ada apakah ini? Mengapa engkau marah-marah dan sikapmu bermusuhan, Cin-moi? Apakah kesalahanku? Kalau memang aku telah membuat kesalahan kepadarnu, ampunkanlah kesalahanku itu, Cin-moi!" Pemuda itu tidak berkelakar, melainkan mengatakan ucapan itu dengan sikap bersungguh-sungguh. Tiraikasih Website "Sudah aku tidak mau begurau denganmu! Panggilkan kakakmu Cia Tin Siong itu atau aku akan mencarinya sendiri ke dalam!" Pada saat itu, dari dalam pintu muncul Cia Tin Siong. Seperti biasa, pakaian pemuda tampan dan gagah ini rapi, dan sikapnya lemah-lembut ketika dia tiba di situ dan berhadapan dengan Lee Cin. "Ah, Nona Bu, selamat pagi, Apakah ada sesuatu yang dapat kanni lakukan untukmu?" "Cia Tin Siong, tidak perlu bermain sandiwara lagi! Engkau adalah Si Kedok Hitam, bukan? Si Kedok Hitam yang semalam berusaha membunuh Ji-taijin, lalu bertanding dengan aku dan melarikan diri?" Cia Tin Siong membelalakkan matanya lalu mengerutkan alisnya. "Apa yang kau maksudkan, Nona Bu? Aku tidak mengerti. Siapakah yang kau maksudkan dengan Si Kedok Hitam itu?" "Hemm, tidak perlu berpura-pura bodoh. Kedokmu sudah terbuka sekarang. Aku tahu bahwa engkaulah orangnya yang menyannar sebagai Kedok Hitam dan yang dulu menyerang dan melukai ayahku Souw Tek Bun di Hong-san dan yang semalam hendak menyerang Ji-taijin! Hayo, sekarang kutantang engkau untuk membuat perhitungan atas perbuatanmu menyerang ayahku di Hong-san dulu!" DewiKZ 313 Cia Tin Siong menghela napas panjang dan menatap wajah Lee Cin penuh perhatian. "Engkau salah duga, Nona. Aku sama sekali tidak pernah menyamar sebagai Kedok Hitam, dan tidak pernah bertemu dengan Bengcu Souw Tek Bun. Kemarin malam aku pun tidak keluar dari rumah dan tidak bertennu denganmu, apalagi sampai bertanding. Engkau salah sangka, bahkan aku terkejut Tiraikasih Website mendengar bahwa engkau puteri Bengcu Souw Tek Bun. Bukankah engkau she Bu?" Pada saat itu, keluarlah Cia Kun, Nyonya Cia Kun, Cia Hok, Cia Bhok dan juga Nenek Cia. Mereka mendengar suara ribut-ribut di luar gedung dan segera keluar. "Eh, Lee Cin! Engkau kembali dan apa tadi ribut-ribut tentang Bengcu Souw Tek Bun?" "Nek, Nona Bu ini ternyata adalah puteri Bengcu Souw Tek Bun!" kata Tin Han. "Pantas ilmu kepandaiannya tinggi sekali, ya Nek?" Dalam keadaan setegang itu Tin Han masih memuji-muji Lee Cin. "Hemm, bukankah engkau she Bu, Lee Cin?" tanya Nenek Cia. "Jangan-jangan ia malah bukan bernama Lee Cin!" sambung Tin Han ragu. DewiKZ 314 "Namaku adalah Souw Lee Cin. Aku mengaku bernama marga Bu karena aku hendak menyelidiki Si Kedok Hitam yang telah menyerang dan melukai ayahku. Si Kedok Hitam itu menggunakan Telapak Tangan Hitam yang disebutnya pukulan merontokkan jalan darah. Karena mendengar bahwa keluarga Cia memiliki ilmu Tapak Tangan Hitam yang disebut Hek-tok-ciang, maka aku melakukan penyelidikan ke sini dan menggunakan she Bu agar jangan dicurigai. Dan semalam aku melihat Si Kedok Hitam hendak membunuh Ji-taijin dan telah bertanding dengan aku. Akan tetapi dia melarikan diri. Si Kedok Hitam semalam juga sudah mengaku bahwa dialah yang melukai ayahku. Siapa lagi orangnya kalau bukan Cia Tin Siong? Maka, hayo, aku tantang Cia Tin Siong untuk membuat perhitungan atas apa yang dia lakukan terhadap ayahku!" Tiraikasih Website "Aku bukan Si Kedok Hitam! Aku tidak pernah menyamar sebagai Si Kedok Hitam dan tidak pernah menyerang Bengcu Souw Tek Bun!" kata Cia Tin Siong penasaran. "Lee Cin, percayalah, di sini tidak ada Si Kedok Hitam," kata Nenek Cia. "Nona Souw Lee Cin, Tin Siong tidak berbohong. Dia tidak pernah menyamar sebagai Si Kedok Hitam dan kami semua tidak pernah mengenal Si Kedok Hitam, harap Nona jangan menuduh seperti itu." "Hemm, coba jawab. Apakah keluarga Cia tidak mempunyai niat untuk menentang Ji-taijin? Bukankah keluarga Cia membenci Ji-taijin?" Sambil bertanya begitu, Lee Cin mengerling ke arah Cia Hok dan Cia Bhok. "Hal itu tidak aneh, Lee Cin," kata Nenek Cia. "Kami membenci semua orang Han yang telah menghambakan diri kepada kaisar penjajah. Maka tentu saja kami membenci Ji-taijin?" "Dan berniat hendak membunuhnya?" kembali Lee Cin bertanya, sekali ini menatap wajah nenek itu. Nenek Cia menghela napas panjang. "Sesungguhnyalah, hatiku akan senang kalau melihat antek-antek penjajah Mancu itu mati terbunuh!" DewiKZ 315 "Nah, sudah jelas sekarang dan aku bukan menuduh tanpa dasar! Semalam aku melihat sendiri Si Kedok Hitam hendak membunuh Ji-taijin dan dia mengaku telah menyerang Ayah. Juga kalian semua tidak senang kepada ayahku yang kalian tuduh sebagai antek Mancu, bukan? Sudah cocok semua, dan aku tetap menantang Cia Tin Siong Si Kedok Hitam untuk membuat perhitungan!" Tiraikasih Website Wajah Tin Siong menjadi merah. "Aku sungguh menyesal sekali akan sikaprnu ini, Nona. Sungguh sayang, sebetulnya aku amat suka kepadamu dan kini engkau menantangku. Kalau engkau menantangku sebagai Si Kedok Hitam, aku tidak akan melayani karena aku bukan Si Kedok Hitam. Akan tetapi kalau engkau menantangku sebagai Cia Tin Siong, demi nama dan kehormatan keluarga Cia, terpaksa aku melayanimu!" Lee Cin sudah yakin sekali bahwa Si Kedok Hitam adalah Cia Tin Siong, maka ia pun berkata dengan tegas, "Baik, aku menantang Cia Tin Siong untuk menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam sebuah pertandingan satu lawan satu. Ini bukan karena aku takut dikeroyok, biarpun dikeroyok, untuk membalaskan sakit hati ayahku, akan kuhadapi juga!" Setelah berkata clemikian, Lee Cin sudah mencabut Ang-coa-kiam dan melompar ke tempat yang luas di halaman itu. Sebetulnya Tin Siong amat tertarik dan sudah jatuh hati kepada gadis ini. Akan tetapi sekali ini, kehormatan keluarga Cia menjadi taruhan. Kalau dia menolak tantangan, berarti dia takut dan keluarga Cia akan menjadi rendah karenanya. Kalau dia melawan, sebetulnya dia tidak ingin bermusuhan dengan gadis yang mempesonakan hatinya itu. Dia lalu memandang kepada ayah dan neneknya. Ayahnya menghela napas dan menganggukkkan kepalanya. Nenek Cia memukul-mukulkan tongkatnya ke atas tanah. "Tin Siong, ingat, ini hanya pibu biasa, bukan karena kebencian kedua pihak. Lee Cin, harap engkau ingat bahwa seorang pendekar tidak mau melukai atau membunuh orang yang belum diketahui benar kesalahannya." DewiKZ 316 "Nek, bagaimana kalau aku saja yang maju menandingi Cin-moi? Kalau bertanding denganku, aku percaya dia tidak Tiraikasih Website akan mau melukai aku, karena aku tidak berdosa apa-apa. Aku khawatir Siong-ko akan terluka parah olehnya!" Cia Kun membentak, "Diam kau, Tin Han!" "Berandal, aku tahu hatimu penuh keberanian, akan tetapi sayang engkau selalu membenci ilmu silat sehingga melawan seorang biasa saja engkau tidak akan menang. Bagaimana harus melawan Lee Cin?" cela Nenek Cia. "Biar kulawan Cin-moi! Makin cepat aku kalah semakin baik, agar hatinya puas," kata pula Tin Han. "Sekali lagi, Cia Tin Siong. Aku yakin bahwa engkaulah Si Kedok Hitam yang telah melukai ayahku dan aku tantang engkau untuk bertanding melawan aku! Apakah engkau hanya seorang pengecut yang hendak menyembunyikan diri di balik kedok, kemudian tidak berani menghadapi tantanganku secara terbuka?" Wajah Tin Siong menjadi semakin merah, "Nona Bu......" "Namaku Souw Lee Cin, bukan Nona Bu!" "Baiklah, Nona Souw. Kalau engkau memaksa menantangku, tentu saja aku tidak dapat menolak." Dia lalu melangkah ke depan menghadapi Lee Cin sarnbil mencabut suling peraknya. "Nah, aku sudah siap mulailah!" katanya sambil mernasang kuda-kuda. DewiKZ 317 Lee Cin yang sudah merasa yakin bahwa pemuda itu adalah Si Kedok Hitam, lalu menggerakkan pedangnya dan berseru nyaring, "Lihat pedangku!" Tubuhnya menerjang ke depan, pedangnya menjadi sinar keemasan yang mencuat menjadi tusukan ke arah dada Tin Siong dengan cepat dan kuat sekali. Tiraikasih Website Tin Siong sudah maklum akan kelihaian gadis ini, maka dia tidak berani memandang rendah dan cepat dia memutar sulingnya untuk melindungi tubuhnya. Suling itu berubah menjadi sinar perak bergulung-gulung di depan dadanya, menjadi perisai yang melindunginya. "Trangg......!" Pedang itu tertangkis dan bunga api berpijar menyilaukan mata. Lee Cin merasakan tangannya tergetar oleh tangkisan itu dan maklumlah dia bahwa pemuda ini memiliki tenaga sinkang yang kuat, lebih kuat dari yang diduganya semula. Maka ia pun mengerahkan sinkangnya dan menyerang lagi lebih dahsyat. Dia hendak mengandalkan kecepatan gerakannya untuk mengatasi lawan. Akan tetapi, ternyata Tin Siong juga mampu bergerak cepat sekali sehingga terjadilah pertandingan yang amat seru. Tubuh mereka berubah menjadi bayang-bayang yang diselimuti gulungan sinar perak dan sinar merah. Tin Han yang ugal-ugalan itu agaknya tidak tahu bahwa kakaknya sedang bertanding mati-matian melawan Lee Cin. Dia tertarik oleh pemandangan indah itu, maka berkali-kali dia berseru dan bertepuk tangan. "Wah, bagus, bagus, indah sekali!" Akan tetapi anggauta keluarga Cia yang lain menonton dengan hati tegang sekali. Mereka mengerti bahwa kedua orang muda itu telah bertanding mati-matian dan sekali saja lengah, seorang di antara mereka dapat roboh dan terluka berat atau bahkan tewas! Lebih-lebih Nenek Cia, beberapa kali ia mengeluarkan seruan khawatir dan mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas tanah. "Mereka bertanding, mereka serasi sekali untuk berjodoh. Ah, kalau sampai mereka saling melukai.......!" DewiKZ 318 Lee Cin merasa penasaran sekali. Ilmu pedang yang dimainkan dengan suling oleh Tin Siong benar-benar kokoh Tiraikasih Website kuat sehingga pedangnya tidak mampu menembus pertahanan itu. Sebaliknya, serangan balik dari pemuda itu juga berbahaya sekali. Mereka sudah saling serang sampai seratus jurus dan belum juga ada yang tampak terdesak. Lee Cin semakin yakin. Inilah orangnya yang telah melukai ayahnya! Pantas saja ayahnya kalah karena pemuda ini benar-benar lihai sekali. Dengan marah dan penasaran Lee Cin memutar pedangnya menangkis suling yang menotok ke arah pundaknya dan ia majukan kaki kiri ke depan sambil mengerahkan tenaga memukul dengan telapak tangan kiri terbuka. Telapak tangannya berubah meran dan itulah Ang-tok-ciang! -oo0dw0oo- Jilid 10 TIN SIONG agaknya maklum dengan baik akan kedahsyatan pukulan ini, maka dia pun miringkan tubuh dan mendorongkan telapak tangan ke depan untuk menyambut pukulan itu dengan Hek-tok-ciang! Pertemuan antara Ang-tok-ciang dan Hek-tok-ciang ini tidak dapat dihindarkan lagi karena keduanya ingin memperoleh kemenangan. Lee Cin mengerahkan tenaga dan kemampuannya untuk membalaskan ayahnya sedangkan Tin Siong untuk mempertahankan nama besar keluarga Cia! DewiKZ 319 "Wuuuuutttt..... desss......!" Dua telapak tangan bertemu dengan kuatnya dan tubuh mereka terpental sampai lima langkah, terhuyung ke belakang dan merasa betapa dari ujung jari tangan kiri sampai ke pangkal lengan terguncang hebat. Juga dalam adu tenaga ini keduanya berimbang. Hal ini membuat Lee Cin semakin penasaran dan ia pun melupakan rasa nyeri pada lengan kirinya, lalu menyerang Tiraikasih Website lagi dengan pedangnya. Tim Siong juga terkejut, akan tetapi ia pun cepat menggerakkan tongkatnya untuk menangkis. "Trangg......!" Kembali bunga api berpijar dan cepat sekali Lee Cin mengirim pukulan Ang-tok-ciang pula. Tin Siong terkejut, maklum bahwa gadis itu mengajaknya bertanding habis-habisan, maka terpaksa dia pun mendorongkan tangan kiri untuk menyambut pukulan orang. Akan tetapi, tiba-tiba Lee Cin mengubah kedudukan jari-jari tangan kirinya yang kini menggenggam dan hanya jari telunjuknya yang dipergunakan untuk menotok ke arah telapak tangan hitam itu! "Tuk......!" Totokan It-yang-ci itu tepat mengenai tangan telapak tangan kiri Tin Siong. Pemuda itu mengeluh dan terhuyung-huyung ke belakang. Lee Cin mengejar dan mengerahkan pedangnya untuk menyerang dada pemuda itu. Akan tetapi tiba-tiba tubuh Tin Siong terhalang oleh Tin Han yang sudah menolong kakaknya dan memasangkan dadanya menghadapi Lee Cin. Tentu saja Lee Cin terkejut sekali dan menarik kembali pedangnya, kalau tidak tentu dada Tin Han yang akan tertembus pedangnya. "Cukup, Cin-moi! Kakak Tin Siong sudah kalah, mengapa engkau mendesaknya? Kalau hendak menusuknya, tusuklah aku terlebih dulu!" Lee Cin memandang kepada wajah Tin Han. Pemuda berandalan itu sungguh berani, memasangkan tubuhnya untuk melindungi kakaknya dan dalam keadaan seperti itu wajah pemuda itu masih tersenyum simpul! DewiKZ 320 Lee Cin menyimpan kembali pedangnya dengan membelitkan pada pinggangnya dan berkata, "Hemm, ayayahku terluka oleh Hek-tok-ciang lebih parah darinya. Pembalasan ini belum impas!" Lee Cin memandang kepada Tin Siong yang wajahnya pucat dan mulutnya Tiraikasih Website mengeluarkan darah. Jelas bahwa dia telah terluka dalam oleh It-yang-ci, walaupun tidak seberat yang diderita ayahnya. "Cin-moi, mengapa engkau terlalu mendesak kami? Siong-ko sudah menyatakan bahwa dia bukanlah Si Kedok Hitam seperti yang kau tuduhkan. Aku sendiri berani menanggung bahwa Siong-ko tidak berbohong. Kalau engkau masih penasaran dan hendak membunuhnya, nah, bunuhlah aku. Aku tidak takut mati dalam tanganmu!" Tin Han sengaja memasang dadanya di depan Lee Cin dan gadis ini tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan atau katakan. Nenek Cia melangkah ke depan. "Lee Cin, kami seluruh keluarga Cia berani menanggung bahwa Tin Siong bukan Si Kedok Hitam seperti yamg kau duga. Engkau sudah dapat mengalahkan Tin Siong, berarti engkau sudah dapat mengalahkan keluarga kami karena di antara kami, Tin Siong yang memiliki ilmu silat paling tangguh. Kami mengaku kalah dan kami mengulurkan tangan persahabatan denganmu karena sesungguhnya Tin Siong tidak pernah menyerang dan melukai ayahmu." Lee Cin menjadi semakin bingung. Ia melihat betapa semua anggauta keluarga memandang kepadanya dengan penuh perhatian. "Akan tetapi, Ayah....." DewiKZ 321 "Lee Cin, lupakah engkau bahwa engkau mengatakan kalau ayahmu terluka oleh pukulan telapak tangan hitam yang disebut pukulan merontokkan jalan darah? Nah, pukulan Hek-tok-ciang kami sama sekali tidak mempunyai daya untuk merontokkan jalan darah, hanya merupakan pukulan yamg mengandung hawa beracun, tidak lebih lihai daripada ilmu pukulan Ang-tok-ciang yang kau miliki." Tiraikasih Website Lee Cin menghela napas panjang dan memandang kepada Tin Siong yang kini duduk bersila untuk menghimpun hawa murni untuk mengobati luka dalam akibat totokan It-yang-ci. Ia mulai meragu dan menyesal. Kalau benar bahwa Tin Siong bukan Si Kedok Hitam, sungguh ia telah bertindak salah besar. "Kalau memang benar bahwa saudara Cia Tim Siong tidak melakukan penyerangan dan melukai Ayah, aku telah salah duga dan aku mohon maaf sebanyaknya kepada keluarga Cia. Akan tetapi kalau benar dugaanku bahwa dia adalah Si Kedok Hitam, maka biarlah pukulanku tadi merupakan pembalasan dari Ayah, agar dia tidak berpikir bahwa dialah orang yang palimg lihai di dunia. Selamat tinggal!" Ia membalikkan tubuhnya dan keluar dari pekarangan itu. Baru saja tiba di jalan, suara kaki orang berlari membuatnya menengok dan ternyata Tin Han yang mengejarnya. "Mau apa engkau mengejarku?" tanya Lee Cin sambil mengerutkan alisnya. "Aih, Cin-moi. Haruskah persahabatan di antara kami diputuskan dengan cara ini?" "Apakah ada alasan untuk menyambung persahabatan? Kalau aku menduga salah dan bahwa bukan kakakmu yang menyerang Ayah, maka aku telah melakukan kesalahan besar terhadap keluarga Cia, dan tentu keluargamu akan membenciku." DewiKZ 322 "Ah, tidak sama sekali, Cin-moi. Setidaknya aku tidak akan membencimu karena aku tahu benar bahwa engkau menyerang Kakak Tin Siong bukan karena engkau jahat, melainkan karena engkau hendak membalas dendam Tiraikasih Website walaupun balas dendam itu ditujukan kepada orang yang salah." Sikap dan ucapan pemuda itu membuat Lee Cin makin merasa bersalah dan ia mulai ragu akan kebenaran tindakannya. "Sudahlah, aku pergi saja. Selamat tinggal, Han-ko." "Engkau tidak membenciku karena aku tadi menghalangi engkau membunuh Kakak Tin Siong?" Lee Cin menggeleng kepalanya. "Tidak, bahkan aku merasa girang bahwa engkau menghalangiku sehingga aku tidak jadi membunuhnya. Betapa akan besar penyesalanku kalau kelak ternyata orang yang kubunuh itu sama sekali tidak bersalah." "Kalau begitu, perkenankanlah aku mengantarmu sampai ke luar kota. Aku masih ingin bercakap-cakap denganmu sebelum engkau pergi," kata Tin Han sambil ikut berjalan di samping Lee Cin ketika gadis itu melanjutkan langkahnya. Terpaksa Lee Cin membiarkan pemuda itu berjalan bersamanya, karena ia pun masih ingin mendengar apa yang hendak dikatakan pemuda ini. Setidaknya sikapnya ini untuk menunjukkan rasa penyesalannya atas peristiwa tadi. "Cin-moi, kalau kupikir-pikir, letak kesalah-pahaman antara engkau dan kami adalah karena perbedaan pendapat. Keluarga kami adalah keluarga patriot yang membenci pemerintahan penjajah Mancu dan ingin sekali menggulingkan dan mengusir penjajah dari tanah air kita. Sedangkan engkau agaknya mempunyai pendapat lain. Bagaimana pendapatmu tentang penjajah Mancu, Cin-moi?" DewiKZ 323 Lee Cin mempertimbangkan pertanyaan ini, kemudian ia menjawab dengan jujur, "Aku pun tidak senang dengan Tiraikasih Website adanya penjajah di tanah air kita. Akan tetapi itu bukan berarti aku membenci pemerintah Kerajaan Mancu. Kaisarnya amat baik terhadap rakyat kita dan dia dapat menghargai orang-orang pandai. Yang kubenci adalah pembesar yang sewenang-wenang terhadap rakyat jelata, yang menindas rakyat. Tidak peduli apakah pembesar itu orang Han atau orang Mancu. Kalau dia seorang pembesar yang baik dan bijaksana, tentu aku tidak membencinya bahkan akan melindunginya dari orang jahat yang hendak membunuhnya. Sebaliknya, kalau ada pembesar yang korup, sewenang-wenang dan menindas rakyat jelata, tentu aku akan turun tangan memberi hajaran kepada pembesar itu, tidak peduli dia bangsa Han atau bangsa lain." "Itu adalah pendirian seorang pendekar, bukan seorang patriot, Cin-moi. Seorang pendekar menilai baik buruknya orang dari perbuatan pribadinya, akan tetapi seorang patriot yang tidak rela melihat bangsa dan tanah air dijajah, menilai seseorang dari kedudukannya, siapa yang dibantunya. Kalau dia membantu penjajah, bekerja untuk penjajah, tentu kami anggap sebagai musuh karena berarti dia ikut mengembangkan dan mendukung penjajahan! Dan itulah pendirian keluarga Cia kami. Kami tidak mengenal dendam pribadi, akan tetapi dendam bangsa dan tanah air, dan kami bertindak demi bangsa dan tanah air." Lee Cin mengangguk-angguk. Ia adalah seorang gadis yang sudah berpengalaman, maka tentu saja hal seperti itu sudah dimengertinya. "Kalau begitu, kalian segolongan patriot hendak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan penjajah?" DewiKZ 324 "Mungkin pihak penjajah akan menganggap sebagai pemberontakan, akan tetapi kami menganggap sebagai perjuangan, perjuangan membebaskan bangsa dan tanah air dari cengkeraman penjajah." Tiraikasih Website "Dan kalian akan bergabung dengan siapa saja yang menentang pemerintah Mancu? Tidak peduli bahwa mereka terdiri dari golongan sesat, tetap akan kalian ajak bekerja sama dan bersekutu?" Ditanya demikian, Tin Han tertegun, lalu menjawab dengan ragu, "Kuki..... tidak semua berpendapat seperti itu. Aku sendiri misalnya, aku tidak akan sudi untuk bekerja sama dengan para penjahat dalam perjuangan membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah. Bersekutu dengan golongan sesat bahkan akan mengotorkan dan menodai perjuangan yang suci." "Akan tetapi bagaimana dengan keluarga Cia? Apakah mereka tidak mengadakan persekutuan dengan golongan sesat?" "Aku..... aku tidak tahu, Cin-moi. Akan tetapi percayalah, kalaupun ada, aku akan menentangnya habis-habisan!" Lee Cin tersenyum. Mereka sudah tiba di luar kota, di jalan yang sunyi dan Lee Cin berhenti melangkah, lalu memandang kepada pemuda itu. "Han-ko, ucapanmu itu bagaimana dapat kubuktikan? Kemampuan apakah yang engkau miliki untuk membuktikan ucapanmu itu?" DewiKZ 325 Wajah Tin Han berubah merah. "Boleh jadi aku tidak pandai silat seperti anggauta keluarga yang lain, Cin-moi. Akan tetapi aku mempunyai pendirian. Aku akan berusaha mengumpulkan semua pendekar di dunia ini, menyadarkan mereka bahwa selama ini mereka seperti harimau tertidur, mengajak mereka untuk bangkit dan menentang penjajah! Kalau semua pendekar bangkit dan bergerak, berjuang. Aku yakin rakyat akan mengikuti mereka dan kita dapat menyusun kekuatan yang besar. Di mana-mana rakyat akan Tiraikasih Website berjuang, dipimpin oleh para pendekar yang sudah berjiwa patriot, dan dengan cara itu, kekuasaan Kerajaan Mancu pasti akan dapat dihancurkan dan penjajah dapat dihalau keluar dari tanah air kita." Lee Cin memandang dengan heran dan kagum. Pemuda yang ugal-ugalan ini, yang oleh keluarganya disebut Si Berandal, yang tidak dapat bersilat, yang lemah, ternyata memiliki jiwa yang gagah perkasa. Dia bicara dengan semangat berapi-api. Sepasang matanya mencorong, kedua tangannya dikepal! "Ucapanmu mengagumkan hatiku, Han-ko. Percayalah, kalau kelak engkau berhasil membuat para pendekar menjadi patriot sehingga mereka semua bergerak seperti yang kau bayangkan itu, aku pun akan membantumu dengan sekuat tenagaku. Selama ini aku melihat ada golongan yang hendak memberontak dan bersekutu dengan kaum sesat, maka aku tidak percaya akan sikap mereka yang menentang pemerintah. Kuanggap bahwa mereka itu bukan memperjuangkan nasib rakyat, melainkan mengejar ambisi dan keuntungan pribadi saja. Alangkah indahnya kalau perjuangan itu murni seperti yang kau gambarkan." DewiKZ 326 "Terima kasih, Cin-moi. Sekarang legalah hatiku setelah mengatakan semua yang berada di hatiku mengenai perjuangan. Biarpun Si Kedok Hitam itu aku yakin bukan Kakak Tin Siong, akan tetapi aku percaya bahwa engkau sekarang mungkin akan dapat mempertimbangkan perbuatannya terhadap ayahmu, yaitu kalau benar dia seorang patriot seperti yang aku maksudkan. Mungkin dia hanya ingin menyadarkan orang-orang gagah sedunia, termasuk ayahmu. Nah, kalau engkau memang berniat untuk pergi, aku mengucapkan selamat jalan dan selamat berpisah, Cin-moi dan kuharap engkau tidak akan Tiraikasih Website mengenang kami keluarga Cia sebagai musuh, melainkan sebagai sahabat." "Aku akan mengenangmu sebagai seorang sahabat baik, Han-ko." "Dan aku tidak pernah akan dapat. melupakanmu, Cin-moi." Mereka saling memberi hormat dengan merangkap kedua tangan depan dada lalu Lee Cin melanjutkan perjalanan dan Tin Han kembali ke dalam kota Hui-cu. Setelah pemuda itu pergi, Lee Cin kembali berhenti melangkah dan termenung. Suara pemuda itu masih berkumandang di telinganya dan ia semakin penasaran karena ia kini hampir percaya bahwa Si Kedok Hitam bukan Tin Siong. Kalau begitu siapa? Si Kedok Hitam jelas ada, semalam ia sudah bertemu dan bahkan berkelahi dengannya. Mengingat ini, Lee Cin mengerutkan alisnya. Siapa tahu, usaha Si Kedok Hitam untuk membunuh Ji-taijin yang digagalkannya itu akan diulangnya malam ini. Ia merasa penasaran dan ingin menangkap Si Kedok Hitam. Ia harus dapat yakin benar bahwa keluarga Cia tidak ada hubungannya dengan Si Kedok Hitam dan satu-satunya jalan adalah menangkap Si Kedok Hitam. Sebaiknya malam ini ia menanti lagi kalau-kalau Si Kedok Hitam akan kembali menyerang Ji-taijin! Sekali ini ia tidak akan menyerangnya. Si Kedok Hitam itu lihai dan sukar merobohkannya, tentu dia keburu melarikan diri. Ia akan membayanginya saja agar diketahui di mana dia tinggal. Ia ingin mengetahui siapa sebenarnya orang di balik kedok itu. oood0wooo DewiKZ 327 Tiraikasih Website Bayangan hitam itu dengan gesitnya meloncat ke atas atap gedung tempat tinggal Ji-taijin, dan setibanya di atas atap, dia melihat ke kiri kanan. Di bawah sinar bulan sepotong yang bersinar cukup terang karena langit bersih dari awan, Lee Cin melihat bayangan ini dan dari tempat ia bersembunyi terlihat jelas bahwa bayangan itu berkedok hitam. Si Kedok Hitam! Seperti diperhitungkannya, malam itu kembali Si Kedok Hitam beraksi mendatangi rumah Ji-taijin. Akan tetapi ketika bayangan Si Kedok Hitam itu melayang turun, tiba-tiba terdengar bentakan banyak orang dan nampak banyak pengawal berdatangan mengepung tempat itu sambil membawa obor. Kiranya tempat itu telah siap siaga dan banyak penjaga kini mengepung Si Kedok Hitam yang menjadi kaget sekali. Tak disangkanya bahwa kedatangannya telah dinanti banyak pengawal. Para pengawal segera mengeroyoknya, akan tetapi dengan gesit Si Kedok Hitam berkelebatan mengelak sambil merobohkan banyak pengawal dengan tamparan tangannya atau tendangan kakinya. Betapapun juga, dia kewalahan menghadapi puluhan orang pengawal yang mengepungnya dengan senjata pedang atau golok itu. Lee Cin yang sudah mengintai sejak tadi tersenyum. Ialah yang telah memberi tahu para penjaga sore tadi bahwa malam ini rumah Ji-taijin akan kedatangan seorang pembunuh berkedok hitam. Karena itulah maka para pengawal mengadakan persiapan, tanpa mengetahui siapa yang memberi keterangan itu karena Lee Cin menyambitkan kertas yang ditulisi pesan itu kepada mereka tanpa memperlihatkan diri. DewiKZ 328 Si Kedok Hitam ternyata lihai sekali. Biarpun dia tidak memegang senjata, namun semua serangan dapat dielakkan atau ditangkis dan dia sudah merobohkan belasan orang Tiraikasih Website pengawal tanpa membunuh mereka. Akhirnya dia merasa kewalahan juga dan melompat jauh lalu melarikan diri, tidak tahu bahwa lain bayangan yang tidak kalah gesitnya membayanginya. Bayangan ke dua ini adalah Lee Cin. Akan tetapi Si Kedok Hitam kembali menghilang di dalam hutan yang gelap. Dengan kecewa sekali Lee Cin terpaksa menghentikan pengejaran. Akan tetapi karena penasaran, ia menanti di luar hutan dan mengambil keputusan untuk menanti sampai besok pagi. Besok, setelah terang tanah, ia akan melanjutkan pencariannya. Mungkin Si Kedok Hitam masih berada di dalam hutan itu. Lee Cin duduk bersila di bawah sebatang pohon di atas tanah bertilamkan daun-daun kering. Biarpun keadaannya seperti dalam tidur dan ia memulihkan kekuatannya beristirahat, akan tetapi jangan mencoba untuk mengganggunya. Sedikit saja sudah cukup untuk membuat ia terbangun dengan seluruh tubuh dalam keadaan siap siaga! Pada keesokan harinya, setelah sinar matahari pagi dapat menerobos masuk ke dalam hutan melalui celah-celah daun pohon, Lee Cin bangkit berdiri lalu dengan hati-hati dan waspada ia memasuki hutan kecil itu. Ia menyusup-nyusup di antara batang-batang pohon dan semak belukar dan ketika tiba di tengah hutan ia berhenti dan memandang ke kanan kiri. Pagi itu di dalam hutan suasananya bising dengan kicau burung-burung yang beterbangan dari pohon ke pohon, sehingga Lee Cin mulai menyangsikan apakah orang yang dicarinya masih terdapat di tempat itu. Mungkin dia sudah melarikan diri ke jurusan lain. DewiKZ 329 Selagi ia hendak meninggalkan tempat itu dengan hati kecewa karena kembali Si Kedok Hitam dapat lolos dari tangannya, tiba-tiba hidungnya mencium bau yang amat sedap. Bau bumbu daging dibakar! Pengharapannya Tiraikasih Website muncul kembali dan berindap-indap ia menuju ke arah tempat dari mana bau itu datang. Akhirnya ia melihat seorang laki-laki tampak dari belakang masih muda, dengan pakaian serba putih sedang memanggang paha kelinci di atas api unggun. Pemuda itu berada di tengah semak belukar dan untuk mendekatinya hanya melalui jalan setapak yang berada di belakang pemuda itu. Dengan hati berdebar tegang Lee Cin melangkah satu-satu menghampirinya dari belakang. Orang itu pasti Si Kedok Hitam, pikirnya. Ia ingin sekali melihat siapa orang itu! Ketika ia sudah tiba dekat, lalu melangkah maju lagi, tiba-tiba tanah berumput yang dipijaknya itu runtuh ke bawah clan tubuhnya terjeblos ke dalam lubang perangkap! Ia sudah terjatuh ke dalam lubang dan tubuhnya sudah diselimuti semacam jala. Ia meronta dan hendak melepaskan diri, akan tetapi jala itu kuat sekali dan ia sudah terlibat sedemikian rupa sehingga ia tidak sempat mencabut pedangnya untuk membabat jala itu. Pemuda yang sedang memanggang daging itu mengeluarkan suara tawa, lalu cepat sekali dia sudah meloncat ke dekat lubang dan dari atas dia menyerang dengan totokan. Biarpun Lee Cin berhasil menangkis dua tiga kali dari dalam jala, namun akhirnya ada totokan yang mengenai tubuhnya sehingga ia terkulai lemas di dalam libatan jala. DewiKZ 330 "Ha-ha-ha, jalaku menangkap seekor ikan emas yang indah sekali!" pemuda itu tertawa sambil mengangkat tubuh Lee Cin yang masih diselimuti jala. Sambil tersenyum-senyum gembira pemuda itu melepaskan jala yang menyelimuti tubuh Lee Cin. Lee Cin yang tidak mampu bergerak itu melihat bahwa yang menjebak dan menangkapnya, pemuda baju putih itu bukan laim adalah Ouw Kwan Lok, pemuda yang dulu pernah dianggapnya sebagai seorang sahabat akan tetapi yang kemudian bahkan Tiraikasih Website hendak menangkap dan memperkosanya, dan bahwa Ouw Kwan Lok ternyata adalah murid Thian-te Mo-ong dan mendiang Pak-thian-ong yang hendak membalas dendam kepadanya! Ia dapat lolos dari tangan Ouw Kwan Lok karena ia tidak mempan ketika diracuni. Akan tetapi sekali ini benar-benar tidak berdaya karena ditotok lemas. Ia masih dapat bicara dan berkata dengan suara gemas, "Ouw Kwan Lok, jahanam keji, kiranya engkaulah Si Kedok Hitam!" Ouw Kwan Lok tersenyum dan mengerutkan alis, meruncingkan mulutnya mengejek. "Aku? Si Kedok Hitam. Aku tidak tahu apa yang kau maksudkan. Engkau datang sendiri menyerahkan diri, itu bagus sekali. Aku akan membunuh engkau setelah puas mempermainkanmu. Sekarang tuanmu hendak makan minum lebih dulu dan engkau boleh melihat saja!" Ia lalu mengikat kaki dan kedua tangan Lee Cin dengan tali jala yang panjang dan sekali melontarkan ujung tali, tali itu telah melibat sebatang cabang pohon. Dia lalu menarik naik dan tubuh Lee Cin tergantung di udara, menelungkup dengan kaki dan tangan terikat. Apalagi kaki tangannya terikat, biarpun tidak diikat juga ia tidak akan mampu bergerak. "Ouw Kwan Lok, pengecut tak tahu malu! Turunkan aku dan mari kita bertanding sampai salah seorang dari kita menggeletak tak bernyawa di tempat ini!" teriak Lee Cin. DewiKZ 331 Akan tetapi Kwan Lok tertawa dan mulai makan, menggerogoti paha kelenci dan minum arak dari guci arak yamg dibawanya. "Enak saja. Engkau akan kuajak bersenang-senang dulu, baru engkau akan kubunuh. Sayang kalau engkau dibunuh begitu saja. Bersiaplah engkau untuk bersenang-senang denganku kemudian mampus. Berdoalah dan minta ampun kepada guruku Pak-thian-ong!" Tiraikasih Website Lee Cin maklum bahwa tidak ada gunanya bicara dengan pemuda yang seperti ini. Ia diam-diam merasa heran mengapa seorang pemuda yang demikian tampan dan gagah, halus tutur sapanya dan lembut gayanya, dapat memiliki watak yang demikian rendah dan jahat. Ia tidak berdaya. Ada sedikit harapan. Kalau pemuda itu hendak mempermainkannya, mudah-mudahan dia akan membebaskannya dari totokan. Tidak ada artinya baginya kaki tangan yang terikat itu. Kalau ia sudah terbebas dari totokan ia akan dapat meronta dan mematahkan ikatan kaki tangannya! Sedikit harapan ini membuat Lee Cin diam saja, tidak lagi memaki, bahkan ia memejamkan kedua matanya, dan diam-diam ia mengatur pernapasannya dan berusaha untuk memulihkan aliran darahnya yang terganggu oleh totokan itu. Kalau harapannya itu tidak terjadi, habislah ia! Kalau sampai ia dapat diperkosa pemuda ini, ia tidak akan mau hidup lebih lama lagi. Setelah ia berhasil membunuh pemuda ini, ia pun akan membunuh diri. Akan tetapi agaknya ia tidak akan dapat melakukan apa-apa. Ia teringat akan ayah ibunya dan tak terasa dua titik air mata membasahi matanya. Ouw Kwan Lok yang senang makan minum itu melihat air mata itu. "Souw Lee Cin, engkau menangis? Ha-ha-ha, aku sebetulnya sayang padamu, sejak pertemuan kita dahulu itu, aku telah jatuh cinta padamu. Kalau engkau mau berjanji menjadi isteriku, aku tidak akan membunuhmu. Aku akan melupakan sakit hati kedua orang guruku. Nah, maukah engkau menjadi isteriku? Berjanjilah dan aku akan membebaskanmu, karena aku percaya janji seorang gagah seperti engkau." DewiKZ 332 Lee Cin diam saja. Ia tidak percaya kalau ia mengatakan mau lalu pemuda itu mau membebaskannya. Pemuda itu terlalu cerdik, terlalu licik, terlalu jahat. Maka ia diam saja. Tiraikasih Website "Bagaimana, adikku yang manis? Engkau lapar, bukan? Dan haus? Aku akan memberimu daging dan juga arak ini, baru kita bersenang-senang. Nah, maukah engkau menjadi isteriku?" "Iblis gila, aku telah terperangkap. Bunuhlah kalau mau bunuh dan jangan banyak cerewet lagi!" Ouw Kwan Lok minum araknya lagi dari guci dan mukanya menjadi merah oleh pengaruh arak. Dalam keadaan setengah mabuk ia tertawa-tawa seperti seorang gila. "Aku habiskan dulu arak ini kemudian kita bersenang-senang!" Dia menempelkan bibir guci pada bibirnya dan menggelegak arak itu. Tiba-tiba ada benda hitam menyambar gucinya. "Pyaaaar......!" guci itu pecah berantakan dan sisa arak yang masih ada di guci menyiram muka Ouw Kwan Lok. Pada saat Kwan Lok gelagapan karena tersiram arak, sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu di situ sudah berdiri seorang yang berpakaian serba hitam, mengenakan kedok hitam pula dan dengan sebatang pedang dia memutuskan tali yang menggantung Lee Cin, membantu menotok tubuh Lee Cin sehingga gadis itu terbebas dari totokan. Setelah Lee Cin terbebas dari totokan, ia menggulingkan tubuhnya menjauhi dan sekali ia mengerahkan tenaganya, tali pengikat kaki tangannya sudah terputus! Ia meloncat bangkit sambil melolos pedangnya dari ikat pinggangnya. Akan tetapi ketika la menengok, ia melihat betapa Ouw Kwan Lok sudah bertanding melawan Si Kedok Hitam! Kwan Lok menggunakan sepasang pedangnya sedangkan Si Kedok Hitam menggunakan sebatang pedang. DewiKZ 333 Pertandingan itu seru sekali, tiga batang pedang lenyap bentuknya dan menjadi tiga gulung sinar yang menyilaukan Tiraikasih Website mata. Lee Cin merasa tidak enak dan bingung. Si Kedok Hitam telah menyelamatkannya dari aib dan malapetaka dan kini Si Kedok Hitam bertanding melawan Kwan Lok. Ia merasa tidak enak sekali. Ia mencari-cari Si Kedok Hitam untuk membalas kekalahan ayahnya dan kini Si Kedok Hitam muncul sebagai penyelamatnya! Bahkan Si Kedok Hitam membelanya dan kini bertanding mati-matian melawan Kwan Lok. Pertandingan itu memang hebat sekali. Mereka saling desak dan ternyata Si Kedok Hitam itu mampu mengimbangi permainan sepasang pedang dari Ouw Kwan Lok dengan seimbang. Merasa tidak enak kalau berdiam saja membiarkan Si Kedok Hitam mewakilinya, juga merasa malu untuk maju mengeroyok Kwan Lok, Lee Cin lalu berkata dengan suara nyaring, "Kedok Hitam, mundurlah dan akulah yang akan membunuh jahanam keparat ini!" Lee Cin meloncat ke depan dan menyerang Kwan Lok dengan kecepatan seperti kilat menyambar. Kwan Lok terkejut bukan main karena serangan itu benar-benar merupakan serangan maut. Dia melempar tubuh ke belakang, berjungkir balik dan segera melarikan diri secepatnya. Baru melawan Si Kedok Hitam saja dia tidak mampu menang, apalagi kalau Lee Cin datang mengeroyoknya. Amat berbahaya kalau dia harus menghadapi dua lawan tangguh itu, maka dia mengambil jalan yang paling menguntungkan, yaitu melarikan diri. DewiKZ 334 Lee Cin mengejar, mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari cepat sambil berseru, "Jahanam Ouw Kwan Lok, hendak lari ke mana engkau?" Akan tetapi Kwan Lok sudah melompat jauh dan berlari menyusup di antara semak belukar. Lee Cin yang masih asing dengan hutan itu mengejar dengan hati-hati karena khawatir kalau-kalau ia akan terperangkap seperti tadi. Karena berhati-hati, maka larinya tersendat-sendat dan akhirnya ia kehilangan Tiraikasih Website bayangan dan jejak Ouw Kwan Lok. Ia merasa menyesal sekali, dan sambil membanting-banting kakinya ia lalu kembali ke tempat tadi. Akan tetapi alangkah kecewanya karena Si Kedok Hitam sudah tidak berada di situ lagi. Ia merasa menyesal mengapa tadi mengejar Kwan Lok dan meninggalkan Si Kedok Hitam. Kalau orang itu masih ada, tentu ia dapat mengajaknya bercakap-cakap. Setelah Si Kedok Hitam menyelamatkannya dari bencana hebat diperkosa Kwan Lok, ia tidak mungkin lagi dapat memusuhinya. Si Kedok Hitam melukai ayahnya dalam sebuah pertandingan yang adil, bahkan hanya melukai tidak membunuh, dan kini Si Kedok Hitam telah menolongnya, telah menyelamatkan nyawanya, maka pertolongan itu sudah dapat menebus kesalahannya melukai ayahnya. Tak mungkin lagi ia membalas dendam itu. Si Kedok Hitam hanya berhutang melukai ayahnya, akan tetapi telah membayar dengan menyelamatkan nyawanya. Ia merasa penasaran sekali. "Siapakah engkau?" pertanyaan ini kini menindih hatinya. Kalau ia tahu siapa Si Kedok Hitam, tentu ia akan dapat menemukannya dan mengucapkan terima kasihnya. Akan tetapi Si Kedok Hitam sudah pergi dan agaknya akan sukar sekali baginya untuk dapat menemukannya. Besar kemungkinannya keluarga Cia mengetahui siapa Si Kedok Hitam itu, bahkan dugaannya masih condong kepada Cia Tin Siong. Mengingat ini, ia lalu berlari kembali ke arah kota Hui-cu untuk menemui keluarga Cia! Ketika tiba di pekarangan rumah keluarga Cia, Lee Cin disambut lagi oleh pelayan yang membersihkan halaman. "Ah, Nona Souw, engkau kembali ke sini?" kata pelayan itu dengan wajah gembira. DewiKZ 335 "Cepat laporkan kepada Cia-kongcu yang pertama atau yang ke dua bahwa aku datang untuk membicarakan urusan Tiraikasih Website penting," kata Lee Cin yang ingin bertemu dengan Tin Siong. "Baik, Nona. Silakan duduk menunggu sebentar karena saya melihat mereka semua sedang mengadakan pertemuan menyambut tamu." Lee Cin bertanya-tanya dalam hatinya siapa gerangan tamu yang disambut oleh mereka sekeluarga itu, akan tetapi merasa tidak enak untuk bertanya-tanya, maka ia mengangguk lalu duduk di atas kursi dalam ruangan depan untuk menanti. Pelayan itu lalu berjalan masuk ke dalam gedung. Yang keluar menyambutnya adalah Cia Tin Han! Agaknya begitu pelayan melaporkan bahwa di luar ada Lee Cin, Tin Han sudah mendahului semua orang dan cepat keluar. Wajahnya berseri, mulutnya tersenyum dengan senyumannya yang khas sehingga mau tidak mau Lee Cin terbawa dalam kegembiraan. Akan tetapi, untuk urusan saat itu, Tin Han merupakan orang terakhir yang diharapkannya muncul. Ia akan minta disampaikan maafnya kepada Si Kedok Hitam, maka kalau dapat, ia mengharapkan Tin Siong sendiri yang muncul. Kalau tidak pemuda itu, ia dapat menitip pesan itu kepada Nenek Cia atau Cia Kun, atau setidaknya kedua orang paman pemuda itu. Akan tetapi bukan Tin Han! "Cin-moi......!" Ah, usiamu akan panjang sekali karena selagi aku sedang terkenang kepadamu, mendadak engkau muncul! Akan tetapi tidak ada kegembiraan yang lebih dari pada ini, Cin moi!" DewiKZ 336 "Han-ko, aku mempunyai suatu urusan yang penting sekali untuk kubicarakan dengan ayahmu atau Nenek Cia," kata Lee Cin yang tidak mau menyebut nama Tin Siong Tiraikasih Website karena hal itu tentu akan menjadi bahan bagi Tin Han untuk menggodanya! "Ah, itu mudah sekali. Mereka sedang berkumpul di dalam, Cin-moi. Mari masuk saja, engkau dapat langsung menemui mereka, bahkan engkau akan kuperkenalkan kepada seorang badut yang lucu sekali di dalam. Marilah!" tanpa ragu-ragu lagi Tin Han yang sedang bergembira itu memegang tangan Lee Cin dan menariknya masuk dalam rumah besar itu. Kembali Lee Cin merasa heran kepada dirinya sendiri. Diperlakukan demikiam akrab oleh Tin Han, ia tidak menjadi marah dan membiarkan tangannya dipegang dan ditarik ke dalam! Kalau pemuda lain yang berani melakukan hal itu, tentu sudah ia damprat habis-habisan. Ternyata pemuda itu membawanya ke dalam ruangan makan yang luas. Dan benar saja, mereka semua berada di situ. Cia Tin Siong, ayah ibunya, kedua orang pamannya, bahkan Nenek Cia, semua duduk menghadapi meja yang penuh hidangan dan seorang laki-laki pendek tegap duduk berhadapan dengan mereka. Begitu melihat pria cebol yang usianya kurang lebih empat puluh tahun ini Lee Cin segera mengenalnya. Itulah Yasuki, orang Jepang yang ia lihat bercakap-cakap dengan kedua orang paman Tin Han pada malam hari itu! Dan Tin Han mengatakan bahwa ia hendak diperkenalkan kepada seorang badut yang lucu sekali. Karena di situ tidak ada orang asing lain kecuali Jepang itu, maka tentu orang itulah yang dimaksudkan sebagai seorang badut besar oleh Tin Han. Semua orang, kecuali Jepang itu, bangkit berdiri ketika Lee Cin masuk bersama Tin Han. DewiKZ 337 "Nona Souw......!" Semua orang berseru girang. Tiraikasih Website Agaknya Yasuki tidak mau ketinggalan. Dia memang berulah seperti seorang yang pandai, seperti seorang jagoan nomor satu. Dia mengamati dengan penuh perhatian kepada gadis yang baru masuk dan segera terdengar seruannya, "Po-kiam Pedang Pusaka yang baik sekali! Nona manis, lebih baik pedang itu dijual saja kepadaku. Tidak baik bagi seorang gadis cantik untuk membawa pedang, bisa melukai diri sendiri! Berapakah engkau mau menjualnya?" Semua orang menengok kepada Yasuki dan orang Jepang ini sudah bangkit berdiri dan menuding ke arah pinggang Lee Cin di mana Ang-coa-kiam membelit pinggangnya. Tentu saja ucapan itu lancang sekali, akan tetapi Yasuki agaknya bangga dengan kepandaiannya bicara dalam bahasa Han yang kaku dan lucu kedengarannya. Tentu saja Lee Cin menjadi marah mendengar ucapan itu. Ucapan yang sungguh memandang rendah kepadanya. Maka dengan alis berkerut ia memandang kepada orang Jepang itu dan menjawab dengan suara ketus, "Aku tidak menjual pedangku!" Akan tetapi Yasuki agaknya tidak tahu bahwa gadis itu marah sekali. Dia masih juga membujuknya. "Ah, jual saja kepadaku, Nona. Aku berani membayar dengan harga tinggi. Seorang gadis secantik Nona sebaiknya mempunyai benda lain untuk menjadi permainan. Bukan karena aku suka sekali kepada Po-kiam itu. Dibandingkan dengan samuraiku, tentu saja pedang itu tidak ada artinya, baik ketajamannya maupun kekuatannya. Aku hanya ingin membeli karena pedangmu itu cantik sekali, Nona." DewiKZ 338 Sebelum Lee Cin menjawab, Tin Han sudah mendahuluinya, "Yasuki - san Tuan Yasuki, kau bilang Tiraikasih Website pedang pusaka nona ini tidak ada artinya dibandingkan pedang samuraimu itu? Hayo, kita bertaruh! Kalau engkau dapat mengalahkan Nona Souw dengan pedangnya, menggunakan pedang samuraimu itu, aku berani bertaruh seratus tail emas! Akan tetapi kalau engkau yang kalah, engkau harus minta maaf kepada Nona Souw atas kelancanganmu bicara. Bagaimana?" "Tin Han......!" Nenek Cia menegur cucunya. "Aih, Nek. Ini hanya main-main saja. Tentu mereka tidak bertanding sungguh-sungguh, hanya untuk membuktikan keampuhan pedang dan kepandaian bermain pedang masing-masing. Biar Tuan Yasuki yang ahli pedang samurai itu tidak memandang rendah kepada gadis-gadis pendekar kita." Kemudian dia memandang kepada Yasuki. "Bagaimana, Tuan Yasuki, beranikah engkau bertanding pedang dengan Nona Souw?" Tentu saja Yasuki tidak merasa takut. Dia tidak tertarik oleh hadiah seratus tail emas, akan tetapi dia merasa malu kalau dikatakan tidak berani melawan seorang gadis! Dia lalu bangkit dan sambil menepuk-nepuk pedang samurainya dia menjawab, "Tentu saja aku berani! Akan tetapi aku sangsi apakah nona ini berani melawan aku?" "Siapa takut melawanmu? Biar ada sepuluh orang seperti engkau maju bersama, aku tidak akan takut!" jawab Lee Cin yang sudah marah. Tin Han bertepuk tangan gembira. "Bagus, kedua pihak telah setuju! Ruangan ini pun cukup luas untuk kalian bertanding pedang dan bersiaplah engkau untuk minta maaf kepada Nona Souw, Yasuki-san." DewiKZ 339 "Engkau yang harus bersiap menyediakan seratus tail emas!" jawab Yasuki sambil tertawa memperlihatkan deretan gigi yang rusak. Dia bangkit berdiri, meninggalkan Tiraikasih Website kursinya sambil mengangkat dada, lalu melangkah ke tengah ruangan yang luas itu. Lee Cin juga melangkah menghadapinya, dengan sepasang mata bersinar tajam. Nenek Cia mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke atas lantai. "Terlalu engkau Tin Han! Eh, Tuan Yasuki dan Lee Cin, ingat bahwa ini hanya merupakan adu kepandaian saja, bukan perkelahian, maka jangan saling melukai!" "Ha-ha-ha, Nyonya Tua Cia, jangan khawatir! Aku tidak akan melukai nona manis ini, hanya akan mengalahkannya dalam waktu singkat!" kata Yasuki menyombong. Tin Han memandang sambil tersenyum gembira. "Nona manis, engkau boleh mulai menggerakkan pedang mainanmu itu!" kata Yasuki. "Lihat serangan!" Lee Cin sudah menyerang dengan amat cepatnya. Yang nampak hanya sinar merah mencuat dari tangannya, menusuk ke arah dada Yasuki. Orang Jepang ini terkejut sekali. Tak disangkanya nona itu dapat menyerang sedemikian cepatnya. Akan tetapi dia sudah dapat mengelak dengan loncatan ke belakang, kemudian dengan kedua tangannya dia mengayun pedang samurainya yang panjang agak melengkung itu. DewiKZ 340 "Singggg......!" Pedangnya berdesing saking kuatnya dia rengayun. Akan tetapi dengan mudah saja Lee Cin mengelak dari sambaran pedang itu. Gadis ini selanjutnya hanya mengelak saja. Ia hendak mempelajari dulu ilmu pedang yang aneh dari lawannya. Yasuki menggerakkan samurainya dengan kedua tangan, mengandalkan tenaga dan kecepatan. Namun, dengan gerakan seperti itu, perubahan menjadi lambat karena dia harus mengikuti ayunan pedangnya kalau tidak mengenai sasaran. Setelah mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan bermain pedang, Lee Cin mulai membalas. Setiap kali serangan Tiraikasih Website Yasuki tidak mengenai dirinya, ia langsung membalas selagi orang Jepang itu masih melanjutkan ayunan pedangnya yang kuat. Dengan cara ini, setelah berlangsung dua puluh lima jurus, ia mampu mendesak lawannya yang menjadi sibuk sekali setelah gadis itu membalas dengan serangan bertubi-tubi. Yasuki terpaksa memutar samurainya untuk melindungi tubuhnya dari hujan serangan. Pada suatu saat, ketika melihat kesempatan, Lee Cin berseru nyaring dan membentak, "Lepaskan pedang!" dan seperti orang yang mentaati perintah ini, Yasuki benar-benar melepaskan samurainya yang jatuh berkerontangan di atas lantai. Ternyata kedua punggung tangannya tergores pedang sehingga mengeluarkan sedikit darah dan terasa perih. Yasuki berdiri terbelalak dan ternganga, ketika Lee Cin sudah melompat mundur dan menyimpan kembali pedangnya. Sama sekali Yasuki tidak mengerti bagaimana kedua punggung tangannya terluka sehingga dia terpaksa melepaskan pedangnya. "Heii, Yasuki-san! Engkau sudah melepaskan samuraimu, berarti engkau sudah kalah dan yang harus kau lakukan sekarang adalah membayar kekalahanmu dan minta maaf kepada Nona Souw!" teriak Tin Han dengan gembira sekali. Semua anggauta keluarga Cia yang lain hanya memandang dengan alis berkerut, akan tetapi tidak mengeluarkan kata-kata. Yasuki menjadi merah sekali mukanya. Dia mengambil samurainya yang tergeletak di lantai, memasang kembali ke punggungnya, dan dia lalu menjura sangat dalam terhadap Lee Cin sambil berkata dengan suara yang lirih, "Saya Yasuki minta maaf sebesar-besarnya kepada Nona Souw!" Dia membungkuk sampai dalam. DewiKZ 341 "Sudahlah, lupakan semua itu!" kata Lee Cin yang tidak ingin bermusuhan dengan siapapun juga di rumah itu. Tiraikasih Website Kedatangannya untuk minta maaf, malah dia yang dimintai maaf! "Saya berpamit dari keluarga Cia, biar lain kali saja kita bertemu dan bicara!" Setelah berkata demikian, kembali dia membungkuk lalu pergi dari situ dengan cepat. Setelah orang Jepang itu pergi, Tin Han tertawa gembira, "Hemm, baru tahu rasa dia, meremehkan Cin-moi!" "Tin Han, engkau tukang mencari urusan Si Berandal yang hanya membikin ribut!" Nenek Cia berseru. "Hayo minggir kau, dan biarkan kami bicara dengan Nona Souw!" Tin Han tersenyum dan melangkah mundur, mengambilkan sebuah kursi untuk Lee Cin, lalu mundur kembali dan duduk di atas kursinya yang tadi. "Silakan duduk, Nona Souw!" "Terima kasih, kedatanganku ini hanya untuk bicara sedikit kepada keluarga Cia, terutama kepada Saudara Cia Tin Siong." "Mau bicara apakah. Silakan, kami semua adalah anggauta keluarga Cia, tidak ada orang lain." "Saya ingin minta maaf kepada semua keluarga Cia, terutama kepada saudara Cia Tin Siong, bahwa saya pernah menuduh dia sebagai Si Kedok Hitam yang tadinya saya cari. Saya hanya ingin agar keluarga Cia dapat menyampaikan kepada Si Kedok Hitam, siapa pun dia, bahwa mulai saat ini saya tidak lagi mencari dan memusuhinya, dan saya telah memaafkan perbuatannya melukai ayah saya. Nah, saya telah cukup bicara. Permisi, saya harus segera melanjutkan perjalanan saya." DewiKZ 342 "Eh-eh, nanti dulu, Cin-moi. Setelah permusuhan dengan Si Kedok Hitam tidak ada lagi berarti kecurigaanmu Tiraikasih Website terhadap keluarga kami juga sudah tidak ada, mari silakan duduk dan kita rayakan ini dengan makan bersama. Nenek, Ayah Ibu dan para paman sudah tentu setuju." Semua anggauta keluarga itu mengangguk setuju. Mereka tidak dapat berbuat lain! Akan tetapi Lee Cin tetap tidak mau duduk dan ia memandang kepada Cia Tin Siong dengan perasaan bersalah. "Maafkan, biarlah undangan ini kuterima untuk lain kali saja. Aku harus pergi, selamat tinggal!" Lee Cin cepat pergi dari ruangan makan itu, terus keluar rumah dan hendak meninggalkan kota Hui-cu. Akan tetapi, baru saja ia tiba di pintu gerbang kota itu, terdengar seruan orang dari belakangnya, "Cin-moi..... tunggu......!!" Siapa lagi kalau bukan Tin Han yang mengejarnya. Dengan napas terengah-engah Tin Han lari menghampirinya. "Cin-moi, sebelum engkau benar-benar pergi jauh, aku ingin bicara sedikit denganmu. Mari kuantar engkau keluar kota sambil bicara." Sikap pemuda itu demikian sungguh-sungguh sehingga tidak ada alasan lagi bagi Lee Cin untuk menampik. Mereka berjalan keluar dari pintu gerbang, dan setelah tiba di tempat yang sunyi, Lee Cin bertanya, "Apa yang hendak kau bicarakan, Han-ko?" "Aku hanya ingin menyatakan kepuasan hatiku karena engkau telah menghajar kepada Jepang sombong itu! Benar-benar hatiku girang sekali karena aku amat tidak suka kepadanya." DewiKZ 343 Lee Cin berhenti melangkah dan memandang wajah pemuda itu dengan penuh perhatian dan keheranan. "Mengapa begitu? Bukankah keluargamu, amat menghormati dia bahkan menerimanya sebagai tamu Tiraikasih Website terhormat dan menjamu makanan? Kenapa engkau tidak suka kepadanya?" "Bukan hanya tidak suka, bahkan aku benci kepadanya." "Hemm, benarkah itu, Han-ko? Terus terang saja, tanpa kusengaja aku sudah mendengar bahwa keluarga Cia bersekutu dengan Yasuki, juga dengan seorang perwira bernama Phoa-ciangkun. Bukankah begitu?" Kini Tin Han. yang terbelalak mengamati wajah gadis itu. "Bagaimana engkau dapat mengetahuinya, Cin-moi?" "Tanpa kusengaja, aku mendengar percakapan antara kedua orang pamanmu di taman dan Yasuki serta Phoa-ciangkun, bahkan mereka merencanakan untuk menyingkirkan atau membunuh Ji-taijin dan Un-ciangkun. Benarkah itu?" Pemuda itu masih memandang kepada Lee Cin dengan mata terbelalak, kemudian menghela napas panjang dan berkata, "Kuakui bahwa keluargaku memang bersahabat dengan Yasuki dan Phoa-ciangkun, akan tetapi tentang rencana itu, baru sekarang aku mendengar darimu. Itulah yang membuat aku merasa tidak senang kepada Yasuki dan Phoa-ciangkun." "Kenapa tidak senang? Bukankah keluarga Cia sudah bersekutu dengan mereka, berarti engkau pun sudah bersahabat baik dengan mereka?" DewiKZ 344 "Justeru karena persekutuan itu maka aku membenci mereka! Aku setuju dengan semangat perjuangan nenekku, akan tetapi aku benci kalau mereka mengadakan persekutuan dengan para bajak kaut Jepang itu dan dengan panglima kerajaan yang hendak memberontak. Aku menghendaki perjuangan yang murni, hanya mengerahkan tenaga rakyat jelata yang terjajah, bukan bersekutu dengan Tiraikasih Website segala perkumpulan orang jahat dan dengan pengkhianat. Karena itulah, maka aku sengaja mengadu antara Yasuki dan engkau karena aku yakin bahwa engkau tentu akan dapat mengalahkan dia." "Hemm, permintaanmu berbahaya sekali, Han-ko. Bagaimana seandainya aku yang kalah?" "Aku tidak akan mengadu engkau dengan dia kalau aku tidak yakin bahwa engkau pasti menang." "Bagaimana engkau dapat memastikan hal itu? Engkau tidak mengenal tingkat ilmu silat." Pemuda itu tersenyum lebar. "Apa kau kira aku sebodoh itu, Cin-moi? Aku yakin engkau dapat menang karena sebelumnya aku bertanya kepada Nenek tentang tingkat kepandaian Yasuki di bandingkan dengan tingkatmu dan tingkat Kakak Tin Siong. Kata Nenek, melawan Siong-ko saja belum tentu Yasuki akan dapat menang, apalagi melawan engkau." "Ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, Han-ko, dan kuharap engkau suka berterus terang kepadaku!" "Tanyalah dan akan kujawab sedapat mungkin." "Dapatkah engkau memberitahu, siapa sebetulnya Si Kedok Hitam itu? Aku yakin bahwa dia adalah seorang di antara anggauta keluarga Cia." "Eh? Bukankah engkau katakan bahwa engkau sudah tidak hendak menyelidiki atau mencari dia lagi, bahkan engkau sudah memaafkannya ketika dia melukai ayahmu dan sudah tidak ada permusuhan lagi?" DewiKZ 345 "Benar, kata-kataku itu masih berlaku. Akan tetapi aku sungguh ingin tahu sekali siapa sebenarnya dia yang begitu lihai. Dia pasti anggauta keluarga Cia, bukan?" Tiraikasih Website "Kenapa engkau dapat menduga begitu, Cin-moi?" "Keluarga Cia merencanakan untuk menyingkirkan Ji-taijin dan Un-ciangkun, dan dua kali aku melihat Si Bayangan Hitam hendak memasuki gedung tempat Ji-taijin pada malam hari. Bukankah hal itu sudah cocok sekali? Tentu dia akan melaksanakan rencana itu!" Tin Han mengerutkan alisnya dan menggosok-gosok dahinya. "Cin-moi, di antara keluarga Cia, orang yang paling tinggi kepandaiannya adalah Nenek Cia dan Kakak Tin Siong. Engkau sudah pernah bertanding dengan keduanya dan engkau pernah pula bertanding dengan Si Kedok Hitam. Nah, siapa di antara kakak dan nenekku itu yang kepandaiannya setingkat dan mirip dengan kepandaian Si Kedok Hitam?" "Tidak satu pun di antara keduanya. Aku percaya bahwa Si Kedok Hitam bukan nenekmu dan bukan pula kakakmu. Akan tetapi lalu siapakah?" "Ha-ha-ha, jangan-jangan engkau menyangka aku orangnya! Tidak lucu kalau begitu, Cin-moi, kalau engkau sudah menghilangkan permusuhanmu dengan Si Kedok Hitam, kenapa engkau masih saja bertanya-tanya siapa dia? Jelas dia tidak ingin kau kenal, kenapa engkau masih penasaran?" DewiKZ 346 Wajah Lee Cin berubah merah. "Aku hanya ingin tahu, Han-ko. Aku ingin sekali mengenal orang yang telah menolongku. Akan tetapi sudahlah kalau engkau tidak tahu. Benar pula katamu. Dia tidak ingin kukenal, mengapa aku mendesaknya?" Gadis itu menghela napas panjang, lalu berkata kepada Tin Han, suaranya menjadi riang kembali, "Nah, sekarang selamat tinggal, Han-ko. Terima kasih atas segala kebaikanmu padaku." Tiraikasih Website "Selamat jalan, Cin-moi. Baik-baiklah engkau menjaga dirimu dan kalau engkau kebetulan lewat di daerah ini, jangan lupa untuk singgah di rumah kami." "Tentu saja, Han-ko. Selamat berpisah." Gadis itu lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan pemuda itu cepat-cepat. Agaknya kalau ia dekat dengan pemuda itu, tidak akan habis-habisnya percakapan di antara mereka. Pemuda itu amat ramah dan merupakan seorang kawan bercakap yang menyenangkan sekali. Ia harus mengakui kepada dirinya sendiri bahwa ia lebih tertarik kepada Tin Han daripada kepada Tin Siong. Berdekatan dengan Tin Han mendatangkan rasa gembira dan tenteram, sebaliknya kalau is teringat akan ancaman Tin Siong kepada Tin Han agar tidak mendekatinya, membuat ia merasa tidak suka kepada Tin Siong yang tampan, lembut dan lihai itu. Akan tetapi ia pun sadar bahwa ia tidak akan dapat serasi dengan Tin Han. Ia seorang pesilat yang kasar, sedangkan Tin Han seorang terpelajar yang demikian lembut, sopan dan gembira walaupun kadang nampak ugal-ugalan. Bahkan kalau Tin Han bersikap akrab dan agak mesra, ia tidak akan tersinggung karena pemuda itu melakukannya dengan sewajarnya, tidak dibuat-buat untuk menarik hatinya, juga ia melihat keberanian yang luar biasa pada diri Tin Han yang tak pandai silat itu. oood0wooo Souw Hwe Li memandang kepada pemuda itu dengan mata bersinar-sinar menunjukkan kemarahannya. Akan tetapi, Siangkoan Tek, pemuda itu, hanya tersenyum saja. DewiKZ 347 "Sekali lagi kumohon dengan sangat, marilah kita pergi ke Poa-ting dan kuperkenalkan engkau kepada orang tuaku, Tek-ko," kata Hwe Li dengan suara memohon. Tiraikasih Website "Dan sekali lagi kukatakan kepadamu bahwa sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk berkenalan dengan ayahmu. Bersabarlah dulu, Li-moi. Kelak kalau saatnya sudah tiba tentu aku akan datang menghadap ayah ibumu." "Sampai kapan lagi, Tek-ko?" tanya Hwe Li penasaran. "Selama hampir setahun aku ikut denganmu, menuruti segala keinginanmu. Sudah semestinya kalau sekarang engkau ikut aku menghadap orang tuaku dan mengajukan pinangan secara resmi." Tagcersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Share
4Serial Dewi Ular Eps Puncak Kematian Cinta Dewi Ular -- Puncak Kematian Cinta Cersil Dewi Ular Puncak Kematian Cinta Lilin-lilin itu menyala secara serempak, cukup dengan satu kali jari Kumala
Buron malu hati sendiri. Terlepas dari kebodohannya menjelaska wajah tadi, tapi Dewa Jenaka mengakui kebenaran kata kata Buron. Sebab ia juga pernah mendengar nama Nyimas Kembangdara sebagai pelindung selir-selirnya Dewa Kegelapan. Tapi ia gres dengar kini kalau Nyimas Kembangdara kini sudah menjadi penghuni bumi dan berpihak pada Kumala Dewi, Baca serial Dewi Ular dalam episode "Kupu Kupu Iblis ". Pantaslah kalau Kumala Dewi menghalangi sinar merahnya Barbie dikala Audy ingin dikejarnya. Agaknya melindungi Audy merupakan satu kewajiban bagi Kumala daripada harus membiarkan Barbie menghabisi riwayat Nyimas Kembangdara. Bahkan, kini pun kesetiaan Kumala Dewi kepada seorang sahabat semakin tampak nyata, yaitu dengan cara mengerahkan seluruh kesaktiannya untuk memulihkan keadaan Audy. Sekujur badan Audy yang luka parah itu disinari dengan cahaya sejuk dari kesaktian dasarnya, sehingga dalam waktu singkat seluruh luka koyak itu bergerak merapat dan menutup kembali. Kekuatan Audy pun sanggup dipulihkan. Тak heran kalau dalam waktu kurang dari lima menit, Audy sudah sanggup bangkit dari berbaringnya. Sehat menyerupai sediakala. Bahkan merasa lebih sehat dari sebelumnya. "Maafkan, saya sudah merepotkan dirimu, Kumala." "Nggak masalah. Tapi kenapa hal itu kamu lakukan? Bukankah kamu tahu anak itu mempunyai kesaktian yang membahayakan?!" "Yah, mungkin itulah kebodohanku. Tapi bahwasanya saya hanya ingin menepati janjiku padamu, bahwa saya akan kembali lagi ke sini untuk membantumu memulihkan kesaktian Dewa Jenaka. Мakа, saya tiba kemari. Dan kulihat sesuatu keluar dari rumahmu, merobek lapisan pagar gaibmu. Jelas itu suatu tindakan yang nggak beres, pikirku. Мakа kuterjang saja beliau tanpa kutahu siapa bahwasanya dia. Setelah tertangkap tangan beliau yaitu anak itu, timbul dugaanku bahwa beliau melarikan diri sehabis mencelakai dirimu. Semakin kuhajar beliau dengan resiko apapun. Ternyata..." "Ternyata kamu masih perlu belajar lagi dengan Dewi Ular, Nyimas Kembangdara."sahut Dewa Jenaka, tegas tapi sambil cengar-cengir. "Dewa Jenaka? Kau sudah pulih kembali, rupanya." "Ya. Berkat perjuangan dia, kesudahannya saya sanggup pulih kembali seperti..." "Bukan cuma usahaku, Paman."sahut Dewi Ular. "Tapi juga berkat sumbang saran Audy, dan... Barbie!" Dewa Jenaka merasa disentil hatinya. Bungkam sesaat. Тak berani melaksanakan sanggahan apapun. Karena ia tahu, dikala ini Kumala Dewi masih sangat sensitif apabila mendengar siapapun menyudutkan Barbie. "Lalu, kenapa anak itu kamu biarkan kabur?" tanya Audy. "Dia yaitu Athila Darapura," jawab Kumala pelan sekali dengan wajah menunduk sedih. "Sudah kuduga, beliau ada hubungannya dengan Lokapura, terutama semenjak kurasakan kekuatan gaibnya menyengatku tadi pagi." Audy bicara pelan, sambil menerawang dengan murung pula. Ia tak tega melihat wajah Kumala yang merasa terkecoh oleh kasih sayangnya sendiri kepada anak itu. Ia sanggup mencicipi menyerupai ара pedih dan kecewanya perasaan Kumala Dewi dikala ini.
KumalaDewi alias Dewi Ular curiga dengan Uca. Menurutnya, gadis kecil itu bukan sembarang anak kecil. Bahkan menurutnya, gadis kecil itu mempunyai kekuatan gaib yang lebih besar darinya. Kata-kata Kumala itu terbukti. Gadis itu jika malam berubah menjadi wanita cantik yang merindukan kemesraan seorang lelaki.
Type PDF Date December 2021 Size Author Goldy Senior This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA DOWNLOAD as PDF DOWNLOAD as DOCX DOWNLOAD as PPTX This is a non-profit website to share the knowledge. To maintain this website, we need your help. A small donation will help us alot.
. 6u69sxuj8k.pages.dev/1316u69sxuj8k.pages.dev/8846u69sxuj8k.pages.dev/8456u69sxuj8k.pages.dev/5546u69sxuj8k.pages.dev/4536u69sxuj8k.pages.dev/1006u69sxuj8k.pages.dev/7866u69sxuj8k.pages.dev/8066u69sxuj8k.pages.dev/26u69sxuj8k.pages.dev/4496u69sxuj8k.pages.dev/2026u69sxuj8k.pages.dev/9776u69sxuj8k.pages.dev/9296u69sxuj8k.pages.dev/9126u69sxuj8k.pages.dev/959
cerita kumala dewi serial dewi ular